Jan 31, 2010

BlackBerry Magnum

200-Meter-Long Superyacht Makes All Billionaires' Existing Yachts Look Merely Clitoral

Ain't it always the way? Just when you think you're the owner of the world's biggest yacht, an even larger one appears out of nowhere? (Well, we say nowhere, we really mean Belgium, where boat designers Emocean hail from.)

At 656 ft - 99 ft longer than Roman Abramovich's dinghy - the uberyacht will have a drive-in garage, a pair of 98-ft day boats, a helipad, a hanger, a 30-meter swimming pool, nightclub, casino, games room, a two-level cinema, three beach clubs and a health spa. There are 10 VIP rooms, 22 guest suites and a private deck for the owner.

The floating turd - just look at the color of that thing - houses 45 passengers and 70 crew and bobs along at an impressive 28 knots. Range is 6,500 nautical miles.


Mie Celor Warung Palembang

Bagi Anda yang ingin menikmati kuliner khas Palembang, tak perlu jauh-jauh mendatangi ibu kota provinsi Sumatera Selatan tersebut. Sebab, selain pempek, kudapan lainnya seperti mie celor pun dapat dinikmati di Jakarta.

Mendengar namanya saja, tentu sebagian orang akan bertanya-tanya, bagaimana rasa dan bentuk mie celor. Maklum, nama mie celor mungkin cukup asing bagi telinga orang Jakarta.

Namun, tentu saja hal itu tidak berlaku bagi orang Palembang, daerah asal kudapan ini. Ya, dalam bahasa Palembang, mie celor berarti, mie yang diseduh. Lantas bagaimana rasa serta proses penyajiannya?

Dibalik namanya yang unik, ternyata mie celor memiliki rasa yang nikmat dan menggugah selera. Apalagi, jika dihidangkan bersama telur rebus dan sambal goreng, hmm…, kenikmatannya pasti akan membekas dan membuat Anda ketagihan.

Jika ingin menikmatinya, datang saja ke Warung Palembang di Jalan Letjen Soeprapto No 42, Jakarta Pusat.

Rina (35), pemilik Warung Palembang mengaku, mie celor layaknya mie kocok, yang dalam proses pembuatannya menggunakan mie kuning atau mie Jawa. Saat proses pembuatannya, Rina mengaku menghindari perebusan terhadap mie celor-nya. “Kita menghindari dari perebusan agar mie-nya tidak terlalu lembek. Cukup diseduh dengan cara dikocok,” jelas Rina.

Dilihat secara fisik, mie celor memang berbeda dengan mie seduh pada umumnya yang menggunakan kuah encer. Pada mie celor, kuahnya menggunakan santan kelapa yang dicampur sari udang galah (udang sungai yang besar–Red) dan terkesan agak kental.

Saat penyajiannya, di atas adonan mie pun diberikan taburan tauge, bawang goreng, dan daun bawang. Untuk menambah kelezatannya, mie celor disajikan bersama telur rebus.

Meski terlihat aneh dan unik, namun mie celor begitu nikmat disantap. Rasa udang galahnya pun begitu terasa saat mencicipi kuah mie celor yang sedikit kental. Maka tak heran, jika satu porsi mie celor saja, dirasa kurang cukup untuk dinikmati.

Dari sinilah Rina mengandalkan mie celor sebagai menu utama di warungnya disamping pempek dan pindang, makanan khas Palembang lainnya.

Karena kelezatannya itulah yang membuat warung makan milik Rina selalu dipenuhi oleh pelanggan. Tak hanya orang Palembang yang ada di Jakarta saja yang datang, melainkan masyarakat sekitar turut memuji menu masakan mie celornya. Untuk satu porsi mie celor, Rina mematok harga sebesar Rp 8.000.

Selain mie celor, menu utama lain yang ditawarkan adalah pempek yang dibagi atas dua jenis, kecil dan besar. Untuk pempek kecil harganya Rp 3.000, sedangkan pempek besar Rp 10.000.

Sedangkan pindang terdiri empat macam, yakni pindang ikan patin harganya Rp 10.000, pindang udang galah Rp 15.000, pindang ayam kampung Rp 10.000, dan pindang tulang iga sapi Rp 18.000.

Warung Palembang milik Rina, setiap harinya kecuali hari libur besar buka sejak pukul 09.00 dan tutup pada pukul 21.00.

Selain di Jalan Letjen Soeprapto, Rina juga memiliki cabang yang terletak di daerah Galur, Senen, Jakarta Pusat. “Tidak menutup kemungkinan, ke depan kami akan membuka cabang baru,” tandas wanita asli Palembang ini.


First Video of Russia's T-50 Stealth Fighter Jet

Otak-Otak Gang Kenanga

DI Gang Kenanga, Senen, tahun 1963, Sulaeman mencoba berdagang penganan ringan yang sampai saat ini tenar hingga ke pelosok Jakarta. Nama makanan yang sudah dikenal hampir setengah abad itu, otak-otak.

Tentu saja kualitas dan bahan utama yang digunakan otak-otak milik Sulaeman dan yang dijual di pinggir jalan jauh berbeda. Perbedaan itu yang membuat harga per bungkus makanan ini juga berbeda.

Kembali ke Gang Kenanga, gang itu kini sudah tak berbekas. Di atasnya kini berdiri bangunan bernama Atrium Senen. Makanan yang lahir dari gang ini pun terpaksa berpencar.

Otak-otak adalah penganan yang terbuat dari daging ikan, biasanya ikan tenggiri, yang dicampur dengan aneka rempah-rempah. Adonan itu kemudian dibungkus daun pisang untuk kemudian dibakar. Sambal kacang adalah teman sejawat yang tak terpisahkan.

Di awal tahun 1960-an, ketika Ny Sulaeman mempraktikkan kebolehan meracik bumbu dan memilih jenis ikan tenggiri serta memilah bagian ikan yang digunakan untuk adonan otak-otak, mesin pengolah adonan ikan belum tersedia.

Alhasil, kedua tangan jadi alat pengaduk. Sekitar 10 tahun setelah membuka warung, ternyata penggemar otak-otak tak terbendung. Tangan tak lagi mampu memenuhi permintaan pelanggan, perlu mesin agar proses pembuatan otak-otak bisa lebih cepat dengan kapasitas yang juga lebih besar.

"Waktu itu harga sebungkus otak-otak Rp 40. Sekarang Rp 3.500 per bungkus. Tapi rasakan sendiri bedanya," demikian diungkapkan Adjid yang sudah bekerja di warung Otak-otak Ny Sulaeman sejak tahun 1974. Kini, setelah pemiliknya meninggal dunia, Adjid dipercaya mengelola usaha ini.

Otak-otak Gang Kenanga tidak hanya legendaris tapi juga unik. Jika otak-otak lain menghasilkan warna kecokelatan setelah dibakar, maka otak-otak ini tetap putih. Menurut Adjid itu karena ikan tenggiri yang digunakan dipilih yang gepeng.

"Ikan tenggiri ada dua macam, gepeng dan bulat lonjong. Yang gepeng itu yang bagus dan memang mahal. Dari dulu kita pakai ikan tenggiri gepeng," ujarnya.

Pantas saja harga sebungkusnya sekitar Rp 3.500. Tapi memang begitu menggigit otak-otak ini baru terasa bedanya. Dagingnya tebal, tetap segar meski sudah dikelupas dari bungkusnya. Ikan tenggirinya sangat kental terasa dan tidak amis.

Belum lagi daun pisang pembungkusnya. Ini juga unik. Otak-otak ini hanya menggunakan daun pisang batu. Khasiatnya, agar otak-otak yang dibakar tak lengket ke daun. "Sebab daun pisang batu mengandung minyak jadi enggak bikin lengket setelah dibakar," Adjid menjelaskan.

Meski tak mengikuti perjalanan usaha otak-otak sejak awal, namun bapak enam putra/putri ini masuk ketika booming otak-otak dimulai. Setelah membeli mesin, maka usaha ini pun merasa perlu membuka cabang.

Pada 1974 otak-otak ini mulai buka cabang di Gedung Gloria, Pancoran, Jakarta Barat; Glodok Plasa; Kelapa Gading; Mangga Dua; bahkan juga Pecenongan.

"Di Pecenongan kita jualan malam, sampe jam 2 pagi. Itu sekitar tahun 1980-an. Tapi enggak bertahan lama. Di Glodok Plasa tutup juga akhirnya karena dua kali kebakar, tahun 1982 dan saat kerusuhan 1998. Di Mangga Dua cuma jalan beberapa bulan karena waktu itu masih sepi, Kelapa Gading juga tutup. Sekarang tinggal ini, yang dari Gedung Gloria trus kita masuk ke sini (belakang Gloria) setelah kerusuhan," begitu Adjid berkisah.

Jangan heran jika banyak pelanggannya mengira otak-otak ini sudah tutup selamanya. Apalagi karena keluarga Sulaeman pindah rumah ke kawasan Kayuputih.

"Banyak pelanggan pikir, otak-otak ini udah enggak jualan lagi. Kita sekarang memang hanya buka di sini. Di Kayuputih hanya untuk mengolah. Adonan dari Kayuputih, saya bawa ke sini untuk dijual," kata Adjid.


Pedagang Handphone Seken Terdesak Ponsel China

SEJUMLAH pedagang telepon seluler (ponsel) mengaku terjadi penurunan penjualan sejak maraknya ponsel china (ponsel produksi dari China yang diberi merek lokal). Penurunan penjualan ada yang mencapai 50 persen dibanding sebelum ponsel China agresif di pasaran Indonesia pada tahun 2009.

“Penjualan ponsel seken kami menurun sampai 50 persen dibanding sebelumnya. Paling ramai ponsel China masuk tahun lalu,” kata Firdaus, karyawan toko Big One Celullar di lantai 4 ITC Cempaka Mas, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, saat ditemui Sabtu (30/1).

Masih di ITC Cempaka Mas, Wanto Saputro dari toko Sagita Phone juga mengutarakan hal yang sama. “Penjualan ponsel seken turun sekitar 30 persen dibanding sebelum ponsel China marak di pasaran. Kalau dulu sehari laku empat unit, sekarang laku dua unit sehari sudah bagus,” kata Wanto.

Di pusat perdagangan ponsel ITC Fatmawati, para pedagang juga menuturkan hal yang sama. “Pengaruh ponsel China terasa sekali untuk penjualan ponsel seken. Karena harga ponsel China murah dan cukup lengkap. Turunnya penjualan bisa mencapai puluhan persen,” ujar Tania, karyawati toko Bintang Seluler.

Menurut Tania, salah satu faktor merosotnya penjualan ponsel seken karena makin banyak konsumen yang memilih membeli ponsel baru. “Apalagi harga ponsel China murah,” katanya.

Menurut Firdaus dan Wanto Saputro, kunci keunggulan ponsel China karena kaya fasilitas dan harga terjangkau. “Yang sekarang pasti diminta konsumen adalah ponsel bisa internetan, papan ketik sudah QWERTY, dan ada slot kartu memori,” kata Aming.


Jan 30, 2010

Bakmi Godila

Kawasan Gondangdia sejak zaman kumpeni beken sebagai kawasan elit. Di sepanjang jalan yang kini bernama Jalan RP Suroso ini berjejer tempat makan yang menggoda selera. Salah satu yang warisan kuliner yang kondang adalah menu mie-nya.

Nama kedai yang sudah berusia 40 tahun ini pun mudah diingat sebab mengikuti nama jalan di masa lalu, Mie Gondangdia. Banyak juga yang menyebutnya sebagai Mi Godila (Gondangdia Lama) karena kedai ini aslinya memang terletak di Jalan Gondangdia Lama 36.

Adalah Toe Wah Seng dan Lim Kwi Fong yang memulai usaha itu. Sebagai imigran Hong Kong, Toe Wah Seng, sudah memiliki bakat meracik masakan. Kenapa memilih mi? Tak ada alasan lain, mi adalah makanan tradisional Tiongkok, negara asal mereka.

Wah Seng dan Kwi Fong memulai usaha mi-nya sebelum 1968, di Tanjungpriok. ”Opa dan oma yang memasak. Waktu itu rumah makan yang dibuka rumah makan chinese-lah,” kisah Rino Indra Chandika, cucu Wah Seng dan Kwi Fong, yang kini melanjutkan usaha tersebut.

Entah mengapa, dari Tanjungpriok Wah Seng memindahkan usahanya. ”Karena Ibu saya pernah lama tinggal di Gondangdia, akhirnya mereka mencari tempat di kawasan ini. Sebelum jadi tempat makan ini, tempat ini udah berganti beberapa usaha. Yang saya tahu, waktu itu jadi toko daging sapi. Trus jadi warung mi ini,” papar Rino.

Keberadaan mi ini bersamaan dengan berkuasanya mantan Presiden RI, almarhum HM Soeharto. Karena kawasan ini elit dan masyhur sebagai tempat nongkrongnya remaja berpunya, tidak heran bila putra almarhum Soeharto yaitu Bambang Trihatmodjo dan Tommy sering mampir ke warung mi ini. Tak hanya mereka tapi anan-anak pembesar-pembesar zaman Orde Baru doyan mencecap mi di sini.

”Di seberang, sebelah sana dulu, ada Radio Godila. Kalo enggak salah tahun 1970-an. Ya, di daerah sini jadi tempat ngumpul. Apalagi ada radio itu,” begitu Rino berkisah.

Radio itu dan sebuah sekolah dansa ternama di sebelah kedai mi itu sudah punah. Juga perumahan di kawasan itu yang sudah berganti menjadi perkantoran. Tapi Mi Godila bertahan dengan bentuk warung sederhana bercat hijau tua.

Kini, Mi Godila dapat ditemukan di cabang-cabang di WTC Mangga Dua, Gedung Menara Kebon Sirih, Pulogadung Trade Centre, Mal Daan Mogot, Alfa Pasarminggu, dan Mal Taman Palem di Cengkareng.

Bicara soal menu, yang paling dicari tetaplah mi ayam. Baik mi ayam asin maupun mi ayam yamien. Mi yang belakangan disebut adalah mi manis karena diberi kecap manis. Semangkuk mi ayam asin/yamien bakso pangsit berisi segerombol potongan ayam kecil-kecil, dua pangsit basah, dan tiga butir bakso sapi, dibanderol sekitar Rp 19.000. Sedangkan mi ayam polos harganya hanya Rp 12.000.

Mi ini berbeda dengan mi yang biasa ditemui di beberapa rumah makan. Mi di sini lembut tapi kenyal. Perpaduan itu tambah ”seksi” dengan racikan bumbu opa dari masa lampau. Sulit mengatakan rasanya. Yang pasti, begitu melahap mi ini, rasanya Anda ditarik kembali ke tempo dulu.

Rino bersama keempat adiknya terus mengembangkan menu. Contohnya, Nasi Goreng Spesial seharga Rp 25.000 yang patut dicoba. Sepiring nasi goreng itu berisi nasi goreng nikmat bercampur telur ceplok, udang goreng, dan chicken nugget plus kerupuk udang.

Ingin menu ayam lain yang bisa disantap bersama, ada ayam goreng mentega yang renyah. Ayamnya digoreng kering dengan saus mentega berbumbu rahasia. Ayam goreng ini jika dimakan dengan kucuran jeruk limo, bisa membuat orang tidak berhenti makan.

Untuk melonggarkan tenggorokan coba cicipi es jeruk, es pala, atau es lidah buaya. Es jeruknya pas. Tidak terlalu manis, tidak terlalu asam. Demikian juga es lidah buayanya. Segggeeeeeerrr....


Bubur Bang Tatang

Makan bubur ayam yang panas rasanya cocok untuk menepis hawa dingin di kala musim hujan seperti ini. Tapi apa jadinya kalau suwiran ayamnya lebih banyak dari bubur nasinya? Ini cuma bisa Anda temui di Bubur Ayam Bang Tatang.

Ya biasanya, bubur ayam hanya menyertakan sedikit suwiran daging ayam. Bahkan ada yang suwirannya seolah hanya pelengkap supaya namanya sah menjadi ’bubur ayam’.

Berbeda dengan Bubur Ayam Bang Tatang. Pembeli dimanjakan dengan suwiran ayam yang meskipun terasa lebay alias berlebihan, tapi bikin hati senang.

Kalau pengin menikmatinya, silakan datang ke warung bubur ayam Bang Tatang di Jalan Palmerah Barat (dekat pertigaan Rawabelong), Jakarta Barat. Warung buka mulai pukul 18.00. Cuma Anda harus cepat. Soalnya, hanya dalam tempo 2-3 jam, bubur itu pun ludes.

Biasanya, pembeli yang datang sekitar pukul 20.00 mulai tidak pede. Begitu datang, mereka umumnya bertanya dulu, ”Bang, buburnya masih?” Mereka paham, lewat 2 jam dari warung buka adalah masa-masa kritis.

Kalau Bang Tatang menjawab, ”Masih”, barulah pembeli tersenyum lega. Itu artinya mereka masih kebagian bubur yang sudah dijual sejak 20 tahun lalu itu.

Bang Tatang menuturkan, usaha jualan buburnya berawal dari gerobak. Baru sekitar 6 bulan lalu ia memiliki kios. Selama masih memakai gerobak, seringkali Bang Tatang hanya berjualan sekitar satu jam saja, lantaran sebelum buka pun pembeli sudah mengantre sambil membawa rantang. Tak jarang ia mendapat omelan ketika datang terlambat.

”Dulu sewaktu belum ada kiosnya, sebelum buka juga udah pada ngantre bawa rantang, karena Bang Tatang nggak nyiapin untuk dibungkus. Sudah tahu, kalau kemaleman ke sini pasti nggak kebagian. Paling (buka) satu jam udah habis sih,” kata salah satu pengunjung setia yang sudah hampir 10 tahun menikmati bubur Bang Tatang.

Keistimewaan bubur yang gurih ini terutama dari suwiran daging ayam kampung dan emping yang begitu ‘brutal’ dimasukkan ke mangkuk oleh Bang Tatang. Emping dan topping berupa suwiran dagingnya sangat banyak, jauh melebihi kebanyakan bubur ayam biasa.

”Ini memang khasnya bubur ayam Bang Tatang,” kata penjual yang suka masak itu dengan enteng.

Untuk pembuatan buburnya, setiap hari Bang Tatang bisa menghabiskan beras kualitas baik sebanyak 23 liter, ayam kampung jantan 23 ekor, dan emping 7,5 kilogram.

Pada saat menyajikan, selain bubur, suwiran ayam dan emping, juga dilengkapi dengan seledri, bawang goreng, tokcai, dan bumbu-bumbu mecin, bubuk lada, dan kecap asin. Di meja makan tersedia sambal, kecap manis, dan kecap asin.

Adapun untuk minuman, Bang Tatang hanya menyediakan yang ‘biasa’, seperti air mineral dalam kemasan dan teh botol. Harga buburnya satu porsi atau satu mangkuk Rp 14.000, sedangkan setengah porsi Rp 10.000.

Jika dibungkus harganya bertambah Rp 1.000 menjadi Rp 15.000/mangkuk, dan Rp 11.000 untuk setengah porsi. Jika pembeli membawa tempat sendiri, harganya sama dengan dimakan di wadah. Teh botol dan air mineral dalam kemasan dibanderol Rp 2.500/botol.

Resminya, bubur ayam Bang Tatang buka pukul 18.00 sampai habis. Sejak buka sampai sekitar pukul 20.30, Bang Tatang hampir tidak bisa istirahat karena sibuk melayani pembeli. Sesekali ayah dua anak ini mengisap rokok dan minum.

Bukan hanya Bang Tatang yang sibuk, tapi juga Yanto dan Mahrum yang membantu melayani minuman serta mencuci mangkuk kotor. Keduanya tak kalah sibuk hilir mudik agar pembeli bisa cepat terlayani.

”Biasanya sebulan sekali libur tiga hari untuk istirahat, karena kalau sedang dagang begini nggak ada istirahatnya,” kata Bang Tatang.


Jan 29, 2010

How to Score Points With Her

From the moment she meets you, she starts a virtual bank account in her mind. But you’d never know. She’s adding and subtracting with a pro poker face, using a complex labyrinth of mathematical axioms in which you have emotional credits or debits. You have no clue until you reach an extreme — you find yourself locked out on the front porch or you get handed a fistful of get-out-of-jail-free cards. What are some of the moves that will keep you out of the red?

1. Brag about her, at earshot. Whether it’s her lasagna or her ability to talk herself out of a parking ticket, give her props even if she has her back to you a couple feet away. She may look engrossed with her conversation, but believe me, one ear is always cocked in your direction.

2. Don’t notice that pretty girl in the room. Don’t use the mirror to catch a glimpse, steal a gander when your girl is looking through her bag or pretend you were looking behind her. If there is anyone she feels is competition (or is showing an inordinate amount of cleavage) your girl will track your eyeball coordinates with the precision of a nuclear submarine. Get points by looking blank when she mentions said female later, “I didn’t notice, why?” can only be pulled off with perfection if you used all the strength in your second X chromosome not to glance at the blonde with the heaving breasts a few feet away. Cha-ching.

3. Rather than rummaging under the car seat for quarters to make that five bucks she needs for gas, give her a ten “just in case” and don’t sweat the change. Sure, you might give up your double shot caramel grande because of it. But suck it up cappuccino-boy, because this will give you Trump-like credit for later.

4. She’s crying. Maybe it’s the movie trailer, a movie ending, a commercial with a kitten in it, her grandmother’s funeral, or just that time of the month. As she’s starting to look like Alice Cooper and the black mascara is dripping off her chin, tell her she is still beautiful to you when she cries. Even if you are lying.

5. Be a gentleman: Get up and go get the check rather than complain about the waitress. Fix the unstable table with a napkin. When she drops her fork, give her yours then you ask for a replacement (only if it’s clean, don’t lick it, wipe it off on her jeans and pass it to her). Taking care of things around mealtime – especially in public – holds a lot of weight, so try to pay attention (no matter have ravenous you are).

All this should be done with a very devil-may-care attitude. In fact continue talking as if nothing is happening.


Soto Betawi Haji Husen

Musim hujan seperti sekarang paling nikmat memang makan makanan yang berkuah panas. Apalagi kalau bukan untuk mengusir hawa dingin. Kalau Anda penggemar soto, apalagi soto betawi, patut kiranya mencicipi Soto Betawi Haji Husen.

Di sela toko-toko penjual barang antik dan alat-alat olahraga di Jalan Padangpanjang, Manggarai, Jakarta Selatan, terselip sebuah warung soto yang dipadati pengunjung setiap harinya.

Di bagian depan warung dibentangkan kain putih yang juga berfungsi sebagai papan nama bertuliskan ’Soto Betawi Haji Husen’.

Pemandangan di warung soto betawi milik Haji Husen yang sederhana cukup kontras dengan deretan mobil pelanggannya yang diparkir berjajar di sepanjang Jalan Padangpanjang.

Melihat ramainya warung soto betawi tersebut akhirnya Warta Kota singgah di sana untuk mencicipi semangkok soto betawi buatan Husen serta sepiring nasi putih.

Satu porsi soto betawi buatan Husen antara lain berisi potongan paru, babat, daging, serta lidah sapi, yang sebelumnya sudah digoreng. Namun mereka yang memiliki selera khusus bisa memilih menunya sendiri, seperti hanya lidah sapi saja atau paru saja.

Ditemui di sela kesibukannya melayani pelanggan, Minggu (8/2) siang, Husen menuturkan bahwa usaha dagang soto betawi yang digelutinya saat ini adalah usaha turun-temurun dari almarhum Kaiban, ayahnya.

Dikisahkan Husen bahwa ayahnya sudah berdagang soto betawi di kawasan Manggarai sejak sekitar tahun 1940-an. Husen adalah generasi keempat yang meneruskan usaha dagang soto tersebut.

”Setelah bapak saya, dua kakak saya yang melanjutkan usaha ini. Kemudian menurun ke saya sejak tahun 1964 hingga saat ini,” ujar pria asli Pasar Rumput ini. Kini ia menetap di daerah Beji, Depok.

Semula warung soto yang dikelola Kaiban, ayah Husen, terletak di Jalan Minangkabau, Manggarai. Warung soto tersebut kemudian pindah pada tahun 1960 ke Jalan Padang, masih di wilayah Manggarai, hingga tahun 1970.

”Setelah berdagang di Jalan Padang selama 15 tahun, sekitar tahun 1985 warung pindah ke Jalan Sultan Agung, juga di kawasan Manggarai, dan terakhir pindah ke warung ini tahun 1989 hingga sekarang,” ujar Husen.

Soto betawi yang dihidangkan oleh Husen memang cukup menggugah selera. Menu andalannya adalah potongan lidah sapi, paru, serta babat yang dicampurkan ke dalam kuah soto yang gurih karena santannya cukup kental, kemudian dicampur dengan racikan bumbu yang pas.

”Racikan bumbu yang saya buat memang kuncian dari orangtua saya. Tapi yang jelas kuah sup yang saya hidangkan cukup kental sehingga rasa soto menjadi gurih. Sementara untuk daging, lidah, serta paru sapi, agar empuk sebelum digoreng terlebih dahulu saya rebus,” ujar Husen.

Habis terus
Semula Husen hanya menjual soto betawi dengan daging sapi sebanyak 5 kilogram per hari. Saat itu, sekitar tahun 1989, warungnya juga masih berukuran 3 m x 3 m. Namun lantaran jumlah pelanggannya bertambah banyak, kebutuhan dagingnya juga terus meningkat.

Saat ini, setiap harinya Husen butuh satu kuintal daging sapi serta empat panci besar kuah soto. Untuk bisa menghasilkan kuah soto yang gurih, dalam sehari juga dibutuhkan sedikitnya 60 butir kelapa untuk diambil santannya.

Daging sapi serta kuah soto sebanyak itu ternyata bisa habis terjual hanya sekitar tujuh jam berdagang pada hari Sabtu dan Minggu.

”Kalau Sabtu dan Minggu saya sudah buka sejak pukul 07.00 hingga pukul 17.00. Tapi biasanya soto buatan saya sudah habis terjual sekitar pukul 14.00. Sementara untuk hari biasa pada Senin hingga Kamis, biasanya soto buatan saya baru habis terjual pada pukul 17.00,” ujar Husen yang juga menyebutkan bahwa warungnya tutup pada hari Jumat.

Warung soto betawi itu menjadi salah satu warung yang menjadi pilihan para karyawan saat makan siang. Menurut Husen, biasanya pada hari Senin hingga Kamis, terutama jam-jam menjelang makan siang, pelanggannya sudah antre.

”Awalnya pelanggan yang datang adalah karyawan yang bekerja di sekitar Manggarai, selanjutnya para karyawan dari Kuningan, dan saat ini sudah hampir dari seluruh Jakarta yang datang ke sini,” katanya.

Sementara itu pada Sabtu dan Minggu kebanyakan pelanggannya adalah keluarga yang menikmati liburan. Saking terkenalnya warung makan milik Husen itu, pelanggannya pada Sabtu dan Minggu juga banyak yang berasal dari luar daerah.

”Ada pelanggan dari luar pulau Jawa yang menyempatkan makan di sini. Kebanyakan mereka dari bandara langsung ke sini hanya untuk membeli soto,” ujar Husen yang mematok harga kurang lebih Rp 15.000 untuk satu porsi soto betawi.


Jan 24, 2010

Kepiting Soka Glodok

Mencari pengganjal perut di "gudang" makanan di kawasan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, tidaklah sulit.

Jika rajin menelusuri jalan di kawasan itu, maka akan ada saja makanan unik ditemukan. Akan ada banyak cerita di balik keberadaan warung-warung makan di sana.

Maklum, usia warung itu rata-rata sudah puluhan tahun. Jika ditambah makanan non halal, yang sangat mudah ditemukan di sana, kumpulan makanan di tempat ini lebih dari cukup untuk menyebut kawasan itu sebagai pusat wisata kuliner.

Dibandingkan jalur wisata kuliner Sabang, Jakarta Pusat, makanan yang ditawarkan di Pancoran jauh lebih beragam. Lebih dari itu, kawasan ini menawarkan suasana dan nuansa lain sebagai kawasan Kota Tua.

Sayangnya kawasan itu hanya hidup jika matahari masih mencorong saja. Begitu matahari lelap, tempat ini hanya sedikit hidup dengan sedikit warung yang buka hingga sekitar pukul 22.00 saja.

Padahal sebelum kerusuhan Mei 1998 terjadi, tempat ini hidup hingga lewat tengah malam. Apalagi ketika bioskop di kawasan ini masih beroperasi, bisa dibilang tempat ini hidup 24 jam sehari.

Salah satu dari sedikit warung atau pedagang yang mulai berdagang mulai sore hingga pukul 22.00 adalah Warung Kepiting Soka. Letaknya di ujung Jalan Pancoran, di mulut Jalan Pancoran IV, dan tak jauh dari Jalan Toko Tiga serta Jalan Pintu Kecil.

Di dekat gardu di lokasi itu, Andri Kustanto, dengan tekun setiap menjelang petang masih terus melanjutkan warung warisan Kam Bun Ciau, sang ayah.

Kepiting soka, bukanlah satu-satunya menu makanan yang ditawarkan di warung tenda ini. Kerang dan keong macan bisa jadi cemilan. Nasi tim, bubur, hingga rujak shanghai pun bisa dinikmati di sini. Tapi bisa dibilang, sejak 61 tahun lalu, kepiting soka yang digoreng kering yang menjadi primadona.

Buat mereka yang belum paham apa itu kepiting soka, ini adalah kepiting yang sedang berganti kulit sehingga semua cangkangnya bisa dilepas dengan mudah untuk kemudian tersisa daging saja.

Daging kepiting inilah yang kemudian diberi bumbu rahasia yang sudah berusia lebih dari setengah abad, selanjutnya digoreng dalam minyak panas hingga kering. Rasanya krenyes krenyes renyah seperti keripik, gurih, dan semua bagian kepiting soka bisa dimakan.

Soal harga tentu saja tergantung ukuran. Paling murah sekitar Rp 20.000/ekor dengan berat kepiting sekitar 1,5 ons. Tapi kepiting soka di sini rata-rata berukuran 2 ons dengan harga kurang lebih Rp 30.000.

"Kadang ada juga yang ukuran setengah kilogram tapi jarang," ujar Andri.

Untuk merasa puas pelanggan biasanya makan dua sampai tiga ekor kepiting. Sebab ukuran kepiting soka mungil sehingga makan sepotong tak kan pernah cukup. Kepiting soka segar yang setiap hari menanti pelanggan, diambil dari Bone, Banjarmasin, Balikpapan, dan Lampung.

"Kami jual fresh semua. Kalau sampai ada lebih, kita kupas, kita jual ke restoran. Besok kita beli lagi yang fresh," kata Andri.

Selain kepiting soka, ada pula keong macan. Ini hanya tambahan untuk ngemil sambil menunggu makanan disajikan. Kerang itu disebut keong macan karena rumah atau kulitnya bercorak bagaikan kulit macan rasa dagingnya kenyal.

Selain kepiting soka, menu lain yang juga legendaris adalah rujak shanghai. Di seputaran Pancoran Glodok ada dua pedagang rujak shanghai, selain racikan Kam Bun Ciau, ada juga rujak shanghai Encim yang terkenal.

Menurut Andri, ketika pertama kali ayahnya membuka kedai, kepiting soka dan rujak shanghai adalah menu pertama yang dijual dan hingga kini paling banyak dicari.

Sekali lagi, jangan salah waktu karena warung ini tak buka di siang hari. Warung ini mulai buka pukul 17.00 sampai sekitar pukul 22.00 setiap hari


Soto Betawi Afung

Gang Gloria, sebuah lorong di belakang pertokoan Gloria, Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, menyimpan beraneka jajanan dan makanan yang seolah tak habis-habisnya untuk dikuak.

Kawasan yang oleh Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan diupayakan menjadi pecinan yang setara dengan pecinan negara tetangga itu memang memendam tradisi kuliner sejak puluhan tahun bahkan seabad silam.

Sebagai bagian dari budaya masyarakat Tionghoa yang gemar mencicipi makanan, tak aneh jika warisan kuliner di pecinan begitu kaya. Makanan yang mengadopsi penganan betawi juga bertebaran di kawasan itu.

Ambil contoh Soto Betawi Afung. Meski terdengar sangat Tionghoa, tapi soto ini layaknya soto betawi yang biasa ditemui di seantero Jakarta. Yang membedakan, selain rasa juga keberadaannya di kawasan pecinan.

Ho Tjiang Fung alias Ho Yanti Herawati memulai berdagang soto betawi tahun 1982. Dua tahun kemudian ia menemukan rasa dan bahan yang pas untuk soto betawi ala Afung. Hingga hari ini racikan bumbu serta bahannya tak berubah.

”Kita mungkin beda dari bahannya. Mutu daging sapi, babat, semuanya mutu super. Saya juga pakai sumsum ekstra supaya kuah jadi wangi,” ujar Yanti beberapa waktu lalu.

Mengenakan chiongsam merah dipadu celana warna gelap dan sepatu kets, Yanti yang juga biasa disapa Afung begitu cekatan menyambut tamu, menanyakan pesanan, kemudian menyiapkan menu yang dipesan. Apalagi jika yang datang pelanggan setia.

”Saya enggak mau main-main sama rasa, sama kualitas daging. Saya mau daging sapi segar. Jadi uratnya juga kenyal,” katanya.

Saat Warta Kota bertandang ke warung itu, persis di sebelah warung kopi tiam dan pedagang cakwe, Afung sedang memeriksa bahan-bahan seperti daging dan kuah. Setelah memesan, tak lama menu terhidang.

Semangkuk soto betawi dengan kuah yang terlihat tak terlalu kental. Di dalamnya, potongan daging sapi, babat, dan urat, bergabung. Emping goreng tak ketinggalan, begitu pula jeruk limau.

Dari mangkuk, asap masih mengepul menyebarkan aroma yang tak mungkin ditolak. Apalagi di saat perut kosong. Suapan pertama, kuah meluncur mulus dari mulut melewati saraf perasa hingga melewati tenggorokan.

Rasa gurih dari kuah hasil rebusan tulang dan daging sapi, dengan rasa santan yang tak terlalu tebal, bercampur cita rasa jeruk limau. Lalu disantap isi soto bersama dengan kuahnya. Kentang, tomat, potongan daging, babat, semua langsung terbabat habis di dalam mulut.

Tiap hari Afung masih terjun langsung untuk melihat hasil akhir racikannya. ”Saya masih harus cicipin, liat kekentalannya. Nanti kalau enggak, pelanggan bisa protes, kok rasanya beda,” ungkapnya.

Ia tak bisa diam biarpun hanya sejenak jika ada pelanggan. Alasannya masuk akal, ia tak ingin pelayanan ke pelanggan tak maksimal.

Padahal setiap harinya ibu dua putri dan satu putra ini sudah keluar rumah pukul 04.00 dini hari dari rumahnya di Greenvile menuju warung di Gang Gloria, Pancoran. Pasalnya pukul 05.30 warungnya sudah buka, hingga pukul 17.00.

”Sebelum di sini, saya dagang di Pancoran dari tahun 1996. Itu di deket musala (di mulut Jalan Pancoran IV—Red). Di sana saya bisa jualan sampai jam 10 malem. Kalo di sini, jam 6 juga udah sepi,” tuturnya. Untuk harga, semangkuk soto betawi Afung dibanderol Rp 19.000. Kalau soto plus nasi jadi Rp 23.000.

Sebelum menetap di Gang Gloria dan Pancoran, Afung sudah mulai dagang soto betawi di Glodok (kini jadi Glodok City). Lalu pindah ke gedung Chandra pada sekitar tahun 1982, kemudian pindah ke Asemka sebentar di tahun 1996.

”Pelanggan pada lari, pada enggak tahu. Rasanya juga jadi pengin lari,” ujarnya, akhirnya diputuskan pindah ke Pancoran tahun 1996, dan kemudian menempati warung yang sekarang sejak tahun 2005.

Lumpia Basah, Bir Kocok, Soto Kuning...

Wisata kuliner di Bogor tidak sebatas makanan dan tempat tongkrongan anak gaul. Bagi kalangan mapan di Jabotabek, jajanan kampung di Bogor menjadi salah satu tujuan utama.

Lokasi jajanan kampung ini terdapat di Jalan Suryakencana, perempatan Gang Aut, hingga Jalan Siliwangi. Lokasi yang terbentang dari pintu utama Kebun Raya Bogor atau Pasar Bogor hingga perbatasan Tajur, sentra produksi tas, itu memiliki ragam kekayaan kuliner khas Sunda dan Tionghoa peranakan.

Sebutlah lumpia basah khas Bogor peninggalan almarhumah Encim Eng Cui. Lumpia yang berisikan paduan irisan bengkuang, parutan ebi, telur, dan taoge tersebut sangat lezat dinikmati kala masih hangat.

”Kami tidak pakai vetsin. Sebagai ganti penyedap rasa, kami menambahkan gula pasir. Setiap akhir pekan, bisa terjual 200 porsi,” ujar Anton (43), putra Encim Eng Cui.

Campuran telur, taoge, bengkuang, dan ebi dimasak di wajan yang dipanaskan di atas anglo. Setelah matang, isi lumpia yang wangi dan gurih itu dibungkus kulit lumpia yang tidak digoreng.

Aroma lumpia makin lezat karena lumpia basah dibungkus daun pisang yang masih segar. Jika ingin dihangatkan, ujar Anton, cukup dikukus sekitar 15 menit.

Seorang perempuan warga Jakarta yang ditemui beberapa waktu lalu mengaku selalu menyempatkan diri membeli jajanan kampung khas Bogor, seperti lumpia basah. ”Biasa beli 5 sampai 10 porsi buat oleh-oleh orang rumah,” ujarnya.

Jajanan khas lain yang tidak kalah lezatnya adalah soto kuning Maman dan laksa Bogor di Jalan Ranggagading, nasi goreng pete Goan Tjo, taoge goreng di Gang Besi, soto mi babat Ciseeng, rujak parut, bir kocok, es pala, dan nasi uduk khas Bogor dengan ragam lauk di dekat Sekolah Kesatuan atau Sekolah Mardi Yuana Sukasari.

Surga jajanan ini tersebar di sepanjang bekas Jalan Raya Pos alias Groote Postweg dari gerbang Kebun Raya hingga Jalan Siliwangi. Sebagai patokan adalah Toko Ngesti, Gang Besi, Gang Aut, Sekolah Mardi Yuana Siliwangi, pertigaan Batutulis, dan Pasar Sukasari di dekat kedai asinan Gedong Dalem. Masih banyak lagi lokasi jajanan di Kota Bogor yang enak dan enak banget!

Jan 22, 2010

Fiturnya Tak Kalah Lengkap, Harganya Lebih Miring

Ponsel China kini semakin diburu oleh banyak orang. Selain fitur yang terbilang lengkap, ponsel China diburu lantaran harganya murah. Maraknya situs jejaring sosial, dan perubahan selera konsumen yang kini beralih ke format qwerty mendongkrak penjualan ponsel China.

Ivan, penjaga di toko Experience Phone Shop ITC Cempaka Mas, terlihat kewalahan meladeni pembeli ponsel di kiosnya. Kondisi ini sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir. Maklum, karena banyaknya ponsel asal China, pembeli jadi banyak bertanya mengenai keunggulan dan kelemahan masing-masing merek ponsel.

Rizka Yuhawati misalnya. Remaja tanggung ini tak mau langsung mengeksekusi tawaran ponsel yang diajukan oleh Ivan. "Karena sekarang banyak banget ponsel China, jadi saya mau pilih fitur yang sesuai keinginan saya," ujarnya.

Jemarinya yang imut tampak sibuk memilih beberapa pilihan ponsel China. Pilihannya pun jatuh ke satu merek. "Selain murah, fiturnya tak kalah canggih dibanding ponsel mahal sekalipun," ujarnya.

Bagi Rizka, ponsel sudah menjadi perangkat yang harus ada untuk mendukung kegemarannya berinteraksi di jejaring sosial. Dengan perkembangan fitur ponsel yang teramat cepat, pilihannya jatuh ke ponsel China yang harganya murah.

Belakangan ini, beberapa merek ponsel asal China, seperti Nexian, D-One, HT Mobile, Imo, dan puluhan merek lainnya diburu pembeli, khususnya kalangan menengah bawah. Selain fiturnya yang lumayan canggih, harganya yang berkisar Rp 600.000 sampai Rp 900.000 terasa pas di kantong segmen ini.

Muslia, Staf Pemasaran kios Cingular Wireless di ITC Roxy Mas, menuturkan, saat ini penjualan ponsel China di kiosnya meningkat 100% ketimbang sebelumnya. "Rata-rata per hari terjual 10 unit, padahal sebelumnya hanya tiga sampai empat unit," kata Muslia.

Lonjakan penjualan juga dialami Ivan. Apalagi kiosnya juga menjadi distributor bagi beberapa kios di daerah. "Di daerah, penjualannya tak kalah besar. Dulu hanya 100 unit, sekarang bisa lebih dari 200 unit per bulan," kata Ivan. Rata-rata, harga ponsel yang dipasarkan di kios Ivan sekitar Rp 700.000 per unit.'

Ivan kian girang karena pemberlakukan Asean-China FTA (ACFTA) makin membuka peluang bagi ponsel murah asal China menyerbu pasar Indonesia. Kemungkinan masuknya ponsel black market atau yang sering disebut BM juga kian sedikit. "Barang yang masuk akan semakin bebas, pembeli semakin banyak pilihan, jelas ini menguntungkan konsumen," ujarnya.

Martono Jaya, Presiden Direktur PT Metrotech Jaya Komunika, distributor merek Nexian di Indonesia, melihat serbuan ponsel China sebagai hal yang lumrah. Umumnya, biaya produksi ponsel China memang rendah. "Selain itu, banyak juga ponsel China yang sudah memakai format qwerty. Format ini memudahkan konsumen," ujarnya.

G. Budi Setiawan, Manajer Penjualan Area Jabodetabek PT Golden Victory Indonesia, pemegang merek Micxon mengamininya. Menurutnya, perubahan selera konsumen yang saat ini beralih ke ponsel tipe qwerty membuat penjualan ponsel Micxon melesat. Sayangnya, dia tidak mau menyebut berapa besar lonjakan penjualannya. Yang jelas, Budi optimistis, pemberlakukan ACFTA akan mendongkrak penjualan ponsel China oleh perusahaannya hingga 30 persen.

"Era perdagangan bebas ini sangat menguntungkan kami selaku pengusaha ponsel pabrikan China," katanya.

Hengky Wijaya, pemilik kios Proseluler di Mal Ambasador, justru memilih melawan arus. Meski penjualan ponsel China di kiosnya naik, Hengky hanya menjatah porsi 10 persen untuk jumlah ponsel China di kiosnya. "Saya lebih baik mempertahankan pasar yang ada," jelasnya.

Dia mengambil langkah di ini dengan beberapa pertimbangan. Pertama, meski murah, pengurusan garansi ponsel China sedikit rumit. Kedua, menurutnya, ketersediaan spare part-nya masih minim, sehingga tak sedikit ponsel yang harus dibuang lantaran tak bisa diperbaiki.

Hengky yakin masih ada pembeli yang fanatik terhadap ponsel merek tertentu meski harganya lebih tinggi. Benar saja, Hartono, pembeli di kios miliknya sengaja tak memilih ponsel China meski fiturnya lumayan lengkap. "Lebih baik mahal sedikit, asal mantap pegangannya," ujarnya.

Jan 19, 2010

Rp 167 Juta, Terios TS Matik Banjir Fitur

Meski merupakan Sport Utility Vehicle (SUV) matik termurah, Daihatsu Terios TS A/T, ternyata memiliki perbedaan harga yang sangat mencolok dengan Terios TS versi manual.

Sebab bila Terios TS manual dilepas PT Astra Daihatsu Motor (ADM) hanya dengan harga Rp 150,4 juta Terios TS versi matik memiliki harga yang jauh lebih mahal yakni Rp 166,6 juta. Lebih tinggi Rp 16,2 juta dari versi Terios TS manual.

Namun harga tersebut ternyata diangap ADM masih sesuai dengan seluruh

spesifikasi yang ditambahkan Daihatsu pada SUV barunya ini.

"Sekilas memang terlihat lebih mahal, tapi harga itu cocok dengan beberapa fitur tambahan yang kami aplikasikan di mobil ini," ujar Executive Coordinator Domestic Marketing Division ADM Elvina Afny di sela peluncuran Terios TS A/T di Kelapa Gading, Jakarta, Senin (18/1/2010).

Fitur-fitur yang baru disematkan Daihatsu pada Terios TS A/T ini antara lain indicator gear position, foot rest, AC single blower, foot step, GPS dan tidak lupa transmisi otomatik.

Penambahan fitur-fitur itulah yang menurut Elvina cukup signifikan mendongkrak mobil yang hanya menargetkan angka penjualan sebanyak 70-80 unit saja perbulannya.

"Semua itu merupakan fitur baru di Terios tipe TS, sebagai perbandingan di Terios TS yang manual kan belum ada AC-nya, semua AC yang terpasang itu biasanya dipasangkan di bengkel. Nah di Terios TS matik ini semua sudah kami pasangkan," paparnya.

Namun meski begitu, dengan harga tadi, Terios TS A/T ini tetaplah masih menjadi SUV bertransmisi matik dengan harga paling terjangkau yang ada di pasaran Indonesia.

Cadbury's Takeover

THOUSANDS of Cadbury workers are fearing for their future after bosses today caved in and agreed an £11.7BILLION takeover from America's biggest food company.

Kraft — best known for Philadelphia and Dairylea cheese — upped its offer by more than a billion pounds last night.

The takeover brings an end to Cadbury's history as an independent company dating back to 1824.

Furious Cadbury family members and workers urged shareholders to oppose the deal.

Felicity Loudon, the great grand-daughter of Cadbury founder Sir Egbert, branded it a "horror story".

But some of the City's biggest investors have already accepted the offer — saying the price is right.

It means that Dairy Milk, Cadbury's Flake and Curly Wurly are now AMERICAN.

Kraft boss Irene Rosenfeld insisted Cadbury's staff would "thrive" as part of Kraft.

She said: "We have great respect for Cadbury's brands, heritage and people."

But workers and thousands of Cadbury fans on the internet have already turned on the US company.

A Cannon for Shooting Supplies into Space

If John Hunter—a former physicist at Lawrence Livermore National Laboratory—is successful, the International Space Station may start receiving their supplies from a cannon. No, it's no joke.

First postulated by Jules Verne in his novel From the Earth to the Moon, the idea of space cannons is not new. Many engineers have toyed with the concept, but nobody has came up with an actual project that may work. Hunter's idea is simple: Build a cannon near the equator, submerged in the ocean, hooked to a floating rig. At the cannon's bottom there is a combustion chamber, which uses natural gas to heat hydrogen up to 2,600ºF, increasing the pressure 500%. When released, the gas will launch a capsule with half a ton of material into space, at a swooshing 13,000mph.

The project itself would only cost $500 million, which is a really stupid amount considering the potential benefits: A system like this will cut launch costs from $5,000 per pound to only $250 per pound. It won't launch people into space because of the excessive acceleration, but those guys at the ISS can use it to order pizza and real ice cream.

Jan 16, 2010

Eat Watermelon (Same Results as Viagra, No Side Effects)

According to a new study carried out at the College Station's Texas A&M Fruit and Vegetable Improvement Center, the watermelon could soon take Viagra producing companies out of business since it contains chemicals that have effects similar to those of the blue pill, thus increases libido.

"The more we study watermelons, the more we realize just how amazing a fruit it is in providing natural enhancers to the human body. We've always known that watermelon is good for you, but the list of its very important healthful benefits grows longer with each study," said Dr. Bhimu Patil, the leader of the study.

Watermelons are part of a great variety of fruit and vegetables containing so-called bioactive compounds, also known as phyto-nutrients, able to determine healthy body responses. Lycopene, beta carotene and citrulline are only few of the well known compounds found in watermelons and are catalogued as bioactive chemicals. Citrulline for example, is able to relax blood vessels, which is exactly what Viagra does.

As citrulline is metabolized it is transformed into arginine, an amino acid that helps improve the health of the circulatory system and that of the immune system. Better still, the consumption of watermelons has no side effects, although it has the disadvantage of not being as target specific as Viagra.

"The citrulline-arginine relationship helps heart health, the immune system and may prove to be very helpful for those who suffer from obesity and type 2 diabetes. Arginine boosts nitric oxide, which relaxes blood vessels, the same basic effect that Viagra has, to treat erectile dysfunction and maybe even prevent it," Patil added.

Additionally, arginine improves the removal of ammonia and a whole range of other toxic chemicals from the system, thus helping the urea cycle of the body. The only problem is that citrulline is not commonly found in the fleshy parts of the watermelon, therefore it doesn't usually enter the digestive system.

Certain species of watermelon, the study found, also have larger concentrations of lycopene than tomatoes.

"Lycopene, which is also found in red grapefruit, was historically thought to exist only in tomatoes. But now we know that it's found in higher concentrations in red watermelon varieties. Previous tests have shown that lycopene is much better absorbed from tomatoes when mixed in a salad with oily vegetables like avocado or spinach. That would also apply to the lycopene from watermelon, but I realize mixing watermelon with spinach or avocadoes is a very hard sell," Patil said.

Lycopene is an anti-oxidant with beneficial effects on the heart, prostate and skin, and requires certain fats in order to be better absorbed into the body. Since tomatoes are generally eaten in salads or oily mixes, it's not hard to understand why the compound is better absorbed from them.

"One final bit of advice for those Fourth of July watermelons you buy. They store much better uncut if you leave them at room temperature. Lycopene levels can be maintained even as it sits on your kitchen floor. But once you cut it, refrigerate. And enjoy," he said.

Jan 15, 2010

Spesialis Korek Harian Satria 2-tak Dan 4-tak

Bingung bongkar dan servis motor Satria 2-tak lama atau satria FU Anda? Atau ingin menambah performa? Silahkan datangi bengkel Yovan Speed and Custom (YSC) yang terletak di daerah Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Tepatnya arah ke daerah Rempoa.

Bengkel yang digawangi oleh Iqbal yang biasa dipanggil Iwa ini, biasa menjadi tongkrongan dari pengguna motor-motor Satria baik 2-tak maupun 4-tak. Pemuda yang merupakan lulusan SMK teknik mesin ini memang telah lama berkecimpung di dunia mesin motor.

“Selain terima servis kita juga layani permintaan buat korek harian, ataupun untuk balap karena banyak juga yang doyan main speed,” ungkapnya.

Memang bengkel ini dikenal dari mulut kemulut karena hasil kerjanya yang luar biasa. Selain part-part original, bengkel ini juga menyediakan part-part racing ternama. Hampir setiap hari ada sekitar 3 sampai 4 motor Satria dari sebuah klub Satria di Jakarta menjadi langganan di bengkel ini.

Lanjut dengan urusan harga, ternyata selain hasil yang luar biasa harga juga lumayan murah. “Untuk servis ringan FU kita ngasih harga Rp 35 ribu, servis besar Rp 65 ribu, porting polish Satria FU Rp 150 ribu, harga ini diluar harga part seperti packing,” jelas Iwa.

“Kalau untuk 2-tak, kita buka harga Rp 20 ribu untuk servis ringan dan Rp 35 ribu untuk servis besar,” tambahnya lagi.

Selain servis mereka juga melayani bore up, harga bervariasi tergantung dari permintaan pelanggan. Untuk 2-tak dimulai dari kisaran harga Rp 350–Rp 900. “Harga segini tentunya hanya ongkos jasa, belum termasuk harga part,” tutup Iwa.

Ingin coba korek Satria kesayangan Anda? Silahkan datang saja ke bengkel Yovan Speed and Custom di Jl. Rempoa Pahlawan No.70, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Telp. 021 – 33620695 / 081289299000.

Nikmatnya Bakmi BBT

Kawasan Matraman disebutkan dimiliki oleh tuan tanah David Johannes Smith pada tahun 1789 dan orang saat itu sudah menyebut kawasan ini Matraman. Peninggalan Belanda di kawasan ini tak lain adalah bangunan sekolah yang dimiliki Yayasan Marsudirini.

Bagi alumni sekolah dasar hingga sekolah menengah atas Marsudirini, termasuk para orangtua murid dan mereka yang tinggal tak jauh dari kawasan Matraman, ada hal lain yang membuat mereka kangen untuk datang lagi ke seputaran Marsudirini.

Pasalnya, di mulut Jalan KH Ahmad Dahlan (masih di Jalan Matraman) tak jauh dari sekolah dan gereja, ada warung yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Jika semula warung kelontong itu dikelola oleh Babah Tong, maka sejak nyaris 40 tahun lalu warung itu berubah menjadi warung bakmi yang dijalankan oleh putrinya, Tjhauw Toeng Jin, bersama sang suami, Tjhien Liong Ken. Warung bakmi itu disebut BBT atau Babah Tong.

”Karena dulu ini kan sejak zaman Belanda, memang warung punya Babah Tong, terkenalnya ya warung Babah Tong. Ketika sampai menjadi warung bakmi kita enggak kasih nama, yang kasih nama ya orang-orang,” kata Tjhien Liong Ken yang didampingi putri bungsunya Fanny Tjhien. Mereka mengisahkan hal itu kepada Warta Kota.

Lokasi warung memang mojok nyempil dan sering kali tertutup deretan mobil yang parkir di depan warung. Jika Anda ngeh, ada plang mungil di atas atap warung bagian depan yang bertuliskan ‘RM BBT’. Warga sekitar pasti bisa menunjukkan posisi warung ini.

Fresh

Masuk ke warung ini, pilih tempat duduk dan pesan makanan yang ingin disantap, bakmi pangsit rebus dan bakso. Menu ini adalah menu yang sudah jadi andalan sejak awal tahun1970-an.

Dengan resep Tjhauw Toeng Jin, bakmi pangsit rebus terus dicari pelanggan yang kini sudah beranak cucu dan tinggal di luar Jakarta.

Makanan tiba tak lama setelah dipesan. Semangkuk bakmi yang tertutup potongan ayam dan ayam cincang yang bercampur potongan jamur, kemudian semangkuk kecil berisi pangsit rebus dan bakso. Rasanya gurih dan ‘sensasional.

Yang pasti aroma bakmi ini seperti membawa kita pada masa lalu di mana Matraman masih memiliki trem, di saat warung masih ada di tengah jalan (karena kini sudah banyak mengalami pemotongan lahan untuk pelebaran jalan), ketika bemo masih berkeliaran di depan warung, atau ketika rumah-rumah di kawasan itu dibatasi oleh pagar bambu, bukan tembok.

Pangsit berisi udang kering yang dimakan bersama mi segar cukup bikin kenyang. Kalau tak cukup, bisa ngemil pangsit goreng yang ukurannya jumbo.

”Ini juga dari dulu seperti begini, pangsit goreng, ukurannya besar dan kita tarok aja di meja makan, kayak kerupuk, siapa yang mau, tinggal ambil,” tandas Fanny.

Tjhauw Toeng Jin menambahkan, sejak pertama kali dia berdagang mi, bahan yang digunakan masih sama. ”Mi yang kita pakai fresh, jadi kita ambil tiap hari dari pabriknya. Enggak pake plastik, enggak bisa tahan sampai dua hari, harus langsung habis. Ayamnya juga kita pakai ayam kampung, dari dulu,” paparnya.

Dengan Rp 17.000 untuk semangkuk mi bakso pangsit ditambah Rp 2.500 untuk selembar pangsit, perut tak hanya kenyang tapi juga puas. Warung ini buka setiap hari pukul 07.00-19.00.

Selepas makan mi bakso pangsit, bisa dicoba es duren yang ada di depan warung ini. Es duren di sini sudah ada sejak tahun 1978. Resep Amih dipakai hingga sekarang. Semangkuk es duren berisi duren, es serut, dan susu. Tak pakai susu pun jadilah. Harganya dibanderol Rp 11.000.

Daging duren yang tebal mengelupas bercampur es serut, rasa manis memang asli dari manisnya duren itu sendiri. Segar dan bikin ingin kembali lagi. Warung ini, seperti juga warung bakmi BBT, buka pukul 07.00 hingga sekitar 19.00. (Pradaningrum Mijarto)

Bakmi Mataraman/ Bakmi Babah Tong

Lokasi: Jalan Matraman Raya, dekat sekolah Marsudirini

Waktu operasi: setiap hari pukul 07.00-19.00

Menu andalan: Bakmi Pangsit

Harga: mulai Rp 17.000