Jul 23, 2017

Sensasi Menyantap Bakso Beranak Langsung di Tempat Kelahirannya

Kompas.com - Bakso beranak kini begitu populer. Tak hanya di kota-kota besar, tapi juga di kota-kota kecil di luar Pulau Jawa. Namun tahukah Anda, dari kota apa bakso beranak tersebut "dilahirkan"?

Jawabannya adalah Bogor, Jawa Barat. Di Kota Hujan itu, ada satu kedai bakso beranak yang disebut-sebut menjadi pelopor bakso kekinian tersebut. Big Bakso Family, begitu nama kedainya.

Kiprah pemiliknya dalam ranah bakso beranak jauh lebih lama sebelum bakso ini terkenal, yaitu pada 2013. Pemiliknya adalah pria yang kerap disapa Oding.

Meski kedainya sederhana dan cukup jauh dari pusat kota, gerai Big Bakso Family selalu ramai dikunjungi pelanggan. Saat KompasTravel mengunjunginya pada Minggu (15/7/2017), terlihat deretan motor dan beberapa mobil yang menutupi lahan-lahan sempit di pinggir Jalan Raya Kertamaya.

“Tinggal tiga pak, tinggal tiga,” ujar pelayan Big Bakso Family kepada calon pembeli yang baru datang, pukul 15.00 WIB kala itu. Pengunjung yang beranggotakan enam orang itu sontak terlihat kecewa karena hidangan incarannya habis. Padahal saat itu belum waktunya tutup, seperti yang dijadwalkan pukul 17.00 WIB.

Syukurlah, KompasTravel masih mendapatkan jatah satu bakso beranak yang tersisa. Bakso beranak itu tinggal yang berukuran delapan sentimeter, dengan isi lima bakso dan satu telur ayam utuh.

Bakso terbesar di kedai ini sebesar bola voli dengan isi 12 bakso aneka rasa, dan bobot dua kilogram. Sedangkan di bawahnya ada diameter 10 sentimeter dengan isi 10 bakso kecil aneka rasa, lalu delapan sentimeter isi enam bakso. Ada juga yang isi tiga, dan terakhir isi dua bakso anak.

Anehnya, menyantap bakso sebesar bola takraw ini tidak terasa enek atau begah. Isi bakso yang beraneka rasa mungkin jadi penyebabnya. Ada telur ayam utuh, sosis, bakso urat, bakso giling cabai, bakso tahu, dan bakso daging biasa.

Selain itu, menurut Oding, porsi perbandingan daging yang yang jauh lebh banyak dari tepung kanji membuat cita rasanya gurih, tidak enek walau lebih cepat kenyang.

“Rahasianya perbandingan daging sama tepung satu banding sepuluh. Dagingnya juga kita campur antara paha belakang yang terkenal mengembang, dengan daging rusuk sapi atau iga yang kenyal dan tidak pecah,” ujar Oding pada KompasTravel.

Selain itu, ia juga memilih untuk tidak menggunakan perekat kimia seperti tawas, apalagi borax dan formalin. Baginya pasti ada bahan alami untuk menggantikan fungsi tersebut, yang ternyata putih telur.

“Saya juga tidak bisa oplos daging pake gajih (lemak), karena bakso jadi gak awet, mudah hancur. Karena ini shipping ke banyak cabang. Jadi harus perhatiin banget kualitas,” tuturnya.

Di balik rahasia kelezatan baksonya, kuahnya pun tak sembarangan dibuat. Selain rebusan daging, ia menggunakan lemah jando yang berada di dada sapi, agar lebih gurih dan tidak mengumpal saat dihidangkan.

Dalam seporsi bakso beranak isi enam ini terdapat juga lima bakso daging kecil di dalam mangkoknya. Namun, mi, bihun, kwetiau, tauge dan sayurannya disediakan terpisah dari mangkok berisikan bakso. Satu porsi tersebut dijual seharga Rp 30.000.

“Biasanya ada yang mau baksonya satu tapi makannya berdua, jadi mangkuknya dipisah, biar gak terlalu penuh juga di mangkuk bakso,” jelas Oding.

Sedangkan bakso beranak yang terbesar dibanderol Rp 100.000, biasa dipesan untuk perayaan ulang tahun atau syukuran makan bersama. Satu bakso yang terbesar itu bisa untuk 12 orang.

Bakso ukuran 10 sentimeter dihargai Rp 50.000, bakso isi tiga anak Rp 15.000, bakso isi dua Rp 10.000. Semua anak baksonya memiliki ragam jenis seperti telor, sosis, cabai giling, urat, dan tahu.

Untuk mencobanya, Anda bisa berkunjung ke Jalan Raya Kertamaya No 8, Kertamaya, Bogor Selatan. Dari Stasiun Bogor sekitar empat kilometer arah Cipaku, lewat Batu Tulis.

No comments:

Post a Comment