Jun 26, 2008

Rp 19 Juta buat Anita...(03)


ALLAH Maha Besar, Allah Maha Mendengar dan Allah Maha Melihat terhadap apa-apa yang dialami makhluknya di muka bumi. Seperti doa yang dipanjatkan Manaf, ayah kandung Ny Anita. Doa itu dijabah oleh Allah. Sabtu (14/6) malam, markas Tribun mendadak didatangi seorang hamba Allah. Lelaki itu tak mau menyebutkan identitasnya. "Saya prihatin dengan penderitaan yang dialami Anita. Dimana empati kita semua? Ternyata di daerah yang kaya raya ini, masih ada manusia yang menderita dan kita cenderung tidak peduli serta cuek dengan kenyataan seperti ini," kata pria itu kepada Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim Achmad Subechi, sambil menitipkan amplop sebesar Rp 19 juta rupiah.

"Sisihkan Rp 1 juta untuk biaya perjalanan Anita ke desanya. Sisanya bayarkan ke pihak klinik. Hari Senin nanti saya akan lunasi semuanya. Usahakan malam ini dia keluar dari klinik. Kalau pihak klinik tidak mau, kamu saja yang menjadi jaminannya. Saya benar-benar kasihan dan prihatin dengan keadaan Anita," tutur lelaki yang lahir dan dibesarkan di Kaltim. Mendapat amplop yang berisi sebesar itu, Achmad Subechi, spontan berdiri dalam menyalami sang dermawan yang baik hati. "Allahu Akbar.... Allah Maha Besar. Semoga shodaqoh bapak diterima dan dilipatkgandakan oleh Allah." Pria itu terdiam. Ia lalu berpesan kepada Achmad Subechi agar malam ini juga segera menutup semua biaya perawatan dan pengobatan Ny Anita yang totalnya sekitar Rp 25 juta.

"Usahakan malam ini dia keluar dari klinik ya... Antar ke rumahnya, biar dia ketemu anaknya. Nanti, kalau dia sudah sehat, saya diberi alamat rumahnya dan saya akan bantu Anita setiap bulannya agar beban penderitaannya sedikit terkurangi," pintanya. Mendengar penjelasan itu, bulu kuduk Achmad Subechi berdiri. Malam itu juga ia mengajak beberapa wartawan dan redaktur mendatangi Klinik Al-Afiat, di Jalan Achmad Yani, Balikpapan untuk menyampaikan amanah. Ketika berada di klinik, karyawan bagian kasir dan administrasi sudah pulang. "Kata Bu dokter, lebih baik diselesaikan besok saja. Saya sendiri juga takut Pak menyimpan uang sebanyak itu. Mau saya tempatkan dimana," kata seorang karyawati.

***
SABTU (16/6) hari masih pagi. Jam menunjukkan pukul 11.00 Wita. Seorang lelaki berbadan tegap dan berambut cepak, datang ke Klinik Al-Afiat. Lelaki berpakaian doreng tersebut menanyakan keberadaan seorang pasien bernama Ny Anita. "Mana pasien yang bernama Anita," tanya lelaki tegap yang belakangan diketahui bernama Hendra, kepada salah seorang karyawan klinik Al-Afiat. "Sebentar Pak duduk dulu, nanti dipanggilkan Anita-nya," jawab seorang karyawan klinik. "Ruangannya dimana? Saya mau lihat," tanyanya lagi.

Petugas klinik lalu memanggil Ny Anita. Tak lama kemudian lelaki berbaju doreng berpangkat mayor itu dipertemukan dengan Ny Anita di ruang tunggu berukuran 3 x 5 meter. "Kamu Anita?" tanya Hendra. Anita mengangguk. "Sudah berapa lama kamu disini? Anita sudah makan?" tanyanya. "Sudah Pak". Kedatangan sang mayor TNI AD itu ke klinik, tergerak setelah membaca berita di Tribun Kaltim berjudul: Derita Ny Anita tak Boleh Tinggalkan Klinik (edisi Sabtu/14/6 di halaman 1). Lelaki tersebut kemudian bertanya kepada seorang tukang ojek dan tetangga karibnya untuk diantarkan ke Klinik Al-Afiat.

"Jujur saya tadi pagi menangis membaca kisah Anita di Tribun Kaltim. Ternyata masih ada warga yang tidak mampu membayar biaya pengobatan karena faktor ekonomi dan saya sangat terharu. Saya dari rumah ke sini... dalam perjalanan, hati saya menangis.. Hati nurani saya tergerak untuk membantunya," kenang Hendra. Setelah itu Hendra menghampiri penanggung jawab klinik Al-Afiat, Ali Zaini. Ia ingin mengetahui duduk persoalannya. Harapan untuk menolong Anita tak kesampaian. Sebab, Anita masih mempunyai tanggungan. Hendra pun sadar. Ia bukanlah jutawan. Ia hanya abdi negara yang tergerak hatinya.

Sekian lama menatap Anita, Hendra kemudian mengeluarkan lembaran uangnya dan menyodorkannya kepada Anita. "Buat kamu, bukan buat bayar rumah sakit. Uang itu dari saya buat makan kamu," pesan Hendra. Anita awalnya malu-malu menerimanya. Hendra juga meminta sang tukang ojek untuk membelikan makanan dan minuman buat Anita. Setelah melakukan perbincangan panjang lebar, lelaki tegap yang merasa iba terhadap Ny Anita menjelaskan bahwa dirinya sempat berpikir negatif terhadap pihak klinik ini. Akan tetapi, setelah mendapat penjelasan dari pihak penanggung jawab klinik, Hendra akhirnya memahaminya. Karena itu ia berharap kepada para dermawan yang memiliki harta berlebih, mau membantu dan meringankan beban Anita. "Setelah mendapat penjelasan dari penanggung jawab saya bisa memahami. Saya ini orang Padang dan tidak punya hubungan apa-apa dengan Anita. Niat saya bagaimana Anita itu cepat sembuh. Kita hidup kan saling membantu dengan sesama. Jadi saya juga menghimbau kepada masyarakat dan pejabat untuk membantu warganya," tuturnya.