Jul 11, 2009

Kuliner Dunia ala Kaki Lima

BUDAYA jajan alias makan di luar bagi warga Jakarta sudah mendarah daging. Biar kantong tidak jebol, tetapi hobi tersalur dan tetap kenyang, warung-warung kaki lima adalah solusinya. Apalagi, restoran kelas emperan itu kini menyajikan beragam masakan internasional dengan harga ”ramah”.

Bicara soal kuliner dunia, imajinasi langsung berkembang dan terpaparlah pizza dan spaghetti ala Italia, tak lupa lasagna dan fetucini. Empuknya daging steak membuat ngiler ketika disuguhkan dengan kentang goreng renyah. Yang tidak pernah lekang dimakan zaman tentu saja burger dan hotdog.

Itu saja? Jangan salah, sekarang tren masakan impor tak terbatas pada makanan dari Eropa. Lidah orang Jakarta makin akrab dengan masakan Jepang, Thailand, Malaysia, juga Korea. Menemukan sumber sajian itu tak sulit. Susuri saja jalanan Jakarta, warung-warung tenda dengan koki-koki pribumi yang jago meracik masakan impor mudah ditemukan.

Wisata icip-icip bisa dimulai di Jakarta Pusat, tepatnya di Bubur Ayam Penang di Pejompongan. Membaca tulisan bubur ayam penang yang tertera di kaca gerobak, penikmat kuliner tentu berpikir seperti apa rasa bubur ayam Malaysia ini.

Di semangkuk bubur ayam penang seharga Rp 10.000 terdapat tongcai, seledri, bawang goreng, cakwe, dan kerupuk. Yang membuatnya berbeda dari bubur ayam biasanya adalah ada sentuhan kecap asin rasa ikan dan daun ketumbar. Kecap asin rasa ikan menunjukkan kekhasan masakan melayu. Daun ketumbar mengingatkan kita akan masakan Thailand. Sedap nian!

Bubur ayam penang memberikan tambahan kejutan berupa kerupuk pangsit, yang membuat bubur ini terlihat lebih ramai. Yang cukup membuat mata melek adalah sambal kacangnya… uiiihh… pedas dan tajam. Jika Anda bukan penggemar makanan pedas, sebaiknya hindari pemakaian sambal ini.

Menurut Adi, karyawan Bubur Ayam Penang, walaupun bubur ayam ini baru beroperasi sekitar tiga bulan lalu, peminatnya sudah mulai banyak. ”Yang pernah datang, sudah kembali datang lagi. Berarti mereka cocok dengan bubur ayam kami,” kata Adi.

Warung yang beroperasi di pelataran parkir Butik Muslim Mumtaz, Pejompongan, ini buka pukul 17.00-24.00. ”Biasanya yang datang itu anak muda. Mereka makan sore atau malam sekalian. Tetap enak karena buburnya selalu hangat,” kata Adi.

Warung bubur ini hanya menyediakan bubur ayam penang sebagai menu makanan. Sementara untuk minuman, mereka menyediakan teh, kopi, dan jus. Mereka juga menyediakan teh tarik Thai (Thailand, bukan ala Malaysia).

Selain bubur ayam, santapan yang juga banyak dikunjungi konsumen, khususnya di malam hari, adalah Steak Joni di kawasan Krekot, Pasar Baru, masih di Jakarta Pusat. Semula Steak Joni hanya berupa kaki lima. Namun, karena pengunjungnya cukup banyak, terutama pada malam Minggu, warung Steak Joni pun diperbesar. Bahkan, telah dibuka cabang Steak Joni yang letaknya tepat di seberang warung Steak Joni yang sudah ada.

Menu yang disajikan tidak kalah dengan restoran steak. Ada tenderloin, sirloin, baik yang impor maupun lokal. Harganya cukup bersaing. Untuk yang impor sekitar Rp 40.000, sedangkan yang lokal sekitar Rp 27.000. Selain steak, juga disajikan spaghetti bolognise yang di banderol Rp 17.000 untuk porsi yang cukup mengenyangkan.

No comments:

Post a Comment