Jul 29, 2014

Mudik ke Yogyakarta, Jangan Lupa 5 Kuliner Ini

Tempo.com - Yogyakarta punya segudang daya tarik yang bisa membikin turis kangen untuk datang kembali. Dari karsya seni, pentas budaya, hingga tentu saja olahan pangannya. Siapa yang tak kenal dengan masakan jadul khas Kota Gudeg?

Meskipun "berjuang" di tengah gempuran sajian ala waralaba lokal maupun mancanegara, hidangan asli masih berkibar. Bahkan saking digandrungi, penganan itu selalu banjir peminat. Berikut ini lima pilihannya seperti dikutip dari Travelounge:

Bakmi Kadin

Berlokasi pesis di belakang kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jalan Kusumanegara. Namun ternyata nama Kadin tak ada hubungannya dengan lokasi tersebut. Kadin rupanya kependekan dari Karto Kasidin, nama perintis usaha ini sejak 1947.

Pengunjung akan disambut deretan lima gerobak bakmi. Yang khas dari bakmi Jawa adalah proses memasaknya di wajan model kuno. Demi menjaga cita rasa, sang koki hanya membuat satu porsi mi dalam sekali masak. Jadi siap-siap untuk bersabar.

Tersedia mi rebus, mi goreng, dan mi nyemek alias mi berkuah sedikit. Pembeli boleh memesan setengah porsi. Harga per porsi Rp 15 ribu. MInuman pilihannya bajigur yang kaya akan rempah-rempah.

Selanjutnya: Bakmi Pele

Bakmi Pele


Bisa ditemukan di pohok timur Pagelaran Alun-Alun Utara. Didirikan pertama kali pada 1983 oleh Bapak Suharjiman, yang sehari-hari bekerja sebagai pelatig sepak bola anak-anak. Karena ada kaitannya dengan sepak bola itulah, warung ini dikenal dengan nama Bakmi Pak Pele atau Bakmi Pele.

Sesaat setelah warusng dibuka setiap senja, antrean langsung terlihat. Bila berkunjung tepat pada akhir pekan atau momen libur panjang, jangan harap pesanan kita bisa hadir dengan cepat. Karena itu disarankan jangan datang dalam kondisi sangat lapar.

Pada musim liburan, bisa terjual hingga 500 porsi mi per hari. Sang koki juga maksimal hanya membuat dua porsi dalam sekali masak demi menjaga cita rasa. Selain mi rebus, ada mi goreng, dan mi nyemek. Yang khas di sini, tambahan telur bebek dan kol. Harga per porsi Rp 17 ribu.

Terdapat pula menu andalan ayam rica-rica seharga Rp 20 ribu. Sajian itu tak tercantum di daftar menu dan hanya dibuat bila ada yang memesan. Lantas, minuman favoritnya wedang jahe panas yang disajikan dengan gula jawa.

Selanjutnya: Lotek dan Gado-gado Teteg Baciro

Lotek dan Gado-gado Teteg Baciro

Disebut Lotek Teteg karena di awal berdiri pada 1968 lokasinya di sekitar teteg sepur alias pintu palang kereta api daerah Baciro. Kemudian pindah ke area parkir kantor DPD Golkar di Baciro.

Lotek merupakan makanan khas Jawa yang kaya akan sayuran. Bumbunya terdiri atas kacang goreng, gula merah, cabai, bawang putih, kencur, air asam, dan garam. Dipadu dengan bayam, kangkung, tauge, kol, kacang panjang dan dilengkapi kerupuk bawang.

DI warng Lotek Teteg digunakan cobek berdiameter sekitar 80 sentimeter. Perlu keterampilan dan tenaga besar untuk mengulek bumbu. Tidak mengherankan jika mengulek dilakukan oleh seorang laki-laki. Tersedia lotek dan gado-gado. Masing-masing seharga Rp 15 ribu dan Rp 17 ribu. Jangan kaget melihat porsinya yang besar.

Selanjutnya: Lotek dan Gado-gado Bu Bagyo Colombo

Lotek dan Gado-gado Bu Bagyo Colombo

Bermula dari usaha kecil di Jalan Moses Gatotkaca, Colombo, samping Universitas Sanata Darma pada 1985. Sekarang pemiliknya telah membuka lebih dari 10 cabang di seantero Yogyakarta dan sekitarnya. JUmlah karyawannya sekitar 150 orang.

Untuk menjaga cita rasa, setiap karyawan yang bertugas mengulek bumbu harus melewati pelatihan intensif. Khusus untuk gado-gado, bumbu dikirim langsung dari pusatnya di Colombo.

Yang khas dari racikan lotek dan gado-gado ini bakwa goreng nan renyah yang dipotong kecil-kecil dan diacuk dengan bumbu. Harga dipatok mulai Rp 9.000-12 ribu.

Selanjutnya: SGPC Bu Wiryo

SGPC Bu Wiryo

Menjadi tempat sarapan yang cukup terkenal di Yogyakarta. SGPC kependekan dari Sego Pecel. Bagi sebagian orang yang pernah berkuliah di Universitas Gadjah Mada dan sekitarnya, akan terasa ada yang "hilang" bila belum sarapan di warung ini saat menyambangi Yogyakarta.

Pada awal berdiri tahun 1959, keluarga Wiryosoenarto memilih lahan sempit di sebelah timur Kantor Pusat Tata Usaha UGM. Baru pada 1994 pindah ke area yang lebih luas di Jalan Agro, sebelah utara Selokan Mataram.

Menu utamanya tentu nasi pecel berisi sayuran, seperti bayam, kangkung, kacang panjang, dan tauge. Ada pula nasi sop yang unik karena dikombinasikan dengan sayur bayam. Di warung ini, menu tertata rapi di satu meja panjang.

KIta tinggal mengambil sesuai dengan selera. Ada telur ceplok, tahu-tempe goreng, aneka gorengan, serta sate kerang dan telur puyuh. Harga sajian berkisar antara Rp 9.000 dan Rp 15 ribu. Jika masih belum puas makan di tempat, kita bisa membeli bumbu pecelnya saja yang dipatok seharga Rp 150 ribu per kilogram.

No comments:

Post a Comment