Liputan6.com - Gentayangan, adalah istilah sekelompok anak muda yang memasarkan maicih lewat situs jejaring sosial Twitter dan Facebook. Maicih merupakan kripik pedas dengan berbagai tingkatan kepedasan yakni tiga, lima, dan sepuluh. Makanan ini sangat digemari, khususnya kawula muda karena rasanya yang membuat ketagihan dan membuat mulut "panas".
Disebut gentayangan karena pemasaran produk maicih kerap berpindah tempat. Waktunya pun sulit ditebak dan dijual terbatas. Sehingga kerap membuat para penyuka maicih penasaran dan terus mencari. Reza Hurhilman, sang kreator maicih bersama kawan-kawan yang mempromosikan produk ini lewat Twitter dan Facebook. "Promosinya istilahnya jadi seperti bola salju," tutur Reza, belum lama ini.
Produk Maicih hasil kerja sama Reza dan kawan-kawan bersama warga setempat. Penduduk di sebuah kampung di Bandung, Jawa Barat, membuat kripik ini dibantu sejumlah orang. Ibu Ade, ditunjuk Reza menjadi mitra produksi rumahan maicih. "Kita mengemas gimana jajaran kampung ini bisa naik kelas," imbuh Reza.
Berkat pemasaran yang dikemas secara profesional, Ibu Ade merasakan perubahan yang signifikan. "Alhamdulillah dulu mah penjualan cuma 100 biji. Tapi sekarang sudah bermitra dengan maicih, sehari sekarang mencapai 2.000 per bungkus." Ia mengaku dalam sebulan omzet yang dikantongi bisa mencapai Rp 800 juta sampai Rp 900 juta. Di mana sehari saja, bisa mencapai keuntungan Rp 30 juta.
Pembuatan maicih terbilang higienis. Sebelum dicampur dengan bumbu pedas, kripik dimasak memakai pasir. Karena tidak menggunakan minyak goreng, kripik ini higienis dan rendah kolesterol. Video
No comments:
Post a Comment