Feb 21, 2010

Ayam Bakar Mbal Mbul

Jika Anda kebetulan melewati Jalan Raya Kebayoran Lama, selepas belokan Rawabelong, Anda akan melihat rumah makan ayam bakar dengan nama unik, Mbal Mbul.

Pada mulanya, pedagangnya berjualan dengan gerobak kaki lima. Enam tahun kemudian si pedagang mampu mengontrak kios untuk dijadikan rumah makan. Tentunya karena sukses.

Ditemui di rumah makannya, pedagang itu, Abdul Wahid (29), mengatakan bahwa kini setiap hari ia bisa menjual ayam bakar 200-300 ekor.

Pembeli bisa membeli ayam bakar satu ekor utuh, bisa juga potongan. Kendati kini rumah makannya sudah permanen, harga ayam bakar yang ditawarkan Wahid masih sekelas kaki lima.

”Tiap tahun cuma naik Rp 1.000 per ekornya. Kalau harga ayam sedang naik-turun, juga tetap harganya. Kecuali kenaikannya lama. Kalau cuma 2-3 minggu naiknya, paling-paling keuntungan jadi semakin tipis,” katanya.

Selain dibakar, ayam di warung Wahid bisa digoreng, tergantung permintaan pembeli. Jika beli potongan, dibakar atau digoreng harganya sama Rp 7.000. Sementara jika satu ekor utuh juga bisa dibakar atau digoreng—harga—Rp 25.000.

Rasa ayam bakarnya agak manis. Kendati demikian, di balik rasa manisnya lamat-lamat kita merasakan beragam bumbu yang melapisi dan meresap ke dalam daging ayam tersebut.

Dengan hidangan tambahan berupa tahu-tempe serta sayur asem plus lalapan, menikmati ayam bakar Mbal Mbul jadi tambah komplet. Hanya saja kalau sedang jam ramai, misalnya waktu makan siang, Anda harus sedikit bersabar sampai ayam bakar dkk tersaji di meja Anda.

Sekali Anda mencicipi ayam bakar Mbal Mbul, lain waktu pasti ingin mampir lagi, lagi, dan lagi, sampai badan Anda benar-benar menjadi gembul.

Selain ayam, juga tersedia menu lainnya, seperti ikan bawal laut goreng/bakar dengan harga Rp 14.000/ekor (250 gram). Sedangkan ikan bawal tawar Rp 7.500. Ada juga sop iga sapi yang harganya Rp 11.000, pepes ikan mas dan ikan kembung masing-masing Rp 7.000, pepes jamur dan pepes tahu masing-masing Rp 3.000 dan Rp 2.000. Adapun sayur asem Rp 3.000/mangkuk.

Tak punya freezer

Setiap hari, ayam yang dijual Wahid merupakan ’ayam segar’. Maksudnya, ayam yang hari itu dijual adalah ayam yang hari itu baru dipotong dan langsung dimasak.

”Saya tidak pernah punya freezer (mesin pendingin—Red), karena rasanya akan berbeda dengan ayam yang baru dipotong,” kata Wahid yang mendapatkan ayam broiler dari pemasok langganannya.

Ia memiliki dandang berdiameter sekitar satu meter yang bisa dipakai memasak sekitar 30 ekor ayam sekaligus. Selama sekitar satu jam, ayam-ayam itu dimasak dan kemudian siap digoreng atau dibakar.

”Saya kan sudah punya perhitungan, jangan sampai sisa setiap harinya. Setiap mau masak, tinggal pesan dan (ayamnya) langsung dipotong sama pemasok,” ujar lulusan sekolah lanjutan atas ini.

Mengenai bumbu, Wahid enggan membocorkan resepnya. Menurutnya, bumbunya sama saja dengan bumbu ayam bakar dan goreng pada umumnya. Begitu juga menu yang lain.

Dalam menjalankan usahanya Wahid dibantu dua tukang masak yang bekerja sejak pukul 05.00 sampai sore. Sementara delapan karyawan lainnya bertugas melayani. Wahid tinggal mengawasi saja.

Setiap hari, rumah makan yang berada di Jalan Kebayoran Lama No 357 tersebut buka pukul 09.00 sampai pukul 23.00. Rumah makan itu bisa menghabiskan sekitar 50 kg cabai merah keriting untuk bumbu, 35 kg ketimun, dan 15 kg tomat setiap harinya.

Ayam Bakar Mbal-Mbul
Jalan Kebayoran Lama No 357
Jakarta Barat
Telp: (021) 68543570


No comments:

Post a Comment