Mar 14, 2010

Sayur Pucung, Rawon Ala Betawi

Anda tentu masakan rawon bukan? Ya, masakan khas Jawa Timur itu memang nikmat meski berkuah hitam. Tapi jangan dikira Betawi tak punya masakan, setidaknya mirip rawon. Namanya sayur pucung.

Pucung sendiri dalam bahasa Betawi adalah kluwak atau kluwek. Ini sejenis rempah yang membuat masakan seperti rawon berkuah gelap. Nah, jika di rawon orang biasa menggunakan daging, sementara sayur pucung menggunakan ikan gabus. Maka itu masakan ini kerap disebut gabus pucung.

Namun, lantaran ikan gabus (sejenis ikan air tawar) sulit didapat sekarang ini, sejumlah orang yang masih mempertahankan masakan pucung ini menggantinya dengan ikan gurame.

Salah satu warung makan yang menyediakan menu gabus pucung adalah Rumah Makan Betawi H Nasun di Jalan Moh Kahfi II No 21, Srengsengsawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Baru-baru ini Warta Kota menyempatkan diri mampir ke warung makan ini. Ketika tiba, waktu menunjukkan pukul 13.20. Sudah pasti, lantaran itu adalah jam makan siang, hampir semua bangku yang tersedia sudah diisi pengunjung.

Kami pun buru-buru memesan gabus pucung yang menjadi andalan warung makan ini. Sayang, niat mencicipi menu langka tersebut musnah. Menurut si empunya warung, H Nasun, pasokan ikan gabus sedang seret. Namun, ia memberi solusi lain yakni menu gurame pucung.

"Ini (gurame pucung) juga sama enaknya kok. Kan kuahnya sama dengan yang dipakai buat gabus pucung. Dijamin mantap deh," kata H Nasun berpromosi. Ya, selain gabus, ikan yang bisa dipakai sayur pucung adalah mas, tawes, dan gurame. Anda tinggal pilih. Selain sayur pucung, juga ada pecak.

Akhirnya, kami memesan gurame pucung. Setelah menunggu sebentar, sepiring gurame pucung pun terhidang di depan kami. Segera saja kami mengambil sendok dan mencicipi kuahnya. Wow, rasanya unik tapi asyik.

Bumbu pucungnya begitu terasa, kuahnya harum, dan ada sedikit unsur manis serta pedas. Ikan guramenya, meski "berenang" di kuah pucung, tetap renyah dan tidak lantas jadi lembek. Saat dimakan bersama nasi, wow, rasanya mantap.

Tak terasa, ikan gurame pun ludes menemani sepiring nasi pulen. Bahkan kuah pucung yang ada di piring pun ludes tak tersisa.

Menurut H Nasun, kuah pucung juga bisa dipakai untuk ikan bandeng. Masakan bandeng pucung merupakan masakan tradisional khas Betawi di mana pada zaman dulu masakan ini menjadi antaran anak kepada orangtua atau menantu kepada mertua saat menjelang puasa, lebaran, atau bahkan Imlek.

Tradisi mengantarkan makanan ini disebut nyorog. Meski saat ini masih dijalankan oleh sebagian generasi sekarang, tradisi ini perlahan mulai pudar.

Full kelakar

Satu lagi yang membuat warung makan ini sangat khas adalah guyonan H Nasun kepada pelanggannya. Ia mencoba untuk akrab dengan semua pengunjung rumah makan ini, acara santap siang menjadi kian semarak dengan guyonan-guyonan khas H Nasun.

Pak haji, panggilan akrab pelanggan kepada H Nasun, rajin mendatangi meja pelanggannya, mengajak mereka bercanda dan berkelakar. Bahkan ia kerap mengobrol bersama pelanggan jika mereka sudah selesai makan.

Warung makan H Nasun buka setiap hari mulai pukul 10.00 hingga pukul 14.00. Dalam sebulan ada tiga hari warung ini libur, namun tak bisa dipastikan kapan waktunya. Jadwal libur terserah Pak Haji. "Kadang kita capek dan pengen libur, ya udah warungnya nggak buka," katanya.

Harga satu porsi makanan di sana tak terlalu mahal, berkisar Rp 10.000-40.000, bergantung besar-kecilnya ikan. Selesai makan, Anda bisa mengambil pisang yang disediakan. Uniknya, untuk pisang tak usah membayar alias gratis.

"Pisang di sini gratis. Ini bagian dari sedekah. Kalau mau ngambil sesisir juga nggak apa-apa, silakan aja," kata lelaki yang mengaku lahir tahun 1933 namun masih terlihat bugar ini.

Rumah Makan Betawi H Nasun
Jalan Moh Kahfi II No 21, Srengsengsawah
Jagakarsa, Jakarta Selatan
Telp: 021-7870016


No comments:

Post a Comment