Liputan6.com - Banyak kisah pilu buruh migran dipicu buruknya sistem perekrutan dan perlindungan yang kurang memadai. Namun di Taiwan telah diterapkan sistem yang lebih baik bagi pekerja asing nonformal. Namun di Taiwan telah diterapkan sistem yang lebih baik bagi pekerja asing nonformal. Mulai dari pemberian hari libur, penyediaan asuransi hingga training yang lebih ketat.
Bapak dan ibu Lily, misalnya. Mereka telah setahun terakhir mempekerjakan seorang tenaga kerja Indonesia asal Jember, Jawa Timur, Nur Kholifah. Nur dipercaya menjaga ibu Lily yang sudah tua, mulai dari membantu pekerjaan di dapur, mencuci, sampai merawat sang nenek.
Walau harus bekerja 24 jam seperti layaknya pembantu rumah tangga seperti di Hong Kong, Cina, para TKI di Taiwan mendapatkan hari libur dan uang lembur. "Libur boleh asal bilang dulu, kalau nggak mau libur ya dikasih uang lembur buat hari Minggu," kata Nur.
Keistimewaan lainnya adalah adanya asuransi kesehatan sehingga mereka tidak terlalu khawatir jika jatuh sakit di negeri orang. "Asuransinya menggunakan Askes, pembantu membayarkan 20 persen, majikan 20 persen, dan pemerintah juga," kata pengelola TKI di Taiwan, Popo Krisantus.
Para majikan di Taiwan tidak berkeberatan membayarkan asuransi pada TKI karena sejauh ini mereka puas dengan kerja buruh migran asal Indonesia. "Selama lima tahun saya menggunakan pembantu dari Indonesia. Pekerjaan mereka bagus, sabar, dan mereka bisa berbahasa Cina dengan cepat," kata majikan Nur Kholifah, Lily.
Dari sekitar 400 ribu tenaga kerja asing nonformal di Taiwan, Indonesia menempatkan paling banyak pekerjanya, yakni sekitar 160 ribu orang. Hal ini lantaran Taiwan membatasi jumlah pekerja asing nonformalnya.
Beragam prosedur ketat juga menjadi seleksi tersendiri untuk mendapatkan TKI yang lebih baik. Tempat pelatihan Good Power, misalnya. Di salah satu perusahaan pengerah tenaga kerja asing di Taiwan, para TKI diberi fasilitas memadai sekaligus tempat training bagi mereka sebelum ditempatkan. Tak hanya itu, perusahaan juga merekrut para senior TKI untuk memberikan pelatihan dan bimbingan bagi buruh migran baru.
Semua data personal para TKI diatur dalam file-file tersendiri. Para TKI pun dibekali dengan pengetahuan dan pendampingan yang maksimal. Nomer hotline yang aktif 24 jam juga bisa membantu para TKI jika ada masalah dengan majikan. Dengan sistem perlindungan tersebut, para TKI di Taiwan bisa bekerja lebih tenang.
Cerita pilu para TKI sudah saatnya dikurangi. Tidak ada salahnya sistem perekrutan dan perlindungan TKI di Taiwan bisa menjadi contoh agar para pahlawan devisa mendapatkan perlindungan memadai. Video
Bapak dan ibu Lily, misalnya. Mereka telah setahun terakhir mempekerjakan seorang tenaga kerja Indonesia asal Jember, Jawa Timur, Nur Kholifah. Nur dipercaya menjaga ibu Lily yang sudah tua, mulai dari membantu pekerjaan di dapur, mencuci, sampai merawat sang nenek.
Walau harus bekerja 24 jam seperti layaknya pembantu rumah tangga seperti di Hong Kong, Cina, para TKI di Taiwan mendapatkan hari libur dan uang lembur. "Libur boleh asal bilang dulu, kalau nggak mau libur ya dikasih uang lembur buat hari Minggu," kata Nur.
Keistimewaan lainnya adalah adanya asuransi kesehatan sehingga mereka tidak terlalu khawatir jika jatuh sakit di negeri orang. "Asuransinya menggunakan Askes, pembantu membayarkan 20 persen, majikan 20 persen, dan pemerintah juga," kata pengelola TKI di Taiwan, Popo Krisantus.
Para majikan di Taiwan tidak berkeberatan membayarkan asuransi pada TKI karena sejauh ini mereka puas dengan kerja buruh migran asal Indonesia. "Selama lima tahun saya menggunakan pembantu dari Indonesia. Pekerjaan mereka bagus, sabar, dan mereka bisa berbahasa Cina dengan cepat," kata majikan Nur Kholifah, Lily.
Dari sekitar 400 ribu tenaga kerja asing nonformal di Taiwan, Indonesia menempatkan paling banyak pekerjanya, yakni sekitar 160 ribu orang. Hal ini lantaran Taiwan membatasi jumlah pekerja asing nonformalnya.
Beragam prosedur ketat juga menjadi seleksi tersendiri untuk mendapatkan TKI yang lebih baik. Tempat pelatihan Good Power, misalnya. Di salah satu perusahaan pengerah tenaga kerja asing di Taiwan, para TKI diberi fasilitas memadai sekaligus tempat training bagi mereka sebelum ditempatkan. Tak hanya itu, perusahaan juga merekrut para senior TKI untuk memberikan pelatihan dan bimbingan bagi buruh migran baru.
Semua data personal para TKI diatur dalam file-file tersendiri. Para TKI pun dibekali dengan pengetahuan dan pendampingan yang maksimal. Nomer hotline yang aktif 24 jam juga bisa membantu para TKI jika ada masalah dengan majikan. Dengan sistem perlindungan tersebut, para TKI di Taiwan bisa bekerja lebih tenang.
Cerita pilu para TKI sudah saatnya dikurangi. Tidak ada salahnya sistem perekrutan dan perlindungan TKI di Taiwan bisa menjadi contoh agar para pahlawan devisa mendapatkan perlindungan memadai. Video
No comments:
Post a Comment