May 8, 2009

Obama Antre Burger

Namanya juga presiden negara adidaya, acara makan siang Barrack Obama pasti hebat. Meja makannya dari kayu mahogani di ruangan dengan lampu chandelier emas tergantung di sana. Dilayani kepala pelayan (butler), menggunakan alat makan mewah, serta di bawah tatapan mata potret John Quincy Adams.

Namun tampaknya Obama dan wakilnya, Joe Biden, bosan juga dengantata cara makan yang mewah tersebut. Maka pada Selasa (5/5) siang pukul 12.26 waktu Washington, Obama menyuruh protokoler Gedung Putih menyiapkan mobil, dan dua petinggi paling tinggi di Amerika Serikat (AS) itu cari makan di luar.

Bukan restoran mewah yang dituju keduanya, tapi sebuah kedai burger di 1713 Wilson Boulevard. Tak ada plang di sana, tapi hampir semua orang di DC (sebutan lain untuk Washington DC) tahu kedai itu adalah Ray Hell's Burger, yang terkenal dan dicintai karena burger premiumnya berisi daging seberat 10 ounce atau 283,5 gram.

Jangan terkejut, jangan heran, meskipun presiden dan wakil presiden negara tersebut, Obama dan Biden tetap mengantre menunggu giliran dilayani. Melihat ada presidennya di sana, masyarakat AS yang sedang makan siang di kawasan Arlington Mall itu mendekat. Tapi Obama dan Biden cuek saja, tetap mengantre dan berbincang-bincang dengan warga.

Dua orang yang berada di depan Obama juga tidak merasa terintimidasi dengan kehadiran presiden dan wakilnya di belakang mereka. Dengan santai mereka memilih menu makan siang mereka.

Akhirnya tiba lah giliran Obama dan Biden dilayani. Presiden mendongak untuk melihat papan menu di dinding atas konter. Pandangannya tidak tertuju ke sajian spesial Ray, sebuah burger seharga 17,50 dolar AS lengkap dengan hati angsa dan minyak jamur truffle, tapi langsung ke pilihan yang sangat sederhana.

"Cheddar cheeseburger biasa, dagingnya medium agak matang," kata pembeli dengan nomor antrean 42 hari itu.

"Jangan pakai saos tomat, tapi daun slada dan tomatnya ditambah. Kamu punya mustard yang agak pedas? Dijon mustard?" kata Obama lagi.

Sementara itu Biden memesan Swiss cheeseburger dengan merica meksiko, pakai saos tomat, dan minumnya root beer.

"Kentang goreng kamu enak nggak?" Tanya Obama ke pria di balik konter.

Tim Murray yang melayani Obama saat itu menjawab, "Kami tidak menyajikan kentang goreng." Dia lalu menganjurkan Obama pesan Cheesy tater Puff, yakni bubur kentang dengan keju cheddar dan bawang sangrai. Obama terlihat ragu- ragu, tapi akhirnya pesan satu untuk dimakan berdua Biden.

Di kasir Obama dan Biden BS-BS alias bayar sendiri sendiri. Mereka mengeluarkan dompet dari sakunya dan menarik uang untuk membayar makan siang mereka. Harga cheeseburger biasa pesanan Obama 7,95 dolar AS. Tapi sang presiden menraktir wartawan yang menyertainya, kameramen, pengawal-pengawalnya, dan tentu saja kepala protokoler Gedung Putih, Reggie Love.

"Kalau kalian tidak kami bayari, jangan-jangan kalian akan menulis kami pelit lagi," kata Obama bercanda dengan para wartawan.

Kemudian Obama memasukkan 5 dolar AS ke toples tip.

Tim Murray kepada wartawan menyatakan terkagum-kagum presidennya masih membawa uang tunai. "Kedai kami tidak terima kartu kredit, dan saya tidak mampu ngomong ke presiden untuk mengambil uang dulu di ATM," kata Murray.

Yolanda Pineda (29), koki yang bertugas saat itu, mengerjakan pesanan Obama dan Biden dengan sangat hati-hati. "Ini especial," katanya.

"Kencan makan siang" itu, demikian Obama menamainya, berlangsung selama 34 menit. Sebelum masuk ke mobil, Obama dan Biden sempat berfoto bersama para karyawan Ray Hell's Burger dan orang-orang yang berkerumun di luar. Foto cukup diambil pakai kamera telepon seluler.

Ray Hell's Burger dimiliki Michael Landrum, seorang pengusaha restoran di Washington. Dia juga memiliki Ray's the Steak di Arlington dan Ray's the Classic di Silver Spring.

Namun restoran burgernya yang paling populer. Direktur urusan undang-undang Gedung Putih, Peter Schiliro, juga pelanggan kedai ini. Diduga Schiliro yang merekomendasikan kedai ini ke Obama.

Kunjungan mendadak Obama ke kedai burger dipuji banyak orang, karena mantan senator Illinois itu tidak berubah sombong setelah jadi presiden. "Ini menunjukkan dia tetap menjalin kontak dengan masyarakat biasa, tidak duduk di menara gading," kata Bonnie Cosby, salah satu pengunjung Ray.

No comments:

Post a Comment