Jan 30, 2010

Bubur Bang Tatang

Makan bubur ayam yang panas rasanya cocok untuk menepis hawa dingin di kala musim hujan seperti ini. Tapi apa jadinya kalau suwiran ayamnya lebih banyak dari bubur nasinya? Ini cuma bisa Anda temui di Bubur Ayam Bang Tatang.

Ya biasanya, bubur ayam hanya menyertakan sedikit suwiran daging ayam. Bahkan ada yang suwirannya seolah hanya pelengkap supaya namanya sah menjadi ’bubur ayam’.

Berbeda dengan Bubur Ayam Bang Tatang. Pembeli dimanjakan dengan suwiran ayam yang meskipun terasa lebay alias berlebihan, tapi bikin hati senang.

Kalau pengin menikmatinya, silakan datang ke warung bubur ayam Bang Tatang di Jalan Palmerah Barat (dekat pertigaan Rawabelong), Jakarta Barat. Warung buka mulai pukul 18.00. Cuma Anda harus cepat. Soalnya, hanya dalam tempo 2-3 jam, bubur itu pun ludes.

Biasanya, pembeli yang datang sekitar pukul 20.00 mulai tidak pede. Begitu datang, mereka umumnya bertanya dulu, ”Bang, buburnya masih?” Mereka paham, lewat 2 jam dari warung buka adalah masa-masa kritis.

Kalau Bang Tatang menjawab, ”Masih”, barulah pembeli tersenyum lega. Itu artinya mereka masih kebagian bubur yang sudah dijual sejak 20 tahun lalu itu.

Bang Tatang menuturkan, usaha jualan buburnya berawal dari gerobak. Baru sekitar 6 bulan lalu ia memiliki kios. Selama masih memakai gerobak, seringkali Bang Tatang hanya berjualan sekitar satu jam saja, lantaran sebelum buka pun pembeli sudah mengantre sambil membawa rantang. Tak jarang ia mendapat omelan ketika datang terlambat.

”Dulu sewaktu belum ada kiosnya, sebelum buka juga udah pada ngantre bawa rantang, karena Bang Tatang nggak nyiapin untuk dibungkus. Sudah tahu, kalau kemaleman ke sini pasti nggak kebagian. Paling (buka) satu jam udah habis sih,” kata salah satu pengunjung setia yang sudah hampir 10 tahun menikmati bubur Bang Tatang.

Keistimewaan bubur yang gurih ini terutama dari suwiran daging ayam kampung dan emping yang begitu ‘brutal’ dimasukkan ke mangkuk oleh Bang Tatang. Emping dan topping berupa suwiran dagingnya sangat banyak, jauh melebihi kebanyakan bubur ayam biasa.

”Ini memang khasnya bubur ayam Bang Tatang,” kata penjual yang suka masak itu dengan enteng.

Untuk pembuatan buburnya, setiap hari Bang Tatang bisa menghabiskan beras kualitas baik sebanyak 23 liter, ayam kampung jantan 23 ekor, dan emping 7,5 kilogram.

Pada saat menyajikan, selain bubur, suwiran ayam dan emping, juga dilengkapi dengan seledri, bawang goreng, tokcai, dan bumbu-bumbu mecin, bubuk lada, dan kecap asin. Di meja makan tersedia sambal, kecap manis, dan kecap asin.

Adapun untuk minuman, Bang Tatang hanya menyediakan yang ‘biasa’, seperti air mineral dalam kemasan dan teh botol. Harga buburnya satu porsi atau satu mangkuk Rp 14.000, sedangkan setengah porsi Rp 10.000.

Jika dibungkus harganya bertambah Rp 1.000 menjadi Rp 15.000/mangkuk, dan Rp 11.000 untuk setengah porsi. Jika pembeli membawa tempat sendiri, harganya sama dengan dimakan di wadah. Teh botol dan air mineral dalam kemasan dibanderol Rp 2.500/botol.

Resminya, bubur ayam Bang Tatang buka pukul 18.00 sampai habis. Sejak buka sampai sekitar pukul 20.30, Bang Tatang hampir tidak bisa istirahat karena sibuk melayani pembeli. Sesekali ayah dua anak ini mengisap rokok dan minum.

Bukan hanya Bang Tatang yang sibuk, tapi juga Yanto dan Mahrum yang membantu melayani minuman serta mencuci mangkuk kotor. Keduanya tak kalah sibuk hilir mudik agar pembeli bisa cepat terlayani.

”Biasanya sebulan sekali libur tiga hari untuk istirahat, karena kalau sedang dagang begini nggak ada istirahatnya,” kata Bang Tatang.


No comments:

Post a Comment