Kompas.com - Ariel Ratag dan istrinya, Frelli Ratag, orangtua Jelsi Yohana Ratag, anggota Paskibraka yang bertugas di Istana Merdeka, duduk di salah satu sudut pekarangan Masjid Baiturrahman, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (17/8/2010) sore. Wajah mereka terlihat sangat lelah. Maklum, hampir delapan jam mereka berada di sana.
Akan tetapi, niat mereka untuk menyaksikan putri bungsunya yang bertugas sebagai pelipat bendera pada upacara bendera di Istana yang membuat mereka bertahan. "Kami ingin sekali melihat anak kami bertugas. Ini kan sekali seumur hidup," kata Ariel kepada Kompas.com.
Demi Jelsi, panggilan akrab Yohana Ratag, mereka rela menempuh perjalanan panjang dari sebuah kampung di pedalaman Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menuju Jakarta. Demi Jelsi pula, Ariel yang sehari-hari bekerja sebagai petani, rela mengumpulkan setiap rupiah guna membeli tiket pesawat ke Jakarta.
Tak kurang, Ariel menghabiskan uang sekitar Rp 6 juta. Padahal, bagi Ariel dan Frelli, uang Rp 6 juta bukanlah jumlah yang kecil.
Dikatakan Frelli, begitu dirinya tahu bahwa Jelsi ditetapkan sebagai perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah bulan Juli silam, dirinya mulai giat menabung. "Saya bilang ke Bapak kalau kita harus menabung untuk dapat melihat Jelsi," kenang Frelli.
Keduanya mengaku bangga mengetahui Jelsi bisa menjadi salah satu dari 66 anggota Paskibraka tingkat nasional. "Kami bersyukur kepada Tuhan," kata Frelli.
Kabar gembira ini pun langsung menjadi pembicaraan orang-orang se-kecamatan. Bahkan, sambung Frelli, sejak pagi orang-orang se-kecamatan banyak mengirimkan SMS menanyakan mengapa Jelsi tak tampak di upacara pengibaran bendera di Istana Merdeka sesi pagi. Frelli pun kerepotan menjelaskan bahwa Jelsi bertugas untuk upacara penurunan bendera sesi sore.
Di mata mereka, Jelsi, siswa SMUN 1 Palolo, yang bercita-cita menjadi polisi wanita, adalah siswi yang baik. "Dia anaknya ramah, tidak pendendam," kata Frelli, yang menyempatkan diri berfoto dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, yang berasal dari Makassar.
Usai bertugas, rencananya Ariel dan Frelli segera kembali ke kampungnya di Palolo, yang ditinggalkannya sejak Jumat silam.
Akan tetapi, niat mereka untuk menyaksikan putri bungsunya yang bertugas sebagai pelipat bendera pada upacara bendera di Istana yang membuat mereka bertahan. "Kami ingin sekali melihat anak kami bertugas. Ini kan sekali seumur hidup," kata Ariel kepada Kompas.com.
Demi Jelsi, panggilan akrab Yohana Ratag, mereka rela menempuh perjalanan panjang dari sebuah kampung di pedalaman Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menuju Jakarta. Demi Jelsi pula, Ariel yang sehari-hari bekerja sebagai petani, rela mengumpulkan setiap rupiah guna membeli tiket pesawat ke Jakarta.
Tak kurang, Ariel menghabiskan uang sekitar Rp 6 juta. Padahal, bagi Ariel dan Frelli, uang Rp 6 juta bukanlah jumlah yang kecil.
Dikatakan Frelli, begitu dirinya tahu bahwa Jelsi ditetapkan sebagai perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah bulan Juli silam, dirinya mulai giat menabung. "Saya bilang ke Bapak kalau kita harus menabung untuk dapat melihat Jelsi," kenang Frelli.
Keduanya mengaku bangga mengetahui Jelsi bisa menjadi salah satu dari 66 anggota Paskibraka tingkat nasional. "Kami bersyukur kepada Tuhan," kata Frelli.
Kabar gembira ini pun langsung menjadi pembicaraan orang-orang se-kecamatan. Bahkan, sambung Frelli, sejak pagi orang-orang se-kecamatan banyak mengirimkan SMS menanyakan mengapa Jelsi tak tampak di upacara pengibaran bendera di Istana Merdeka sesi pagi. Frelli pun kerepotan menjelaskan bahwa Jelsi bertugas untuk upacara penurunan bendera sesi sore.
Di mata mereka, Jelsi, siswa SMUN 1 Palolo, yang bercita-cita menjadi polisi wanita, adalah siswi yang baik. "Dia anaknya ramah, tidak pendendam," kata Frelli, yang menyempatkan diri berfoto dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, yang berasal dari Makassar.
Usai bertugas, rencananya Ariel dan Frelli segera kembali ke kampungnya di Palolo, yang ditinggalkannya sejak Jumat silam.
No comments:
Post a Comment