Dec 29, 2010

Abbott Tarik Alat Uji Gula Darah

Wartakotalive.com - The Food and Drug Administration (FDA) menyebutkan Abbott Laboratories menarik 359 juta produk percobaan strip uji gula darah karena memberikan hasil palsu.

Strip uji gula darah biasanya dipakai penderita diabetes untuk mengetahui kadar gula darah mereka. Namun menurut FDA produk strip produksi Abbott ini memberikan hasil pengukuran yang tidak akurat. Akibatnya pasien mencoba menaikkan atau justru menurunkan kadar gula darahnya.

Menurut FDA kesalahan produk ini terjadi karena jumlah darah yang diserap dalam setiap strip sedikit sehingga hasil akhirnya tidak akurat.

Abbott menyebutkan 359 juta produk yang ditarik terdiri dari belasan nama dagang, termasuk Precision Xceed Pro, Precision Xtra, Medisense Optium, Optium, OptiumEZ dan ReliOn Ultima. Namun Abbott menyebutkan ReliOn Ultima tidak termasuk dalam produk yang ditarik. Produk yang ditarik dari konsumen akan diganti dengan produk strip lainnya tanpa perlu tambahan biaya.

Dec 28, 2010

Polisi Cina Meminta Bantuan Pengguna Internet

Detik.com - Polisi Cina merangkul para pengguna internet untuk membantu mengungkap kasus-kasus kejahatan.

Harian The China Daily memberitakan kepolisian telah menyiapkan uang dan hadiah lain bagi mereka yang memberi informasi penting atau membantu mengungkap pelaku tindak pidana.

Bulan ini kepolisian di Xinjiang di Cina barat menerbitkan foto lokasi kejahatan di internet dan mengumumkan akan ada hadian uang 500 hingga 5.000 yuan bagi siapa saja yang memiliki informasi tentang kasus tersebut.

Polisi juga menyediakan hadiah berupa koin QQ, alat pembayaran yang populer di kalangan pengguna layanan pesan instan QQ. Koin itu bisa dipakai untuk membeli aneka produk virtual seperti game.

Ratusan juta pengguna
Belum diketahui apakah tanggapan dari pengguna internet cukup besar, namun pemerintah mengatakan ini adalah cara yang efektif untuk melibatkan pengguna internet, yang berjumlah sekitar 420 juta orang, membantu aparat kepolisian.

"Polisi harus mengikuti perkembangan zaman dan tidak ada salahnya memadukan metode tradisional dan cara-cara baru dalam melakukan penyelidikan kasus-kasus kejahatan," kata salah seorang pejabat kepolisian yang menolak disebut namanya.

"Kami yakin akan ada manfaat dari skema ini karena jumlah pengguna internet, seperti pemakai layanan QQ, sangat besar," tambahnya.

Belum lama ini kepolisian di provinsi Jiangsu di Cina timur berhasil mengungkap kasus kejahatan setelah menerbitkan rincian kasus ini di internet.

Sepekan setelah pengumuman itu diterbitkan, bersama dengan tawaran hadiah 10.000 yuan, seorang pengguna internet menghubungi polisi dan mengatakan bahwa temannya adalah tersangka pelaku kejahatan tersebut.

Dec 27, 2010

Durian dalam Sepotong Muffin

Kompas.com - Durian biasanya amat dicinta atau justru amat dibenci. Padahal, banyak alternatif untuk menikmati durian tanpa langsung dari buahnya. Salah satunya melalui berbagai penganan dari bahan durian.

Dahulu, mungkin penganan olahan dari durian yang kita kenal sebatas lempok atau dodol. Selain itu, si raja buah ini sebenarnya juga dapat diolah menjadi aneka macam penganan lezat. Memang belum banyak toko kue yang fokus mengolah durian menjadi aneka penganan. Namun, ada satu tempat representatif yang bisa kita tengok, yaitu Toko Kue Ulliko di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Yohannes, pendiri Ulliko sejak tahun 1999, bercerita, awalnya dirinya hanya membuat kue-kue tradisional berbasis durian, seperti talam, dadar gulung, serabi, ketan, lempok, dan bolu kukus. Namun, karena tuntutan untuk terus berkreasi , Yohannes akhirnya mengolah durian menjadi beberapa aneka penganan lain, seperti muffin, pancake, dan kue sus.

Meski jenis camilannya cukup banyak, Ulliko sebenarnya mengandalkan dua olahan dasar untuk menjadi berbagai camilan berbasis durian, yaitu vla dan kinca. Vla dibuat dari bahan telur, gula, susu, tepung maizena, dan tentu saja durian.

Penganan yang memakai vla adalah pancake, dadar gulung, dan kue sus yang terdiri atas tiga varian, yaitu kue sus biasa serta kue sus dengan lapisan krim cokelat dan keju di atasnya. Sus berlapis krim keju, yang menjadi salah satu favorit konsumen, punya rasa cukup unik. Saat gigitan kue ini masuk ke mulut, rasa asin dari krim keju akan terasa di langit-langit mulut, berpadu dengan rasa manis yang muncul dari vla.

Muffin durian juga berisi vla durian. Muffin ini paling cocok dinikmati bersama kopi hitam panas. Ketika tergigit bagian tengah muffin yang berisi vla durian, lalu menyeruput kopi hitam panas, kenikmatan pun menggelontor di kerongkongan.

Keinginan Yohanes mempertahankan rasa asli durian di antaranya ada pada kinca. Kuah durian yang terbuat dari gula merah dan santan ini ditambah durian yang dipotong kasar hingga daging buahnya bisa kita nikmati saat menyantap serabi dan ketan.

Keaslian durian juga bisa dilihat pada seratnya yang terdapat dalam talam. Ini karena duriannya tidak diblender saat diolah dengan bahan lain, seperti terigu, gula, santan, dan singkong. Singkong ini dipakai untuk mendapat tekstur yang elastis pada lapisan luar talam.

”Perlu percobaan tiga kali untuk membuat talam seperti itu. Untuk dadar gulung, saya bahkan sampai mengulangnya tujuh kali untuk mendapat kulit yang lembut dan elastis,” kata Yohanes.

Dari kaki Lima

Jajanan dari kaki lima yang mengolah durian juga bisa kita nikmati dalam bentuk martabak. Di Jakarta sendiri, martabak durian belum begitu mewabah, seperti martabak cokelat, keju, dan telur. Namun, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kita bisa menemukan martabak durian dengan variasi beragam. Lokasi tepatnya berada di samping Kentucky Fried Chicken (KFC) Cikini. Martabak ini baru mulai beroperasi sekitar pukul 17.00 hingga larut malam.

Uniknya, martabak durian yang dibuatnya amat variatif. Mulai dari martabak durian polos, dengan keju, cokelat, kacang tanah, kacang mede, wijen, hingga stroberi.

”Kami lebih sering pakai durian montong karena dagingnya lebih banyak,” kata Imam, pengelola martabak durian yang dimiliki oleh Slamet (40) asal Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah.

Pembuatan martabak durian pada dasarnya sama dengan martabak manis lainnya. Ketika daging martabak telah matang, daging durian tanpa campuran dioles di permukaan dalam martabak. Lalu ditaburkan kacang atau variasi lain, seperti wijen, cokelat beras, keju, atau selai stroberi.

Jika menyukai sentuhan legit dan gurih, martabak durian kacang tanah atau kacang mede bisa menjadi pilihan pas. Kacang mede yang ditaburkan adalah kacang mede goreng yang utuh. Sensasi rasanya cukup memabukkan. ”Hm, yummy!” seru Isyana (27), seorang pembeli yang langsung melahap sepotong martabak durian yang baru dipotong-potong.

Uang Jamsostek di Coffee Bean

Kompas.com - Saya adalah salah seorang mantan karyawan PT Trans Coffee (The Coffee Bean) yang bergerak di bidang food & beverage service (coffee shop). Saya bekerja sebagai outlet manager sejak bulan Oktober 2008 dan memutuskan keluar secara baik-baik bulan Juni 2010. Pada saat yang hampir bersamaan, keanggotaan Jamsostek saya berakhir bulan Mei 2010.

Karena membutuhkan uang untuk mengurus paspor dan visa sebab saya diterima bekerja di luar negeri (Qatar), saya memutuskan untuk mencairkan dana Jamsostek saya, yang menurut PT Jamsostek Tbk, saldo akhir berjumlah Rp 6.539.213. Ternyata saya tidak dapat mencairkan uang tersebut karena pihak PT Trans Coffee belum membayar uang iuran Jamsostek terhitung dari bulan Maret 2010.

Oleh PT Jamsostek, saya diminta menghubungi PT Trans Coffee untuk mendapatkan penjelasan, mengapa menunggak iuran Jamsostek? Ketika saya menemui Bapak Iwan S, Business Development Manager” mengakui bahwa memang menunggak iuran tersebut dan menjanjikan akan menyelesaikan dalam tempo paling lambat satu minggu.

Namun, ternyata hanya janji, yang sampai sekarang tidak dapat memenuhinya. Saya bolak-balik ke PT Trans Coffee dari bulan Juli 2010 hingga sekarang untuk mendapatkan hak saya, dan seperti biasa saya hanya diberikan janji-janji kosong. Padahal, saat bekerja di perusahaan tersebut, setiap bulan gaji saya dipotong untuk iuran Jamsostek.

Mochamad Iqbal Jalan Gandaria II Nomor 142, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta

Dec 25, 2010

Menkominfo: Kerjaan Saya Tak Cuma Ngurus Pornografi

Detik.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Tifatul Sembiring membantah anggapan sebagian masyarakat yang mengira kepemimpinan Kominfo saat ini hanya mengurusi soal pornografi.

"Kerjaan saya bukan hanya mengurusi pornografi. Ada banyak target Kominfo yang harus diimplementasikan," ujar Tifatul dalam perbincangan santai di acara Ngopi (Ngobrolin Peristiwa Internet) Bareng detikINET, Rabu (22/12/2010) malam. 

Tifatul yang saat acara mengenakan batik berwarna coklat ini lantas memaparkan kunci sukses yang dicanangkan Kominfo. Disebutkan olehnya, ada lima hal yang tengah diupayakan Kominfo saat ini.

"Kami mengupayakan bagaimana agar ICT bisa menambah devisa baru, menyejahterakan bangsa, menyerap tenaga kerja, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menciptakan demokrasi serta mempersatukan NKRI," tandasnya.

Dec 20, 2010

Biaya Paspor Dikabarkan Naik, Pemohon Mengantre

Liputan6.com - Isu tentang akan naiknya biaya pengurusan paspor pada 2011 nanti membuat antrean panjang pemohon paspor terjadi di beberapa kantor Imigrasi di Jakarta. Di Kantor Imigrasi Jakarta Timur, misalnya, padatnya jumlah pemohon paspor sudah terjadi lebih dari sepekan terakhir. Pemohon bahkan rela antre sejak subuh untuk bisa mendapatkan giliran.

Dengan bertambahnya pemohon pembuatan paspor, Kantor Imigrasi Kelas I Jaktim menambah petugas loket pelayanan dan membatasi pemohon hanya 300 orang per hari. Pemohon selebihnya akan diberikan paraf pada map kuning sebagai bukti antrean pada hari berikutnya.

Meningkatnya pembuatan paspor menurut sebagian pemohon karena ada kabar akan naiknya biaya pengurusan paspor pada 2011 mendatang. Kendati demikian, Direktur Jenderal Imigrasi melalui edarannya membantah kabar tentang kenaikan tarif. Bahkan, per tanggal 1 Januari 2011 tarif paspor justru berkurang menjadi Rp 255 ribu dari sebelumnya Rp 270 ribu untuk paspor biasa 48 halaman. Saat ini pihak Imigrasi berusaha mengimbau para pemohon paspor agar tidak terpancing oleh isu kenaikan tarif ini. Video

California Man

Dec 19, 2010

iPhone and Android Apps Breach Privacy

Foxnews.com - Few devices know more personal details about people than the smartphones in their pockets: phone numbers, current location, often the owner's real name—even a unique ID number that can never be changed or turned off.

These phones don't keep secrets. They are sharing this personal data widely and regularly, a Wall Street Journal investigation has found.

An examination of 101 popular smartphone "apps"—games and other software applications for iPhone and Android phones—showed that 56 transmitted the phone's unique device ID to other companies without users' awareness or consent. Forty-seven apps transmitted the phone's location in some way. Five sent age, gender and other personal details to outsiders.

The findings reveal the intrusive effort by online-tracking companies to gather personal data about people in order to flesh out detailed dossiers on them.

Among the apps tested, the iPhone apps transmitted more data than the apps on phones using Google Inc.'s Android operating system. Because of the test's size, it's not known if the pattern holds among the hundreds of thousands of apps available.

Apps sharing the most information included TextPlus 4, a popular iPhone app for text messaging. It sent the phone's unique ID number to eight ad companies and the phone's zip code, along with the user's age and gender, to two of them.

Both the Android and iPhone versions of Pandora, a popular music app, sent age, gender, location and phone identifiers to various ad networks. iPhone and Android versions of a game called Paper Toss—players try to throw paper wads into a trash can—each sent the phone's ID number to at least five ad companies. Grindr, an iPhone app for meeting gay men, sent gender, location and phone ID to three ad companies.

WikiLeaks: AS Soroti Tommy Soeharto Muncul di HUT Kopassus

Detik.com - Kembali bocoran kabel diplomatik perwakilan AS di Indonesia terkuak lewat WikiLeaks. Salah satu isu yang disoroti adalah soal dimulainya kerjasama kembali dengan Kopassus, yang sempat diberhentikan AS setelah Kopassus dituduh terlibat pelanggaran HAM.

Dalam kabel yang dikeluarkan pada 2007, AS juga menyitir nama Tommy Soeharto.

"Kabel bertahun 2007 menjelaskan sorotan AS tentang HUT Kopassus yang dihadiri Tommy Soeharto, anak terkenal dari mantan presiden yang menjalani hukuman penjara beberapa tahun karena merencanakan pembunuhan pada seorang hakim yang menghukumnya terlibat penipuan," tulis media Australia, The Sydney Morning Herald, yang merilis bocoran WikiLeaks tentang Indonesia, Jumat (17/12/2010).

Sekadar diketahui, hakim agung Syafiuddin Kartasasmita ditembak mati pada 26 Juli 2001. Dia memvonis Tommy  18 bulan penjara dan denda Rp 30,6 milyar kepada Tommy Soeharto dalam kasasi kasus tukar guling tanah milik Bulog dengan PT Goro Batara Sakti.

Pada November 2001, Tommy ditangkap polisi dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Pada tahun 2005, MA memperingan vonisnya menjadi 10 tahun.

Setelah mendapat sejumlah remisi, Tommy yang seharusnya bebas pada 2011, keluar dari penjara pada Oktober 2008. Ia  bebas bersyarat pada 30 Oktober 2006.

Menyitir pada kamus Wikipedia, pada tahun 2007, Kopassus kembali tercoreng dengan insiden pembungkukan Danjen Kopassus di depan Tommy Soeharto. Hal ini mengesankan Kopassus masih tunduk kepada kekuasaan Soeharto. Pada acara hari ulang tahun kopassus, Tommy dan Bambang Trihatmodjo Soeharto hadir di Kandang Menjangan Group II Kopassus Solo sebagai peserta lomba tembak terbuka yang digelar pada 23 April 2007.

Pada saat bersalaman dengan Tommy, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary (Danjen Kopassus) terlihat membungkuk di depan putra presiden Suharto itu, dan kejadian ini terekam kamera wartawan. Foto membungkuknya Danjen Kopassus ini beredar luas di masyarakat bahkan sampai ke Amerika Serikat dan Australia. Pemerintah Amerika Serikat melalui Asisten Menlu AS Urusan Asia Pasifik, Christopher Hill menanyakan secara resmi mengenai peristiwa ini kepada Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Jakarta. Juwono menyahut bahwa Danjen Kopassus ingin memberikan ucapan selamat atas prestasi Tommy.

Dec 18, 2010

Usher Gets Kicked on Stage

Pisau Cukur Berpotensi Menularkan HIV/AIDS

Surya.co.id - Penggunaan pisau cukur secara bergantian seperti yang lazim digunakan di tempat-tempat pemangkasan rambut, berpotensi menularkan penyakit HIV/AIDS.

Ayundrawan Mohune, ketua “Huyula Suport”, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfokus pada penanggulangan dan mitra penderita HIV/AIDS, mengungkapkan hal ini di Gorontalo, Jumat.

Dia menjelaskan, penularan bisa terjadi dari darah penderita HIV/AIDS yang terdapat dalam pisau cukur itu, yang kemudian dalam rentang waktu dekat digunakan pada orang lain.

“Jika pisau cukur yang membawa darah penderita itu, kembali melukai kulit kepala orang lain, maka disitulah rentan terjadi penularan,” jelasnya.

Jika demikian, lanjutnya, maka peristiwa “kecelakaan kecil” berupa luka tanpa sengaja akibat tersayat pisau cukur itu, dapat membawa dampak yang besar bagi seseorang.

“Kita sendiri, bahkan bisa jadi tidak pernah tahu, bahwa sedang telah mengidap HIV/AIDS, lalu menularkannya kepada orang lain, dengan cara yang sebenarnya sepele,” kata dia.

Untuk menanggulangi hal tersebut, dirinya menyarankan, jika hendak memangkas rambut, hendaknya membawa atau menyediakan sendiri peralatan pisau cukur.

Penularan dengan cara kontak darah, yang terjadi melalui luka terbuka, menurutnya selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat awam.

Dec 17, 2010

Pengidap AIDS Sembuh berkat Transplantasi Sel Darah

Kompas.com - Sebuah transplantasi sel darah yang cukup langka kemungkinan besar menyembuhkan pria pengidap AIDS di Berlin, Jerman. Meski demikian, tim dokter menyatakan, metode ini tidak bisa dipraktikkan secara luas.

Pria berusia 40 tahun pengidap AIDS ini mendapatkan transplantasi darah sel punca tahun 2007 untuk mengobati leukimia yang dideritanya. Ternyata donor itu bukan cuma sama jenis darahnya, melainkan juga berdampak pada mutasi genetik yang memberikan ketahanan alami terhadap HIV (virus yang menurunkan sistem kekebalan manusia). Kini, tiga tahun pasca-transplantasi, pengidap AIDS itu tidak menunjukkan gejala penyakit leukimia atau infeksi HIV.

"Terapi tersebut cukup menarik dan memberi bukti penyembuhan HIV, namun metode itu terlalu berisiko untuk menjadi terapi standar, bahkan bila donor yang sejenis bisa didapatkan," kata Dr Michael Saag, mantan ketua HIV Medicine Association, organisasi kedokteran yang secara khusus menangani terapi AIDS.

Pencangkokan sumsum tulang atau sel punca, yang akhir-akhir ini banyak dilakukan, sudah banyak dipakai dalam terapi kanker, tetapi jika dilakukan pada orang sehat, dokter belum mengetahui risikonya. Terapi tersebut akan menghancurkan sistem imun alamiah tubuh dengan obat-obatan dan radiasi lalu menggantinya dengan sel donor untuk menumbuhkan sistem imun yang baru. "Kegagalan atau risiko komplikasi dari metode ini mencapai 5 persen atau lebih," kata Saag.

Karena itulah penggunaan metode tersebut pada orang yang sehat tidak menjadi pilihan utama mengingat risikonya yang besar, terutama jika obat-obatan masih mampu menjaga kondisi orang dengan HIV. "Bisa menjadi pengecualian jika orang dengan HIV juga menderita kanker. Transplantasi bisa dipertimbangkan," katanya.

Sexy Beer Failed

Honda Tarik 1,35 Juta Jazz di Seluruh Dunia

Detik.com - Honda akan menarik kembali 1,35 juta mobil hatchback Honda Jazz di seluruh dunia. Penarikan kembali itu untuk memperbaiki kabel pada lampu utama.

Tidak ada insiden kecelakaan yang diakibatkan oleh defect pada lampu utama ini.

Seperti dikutip Reuters, Kamis (16/12/2010) penarikan akan dilakukan untuk mobil yang diproduksi di pabrik Honda di Suzuka antara November 2001 dan Oktober 2007.

Sekitar 735.000 Jazz akan ditarik di Jepang, 143.000 di AS, dan 385.000 di Eropa. Mobil Jazz di Timur Tengah, Asia dan Afrika juga akan mengalami penarikan.

Di Jepang, menurut juru bicara Honda, recall ini diperkirakan akan menghabiskan kocek Honda sampai US$ 43 juta, dan akan mempengaruhi pendapatan Honda tahun ini.

Di Jepang, Jazz merupakan mobil populer kedua setelah Prius. Di Indonesia Jazz merupakan hatchback yang paling laris. Apakah Jazz di Indonesia akan mengalami recall?

Hugh Jackman at Oprah Winfrey Show

Dec 15, 2010

Minuman Beralkohol dan Remaja di Pasar Swalayan

Kompas.com - Pada 6 November lalu saya bersama anak laki-laki saya yang berusia 16 tahun berbelanja di Pasar Swalayan Giant, Botani Square, Bogor. Selagi antre di kasir, saya melihat seorang anak laki-laki berdiri di depan saya. Postur tubuhnya lebih kecil dari anak saya. Dari raut wajahnya, saya taksir umurnya pasti tak lebih tua dari anak saya. Yang mengherankan, anak tersebut membeli sebotol vodka, minuman beralkohol.

Pikir saya, mungkin orang ini sebenarnya adalah laki-laki dewasa dengan raut baby face. Nanti kalau dianggap meragukan, pasti kasir akan menanyakan KTP anak tersebut. Namun, harapan saya tidak menjadi kenyataan. Tak ada pertanyaan sepatah kata pun dari kasir. Setelah membayar, anak tersebut memasukkan vodkanya ke dalam tasnya. Mungkin untuk menyembunyikan benda itu dari pandangan umum.

Saat giliran membayar, saya bertanya kepada kasir, ”Mas, tadi anak-anak kok boleh beli minuman keras? Kenapa tidak ditanya KTP-nya?” Kasir kebingungan dan balik bertanya, ”Oh, apa seharusnya begitu ya, Bu? Di sini tidak ada peraturannya.” Bagaimana kita bisa melindungi anak-anak dan generasi muda Indonesia jika minuman keras begitu mudah didapat atau dibeli tanpa ada penegakan hukum?

Saya teringat pengalaman sewaktu mendapat kesempatan berkunjung ke Amerika Serikat. Dalam sebuah acara makan malam, ada teman satu delegasi dari Thailand yang bertubuh mungil dan berwajah baby face minta anggur. Spontan pramusaji menanyakan paspornya karena secara legal mereka hanya boleh menyajikan anggur bagi yang berusia di atas 21 tahun. Karena yang bersangkutan tak membawa paspor, dia tidak boleh minum anggur.

Lira Oktaviani Danau Bogor Raya D2 No 5, Katulampa, Bogor

Dec 13, 2010

Sikap Pramugari Pesawat Garuda

Kompas.com - Pada tanggal 7 November 2010 saya menumpang pesawat Garuda GA 603 pukul 17.20 dari Makassar menuju Jakarta. Selama penerbangan, penumpang di sebelah saya sibuk mengetik kalimat di Blackberry-nya. Sebagai penumpang yang khawatir dengan keselamatan penerbangan ini, saya menyampaikan hal tersebut kepada pramugari.

Peramugari hanya melihat sekilas kepada penumpang yang sibuk dengan Blackberry messenger-nya, dan berkata dengan santai: ”Kalau di atas begini tidak apa-apa menyalakan HP karena tidak ada sinyal. Yang tidak boleh itu adalah saat landing atau take off.”

Saya bingung dengan penjelasan ini karena sepengetahuan saya, dan itu sudah diumumkan sebelum naik pesawat ataupun saat peraturan penerbangan sipil disetel di dalam kabin, ”tidak boleh mengaktifkan telepon seluler selama penerbangan”.

Akhirnya saya sendiri menegur ibu yang terus sibuk dengan Blackberry-nya, dan jawabannya kurang lebih sama: ”Ini, kan, enggak ada sinyal, jadi aman.” Saat akan landing, si ibu meletakkan Blackberry-nya di dalam tas tanpa mematikannya, dan sesaat sebelum roda pesawat menyentuh landasan, terdengar bunyi ”cling” tanda pesan masuk dari dalam tas ibu tersebut, menandakan Blackberry-nya telah mendapatkan sinyal sempurna.

DEWI INDAH SARI Villa Ilhami Jalan Mina III, Tangerang


Martabak Si Pemanja Lidah

Kompas.com - Martabak mudah dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, dengan berbagai modifikasinya. Martabak juga menjadi pemanja lidah dan pengganjal perut favorit di malam hari.

Permainan rangsangan terhadap produksi air liur seperti sudah dimulai sejak martabak dibuat. Bagaimana tidak, cobalah cermati urutan pembuatannya yang atraktif, aromanya yang meruap saat dimasak di atas api, sampai ketika si martabak dipotong-potong dengan suara kres, kres, kres....

Salah satu martabak yang awet eksis selama lebih dari 30 tahun di Jakarta adalah Martabak AA. Lokasinya menempati sebuah warung sederhana di Jalan Minangkabau, Jakarta Selatan, tak jauh dari kawasan Manggarai dan Jalan Saharjo. Saat ini, boleh jadi sudah ada ratusan penjual martabak di seantero Jakarta. Namun, pada akhir 1970’an, pelopor popularitas martabak telur dan martabak manis di Jakarta boleh dibilang adalah Martabak AA yang awalnya berlokasi di Jalan Saharjo, di depan Kompleks Akabri.

”Almarhum papa senang banget cari makanan enak dan tahu tempat-tempat makanan enak di Jakarta. Dan, sejak dulu kalau cari martabak ke sini,” cerita Zilda Ayu Ramadia (22), pelanggan Martabak AA, sembari menunggu pesanan martabaknya.

Apa ”rahasia” kelanggengan Martabak AA? Surya Jaya Tusin (53), pendirinya, mengatakan, olahan martabaknya cukup mengandalkan pada kualitas bahan-bahan dasar. Mulai dari terigu, daging, cokelat beras, hingga minyak untuk menggoreng menggunakan bahan yang sebaik mungkin. Minyak untuk menggoreng martabak, misalnya, menggunakan minyak kelapa yang, meski lebih mahal, tetapi memberi rasa yang memang lebih enak pada masakan. Cokelat beras yang digunakannya untuk martabak manis juga tidak terasa getir di lidah dan kerongkongan.

”Daging sapi yang digunakan adalah daging di bagian paha,” kata Surya, pria asal Palembang, Sumatera Selatan.

Meski menggunakan bahan-bahan dasar terbaik, harga martabak AA terbilang kompetitif. Martabak manis spesial (dengan mentega Wisman) dipasang harga Rp 38.000. Adapun varian rasa untuk isian martabak manis mulai dari cokelat, kacang, wijen, keju, dan kombinasi campuran. Sementara, untuk martabak telur, berisi daging sapi atau ayam.

Jika mengamati proses pembuatannya, tampak sekali martabak yang dibuat tidak irit bahan. Pemasak, misalnya, tak ragu menyendok banyak-banyak cincangan daging tumis dalam campuran telur, cincangan bawang bombay, dan daun bawang. Kulit martabak juga baru dibuat setelah dipesan.

Sementara rasa martabak manis spesial berisi cokelat, kacang, dan wijen tak kalah istimewa. Daging tebal martabak yang kekuningan terasa empuk, lembab, tetapi tak berminyak berlebihan. Paduan gurih dan manis amat pas. Seusai melahap sepotong, mulut tak perlu berlepotan minyak.

Teh jahe

Martabak legendaris lainnya yang telah lama beroperasi adalah Martabak HAR, yang awalnya populer di Palembang, Sumatera Selatan, yang didirikan oleh almarhum Haji Abdul Razak—lalu menjadi inisial HAR—pada tahun 1947 di Palembang. Sejak tahun 2006, Martabak HAR membuka cabang di Jakarta, tepatnya di Jalan Hayam Wuruk 19, Jakarta Pusat.

Martabak HAR mengadaptasi kekayaan kuliner India. Sebagian besar variannya adalah jenis martabak asin (telur) dengan pilihan daging sapi atau kambing. Kekhasannya, martabak dinikmati dengan kuah kari yang terasa amat berempah. Alternatif lainnya adalah martabak sayur, yang hanya bersisi adonan telur bebek, cincangan bawang bombay, dan daun bawang.

Martabak HAR memang menggunakan telur bebek, yang membuat ketebalan martabak lebih stabil ketimbang jika memakai telur ayam. Martabak dengan telur ayam saat dimasak akan mengembang, tetapi ketika sudah mendingin cenderung menyusut.

Kekayaan rasa Martabak HAR amat cocok ketika dinikmati bersama teh halia atau teh jahe yang hangat. Menurut Muhammad Syarif (28), salah satu pengelola, teh halia terbuat dari teh yang agak sepat diseduh dengan air jahe pekat, lalu dicampur susu segar secukupnya. ”Subhanallah, mantab!” seru Dewi Kurniawati (33), salah seorang pengunjung seusai menikmati beberapa potong martabak kambing dan menyeruput teh jahe hangat.

Dec 9, 2010

Evolution of Dance

WikiLeaks: Serial 'Desperate Housewives' Ampuh Lawan Jihad di Arab Saudi

Detik.com - Film serial TV "Desperate Housewives" yang terkenal itu, ternyata lebih ampuh membujuk kaum muda Arab Saudi untuk menolak jihad keras daripada TV propaganda pemerintah AS yang nilainya jutaan dolar.

Hal itu diungkapkan oleh para informan kepada Kedutaan Besar AS di Riyadh menurut bocoran kabel diplomatik yang dirilis WikiLeaks dan dilansir media Inggris, Guardian, Rabu (8/12/2010).

Film serial TV orisinil Amerika itu disiarkan tanpa sensor di saluran televisi Saudi, MBC 4. Selain "Desperate Housewives", acara-acara TV Amerika seperti "Late Show With David Letterman" dan serial sitkom "Friends" diizinkan mengudara di Saudi sebagai bagian dari "perang ide" yang dilancarkan kerajaan tersebut terhadap elemen-elemen ekstremis.

Menurut kabel diplomatik rahasia berjudul "David Letterman: Agent of Influence", acara-acara khas Amerika itu terbukti lebih efektif dibandingkan alat propaganda utama AS, saluran berita TV al-Hurra yang didanai pemerintah AS.

Al-Hurra pernah menyiarkan wawancara panjang dengan para politikus AS termasuk mantan presiden George Bush. Namun televisi tersebut bermasalah dengan para jurnalis lokal yang direkrutnya. Terbukti pada sebuah kesempatan, stasiun tersebut menyiarkan seruan kelompok Hizbullah untuk mengangkat senjata terhadap Israel. Itu tentunya bukan tujuan saluran tersebut ketika diluncurkan di Timur Tengah pada 2004 lalu.

Menurut para diplomat, daya tarik para aktris dan aktor seperti Eva Longoria, Jennifer Aniston dan David Schwimmer menunjukkan TV komersial punya pengaruh lebih luas daripada al-Hurra.

"Ini masih tentang perang ide di sini, acara Amerika di MBC dan Rotana (saluran milik News Corporation yang dimiliki raja media Rupert Murdoch) merebut hati warga Saudi kebanyakan dengan cara yang tak pernah dilakukan al-Hurra dan propaganda AS lainnya," kata dua eksekutif media Saudi pada seorang pejabat AS dalam sebuah pertemuan di Jeddah.

"Warga Saudi saat ini sangat tertarik akan dunia luar dan semua orang ingin belajar di AS jika mereka bisa. Mereka terpesona akan budaya AS dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," demikian menurut kabel diplomatik Mei 2009.

Menurut seorang pejabat senior saluran al-Arabiya, acara Amerika di saluran MBC 4 dan MBC 5 sangat populer di Saudi. Acara itu bahkan juga ngetop di daerah-daerah terpencil dan daerah konservatif di Saud.

Dec 3, 2010

Where do Babies Come From?

Regretfulmorning.com - Sometimes we need a better answer for the question.

Dec 1, 2010

Mystery Surrounds Cyber Missile That Crippled Iran's Nuclear Weapons Ambitions

Foxnews.com - In the 20th century, this would have been a job for James Bond.

The mission: Infiltrate the highly advanced, securely guarded enemy headquarters where scientists in the clutches of an evil master are secretly building a weapon that can destroy the world. Then render that weapon harmless and escape undetected.

But in the 21st century, Bond doesn't get the call. Instead, the job is handled by a suave and very sophisticated secret computer worm, a jumble of code called Stuxnet, which in the last year has not only crippled Iran's nuclear program but has caused a major rethinking of computer security around the globe.

Intelligence agencies, computer security companies and the nuclear industry have been trying to analyze the worm since it was discovered in June by a Belarus-based company that was doing business in Iran. And what they've all found, says Sean McGurk, the Homeland Security Department's acting director of national cyber security and communications integration, is a “game changer.”

The construction of the worm was so advanced, it was “like the arrival of an F-35 into a World War I battlefield,” says Ralph Langner, the computer expert who was the first to sound the alarm about Stuxnet. Others have called it the first “weaponized” computer virus.

Simply put, Stuxnet is an incredibly advanced, undetectable computer worm that took years to construct and was designed to jump from computer to computer until it found the specific, protected control system that it aimed to destroy: Iran’s nuclear enrichment program.

The target was seemingly impenetrable; for security reasons, it lay several stories underground and was not connected to the World Wide Web. And that meant Stuxnet had to act as sort of a computer cruise missile: As it made its passage through a set of unconnected computers, it had to grow and adapt to security measures and other changes until it reached one that could bring it into the nuclear facility.

When it ultimately found its target, it would have to secretly manipulate it until it was so compromised it ceased normal functions.

And finally, after the job was done, the worm would have to destroy itself without leaving a trace.

That is what we are learning happened at Iran's nuclear facilities -- both at Natanz, which houses the centrifuge arrays used for processing uranium into nuclear fuel, and, to a lesser extent, at Bushehr, Iran's nuclear power plant.

At Natanz, for almost 17 months, Stuxnet quietly worked its way into the system and targeted a specific component -- the frequency converters made by the German equipment manufacturer Siemens that regulated the speed of the spinning centrifuges used to create nuclear fuel. The worm then took control of the speed at which the centrifuges spun, making them turn so fast in a quick burst that they would be damaged but not destroyed. And at the same time, the worm masked that change in speed from being discovered at the centrifuges' control panel.

At Bushehr, meanwhile, a second secret set of codes, which Langner called “digital warheads,” targeted the Russian-built power plant's massive steam turbine.

Here's how it worked, according to experts who have examined the worm:

--The nuclear facility in Iran runs an “air gap” security system, meaning it has no connections to the Web, making it secure from outside penetration. Stuxnet was designed and sent into the area around Iran's Natanz nuclear power plant -- just how may never be known -- to infect a number of computers on the assumption that someone working in the plant would take work home on a flash drive, acquire the worm and then bring it back to the plant.

--Once the worm was inside the plant, the next step was to get the computer system there to trust it and allow it into the system. That was accomplished because the worm contained a “digital certificate” stolen from JMicron, a large company in an industrial park in Taiwan. (When the worm was later discovered it quickly replaced the original digital certificate with another certificate, also stolen from another company, Realtek, a few doors down in the same industrial park in Taiwan.)

--Once allowed entry, the worm contained four “Zero Day” elements in its first target, the Windows 7 operating system that controlled the overall operation of the plant. Zero Day elements are rare and extremely valuable vulnerabilities in a computer system that can be exploited only once. Two of the vulnerabilities were known, but the other two had never been discovered. Experts say no hacker would waste Zero Days in that manner.

--After penetrating the Windows 7 operating system, the code then targeted the “frequency converters” that ran the centrifuges. To do that it used specifications from the manufacturers of the converters. One was Vacon, a Finnish Company, and the other Fararo Paya, an Iranian company. What surprises experts at this step is that the Iranian company was so secret that not even the IAEA knew about it.

--The worm also knew that the complex control system that ran the centrifuges was built by Siemens, the German manufacturer, and -- remarkably -- how that system worked as well and how to mask its activities from it.

--Masking itself from the plant's security and other systems, the worm then ordered the centrifuges to rotate extremely fast, and then to slow down precipitously. This damaged the converter, the centrifuges and the bearings, and it corrupted the uranium in the tubes. It also left Iranian nuclear engineers wondering what was wrong, as computer checks showed no malfunctions in the operating system.

Estimates are that this went on for more than a year, leaving the Iranian program in chaos. And as it did, the worm grew and adapted throughout the system. As new worms entered the system, they would meet and adapt and become increasingly sophisticated.

During this time the worms reported back to two servers that had to be run by intelligence agencies, one in Denmark and one in Malaysia. The servers monitored the worms and were shut down once the worm had infiltrated Natanz. Efforts to find those servers since then have yielded no results.

This went on until June of last year, when a Belarusan company working on the Iranian power plant in Beshehr discovered it in one of its machines. It quickly put out a notice on a Web network monitored by computer security experts around the world. Ordinarily these experts would immediately begin tracing the worm and dissecting it, looking for clues about its origin and other details.

But that didn’t happen, because within minutes all the alert sites came under attack and were inoperative for 24 hours.

“I had to use e-mail to send notices but I couldn’t reach everyone. Whoever made the worm had a full day to eliminate all traces of the worm that might lead us them,” Eric Byres, a computer security expert who has examined the Stuxnet. “No hacker could have done that.”

Experts, including inspectors from the International Atomic Energy Agency, say that, despite Iran's claims to the contrary, the worm was successful in its goal: causing confusion among Iran’s nuclear engineers and disabling their nuclear program.

Because of the secrecy surrounding the Iranian program, no one can be certain of the full extent of the damage. But sources inside Iran and elsewhere say that the Iranian centrifuge program has been operating far below its capacity and that the uranium enrichment program had “stagnated” during the time the worm penetrated the underground facility. Only 4,000 of the 9,000 centrifuges Iran was known to have were put into use. Some suspect that is because of the critical need to replace ones that were damaged.

And the limited number of those in use dwindled to an estimated 3,700 as problems engulfed their operation. IAEA inspectors say the sabotage better explains the slowness of the program, which they had earlier attributed to poor equipment manufacturing and management problems. As Iranians struggled with the setbacks, they began searching for signs of sabotage. From inside Iran there have been unconfirmed reports that the head of the plant was fired shortly after the worm wended its way into the system and began creating technical problems, and that some scientists who were suspected of espionage disappeared or were executed. And counter intelligence agents began monitoring all communications between scientists at the site, creating a climate of fear and paranoia.

Iran has adamantly stated that its nuclear program has not been hit by the bug. But in doing so it has backhandedly confirmed that its nuclear facilities were compromised. When Hamid Alipour, head of the nation’s Information Technology Company, announced in September that 30,000 Iranian computers had been hit by the worm but the nuclear facilities were safe, he added that among those hit were the personal computers of the scientists at the nuclear facilities. Experts say that Natanz and Bushehr could not have escaped the worm if it was in their engineers’ computers.

“We brought it into our lab to study it and even with precautions it spread everywhere at incredible speed,” Byres said.

“The worm was designed not to destroy the plants but to make them ineffective. By changing the rotation speeds, the bearings quickly wear out and the equipment has to be replaced and repaired. The speed changes also impact the quality of the uranium processed in the centrifuges creating technical problems that make the plant ineffective,” he explained.

In other words the worm was designed to allow the Iranian program to continue but never succeed, and never to know why.

One additional impact that can be attributed to the worm, according to David Albright of the Institute for Science and International Studies, is that “the lives of the scientists working in the facility have become a living hell because of counter-intelligence agents brought into the plant” to battle the breach. Ironically, even after its discovery, the worm has succeeded in slowing down Iran's reputed effort to build an atomic weapon. And Langer says that the efforts by the Iranians to cleanse Stuxnet from their system “will probably take another year to complete,” and during that time the plant will not be able to function anywhere normally.

But as the extent of the worm’s capabilities is being understood, its genius and complexity has created another perplexing question: Who did it?

Speculation on the worm’s origin initially focused on hackers or even companies trying to disrupt competitors. But as engineers tore apart the virus they learned not only the depth of the code, its complex targeting mechanism, (despite infecting more than 100,000 computers it has only done damage at Natanz,) the enormous amount of work that went into it—Microsoft estimated that it consumed 10,000 man days of labor-- and about what the worm knew, the clues narrowed the number of players that have the capabilities to create it to a handful.

“This is what nation-states build, if their only other option would be to go to war,” Joseph Wouk, an Israeli security expert wrote.

Byers is more certain. “It is a military weapon,” he said.

And much of what the worm “knew” could only have come from a consortium of Western intelligence agencies, experts who have examined the code now believe.

Originally, all eyes turned toward Israel’s intelligence agencies. Engineers examining the worm found “clues” that hinted at Israel’s involvement. In one case they found the word “Myrtus” embedded in the code and argued that it was a reference to Esther, the biblical figure who saved the ancient Jewish state from the Persians. But computer experts say "Myrtus" is more likely a common reference to “My RTUS,” or remote terminal units.

Langer argues that no single Western intelligence agency had the skills to pull this off alone. The most likely answer, he says, is that a consortium of intelligence agencies worked together to build the cyber bomb. And he says the most likely confederates are the United States, because it has the technical skills to make the virus, Germany, because reverse-engineering Siemen’s product would have taken years without it, and Russia, because of its familiarity with both the Iranian nuclear plant and Siemen’s systems.

There is one clue that was left in the code that may tell us all we need to know.

Embedded in different section of the code is another common computer language reference, but this one is misspelled. Instead of saying “DEADFOOT,” a term stolen from pilots meaning a failed engine, this one reads “DEADFOO7.”

Yes, OO7 has returned -- as a computer worm.

Stuxnet. Shaken, not stirred.