Otomotifnet.com - Meski sudah sebulan dilaunching, rasanya belum terlalu telat bila kita membicarakan performa skutik baru Honda, PCX. Apalagi pengetesan kali ini bisa dibilang paling lengkap. Karena sebelumnya sudah melalui beberapa pengetesan yang berkaitan.
Aplikasi Fitur Mudah!
Yuk, kita mulai dari fitur dan teknologi yang diusung. Secara spesifikasi memang tak ada yang berbeda dengan versi Thailand. Perbedaan paling signifikan ada pada saklar lampu yang tetap di pasang, sedang di versi Thailand fitur ini nihil dan menurut pihak PT Astra Honda Motor (AHM) ada settingan baru di ECU nya khusus pasar Indonesia.
Dimulai dari fitur Idling Stop System (ISS)yang memungkinkan skutik premium ini mampu mematikan dan menyalakan mesin secara otomatis saat berada pada keadaan diam. Awalnya agak kagok juga mengaktifkan fitur ini. Setelah tiga detik idling dan mesin akan mati, beberapa kali tangan masih respon menarik gas agar mesin tak mati.
Tapi secara fungsi, rasanya sangat bermanfaat menghemat bahan bakar dan umur pakai mesin khususnya saat berhenti lama di lampu merah. Dan menariknya starter mesin saat menyala kembali hampir tak ada suara dan getaran. Ini berkat Alternating Current Generator (ACG). Perangkat electric starter yang menjadi satu dengan altenator ini patut diacungi jempol!
Meski dilengkapi alarm dengan sensor getar sebagai perangkat standarnya. Dan dilengkapi dengan combi brake serta side stand switch, namun urusan safety, Honda justru meniadakan fitur parking lock brake system. Padahal untuk ukuran skutik segambot ini lumayan juga menahan beban saat berhenti di aspal yang tidak datar. Sayang sekali.
Fitur lain yang dirasa kurang menarik adalah bentuk tutup tanki bensin yang terlihat jadul. Dan kapasitas bagasinya yang besar ternyata tidak bisa memuat semua jenis helm fullface. Tapi kalau helm half face sih mau berbentuk seperti apa pun tetap bisa masuk.
Tarikan Halus, Tapi Hati-Hati Saat Menikung
Bagaimana Performanya? Begitu gas dibetot, akselerasi halus langsung terasa. Halus getarannya dan halus juga suaranya. CVT yang biasanya berisik saat akselerasi cepat, pada Honda PCX terdengar sangat halus. Eh, tau-tau sudah 100 km/jam aja. Makin digas lagi hanya mentok di 110 km/jam.
Saat deselerasi, efek terhempas ke depan lebih besar. Mungkin karena bobotnya lebih berat ketimbang skutik pada umumnya. Mesin bertransmisi CVT tidak punya engine brake, saat deselerasi akan langsung seperti di netralkan. Artinya pengendara harus waspada saat mengurangi kecepatan.
Rem harus prima, untungnya combi brake yang dipakai PCX cukup canggih. Meski masih menggunakan teromol di belakang, combi brake yang dipakai sudah sistem hidrolik. Yang paling membedakan dari sistem kabel adalah saat rem belakang di tekan, tidak ada ruang kosong di rem depan. Felling pengendara akan lebih nyaman. Uniknya master rem depan memiliki tiga piston.
Masih bicara soal kenyamanan, skutik Rp 32 jutaan ini layak diandalkan. Sokbraker dengan dengan tabung besarnya terbukti bisa meredam getaran dengan sangat baik. Tetap lembut tapi mantap saat dipakai menikung. Sayangnya ground clearance PCX rasanya terlalu rendah. Saat menikung, bodi di bawah pijakan kaki rawan bersentuhan dengan aspal dan pastinya akan langsung baret. OTOMOTIFNET.com sudah membuktikan hal ini dengan membuat baret kolong PCX pinjaman AHM.
Oiya, Satu lagi masukan. Meski suspensi belakangnya nyaman dan mampu menahan beban berat sekalipun, tapi bentuknya kurang menarik. Terlihat sangat kecil dan rentan rusak. Selain itu tidak memiliki cover as sokbraker untuk menghalau kotoran layaknya skutik Honda lainnya.
Data pengetesan :
0-60 km/jam : 7,3 detik
0-80 km/jam : 15,8 detik
0-100 m : 8,9 detik
0-201 m : 14 detik
0-402 m : 22,7 detik
Top speed : 110 km/jam
Konsumsi bbm : 45,4 km/liter
(data Tabloid OTOMOTIF, tester 58kg/172cm)
Aplikasi Fitur Mudah!
Yuk, kita mulai dari fitur dan teknologi yang diusung. Secara spesifikasi memang tak ada yang berbeda dengan versi Thailand. Perbedaan paling signifikan ada pada saklar lampu yang tetap di pasang, sedang di versi Thailand fitur ini nihil dan menurut pihak PT Astra Honda Motor (AHM) ada settingan baru di ECU nya khusus pasar Indonesia.
Dimulai dari fitur Idling Stop System (ISS)yang memungkinkan skutik premium ini mampu mematikan dan menyalakan mesin secara otomatis saat berada pada keadaan diam. Awalnya agak kagok juga mengaktifkan fitur ini. Setelah tiga detik idling dan mesin akan mati, beberapa kali tangan masih respon menarik gas agar mesin tak mati.
Tapi secara fungsi, rasanya sangat bermanfaat menghemat bahan bakar dan umur pakai mesin khususnya saat berhenti lama di lampu merah. Dan menariknya starter mesin saat menyala kembali hampir tak ada suara dan getaran. Ini berkat Alternating Current Generator (ACG). Perangkat electric starter yang menjadi satu dengan altenator ini patut diacungi jempol!
Meski dilengkapi alarm dengan sensor getar sebagai perangkat standarnya. Dan dilengkapi dengan combi brake serta side stand switch, namun urusan safety, Honda justru meniadakan fitur parking lock brake system. Padahal untuk ukuran skutik segambot ini lumayan juga menahan beban saat berhenti di aspal yang tidak datar. Sayang sekali.
Fitur lain yang dirasa kurang menarik adalah bentuk tutup tanki bensin yang terlihat jadul. Dan kapasitas bagasinya yang besar ternyata tidak bisa memuat semua jenis helm fullface. Tapi kalau helm half face sih mau berbentuk seperti apa pun tetap bisa masuk.
Tarikan Halus, Tapi Hati-Hati Saat Menikung
Bagaimana Performanya? Begitu gas dibetot, akselerasi halus langsung terasa. Halus getarannya dan halus juga suaranya. CVT yang biasanya berisik saat akselerasi cepat, pada Honda PCX terdengar sangat halus. Eh, tau-tau sudah 100 km/jam aja. Makin digas lagi hanya mentok di 110 km/jam.
Saat deselerasi, efek terhempas ke depan lebih besar. Mungkin karena bobotnya lebih berat ketimbang skutik pada umumnya. Mesin bertransmisi CVT tidak punya engine brake, saat deselerasi akan langsung seperti di netralkan. Artinya pengendara harus waspada saat mengurangi kecepatan.
Rem harus prima, untungnya combi brake yang dipakai PCX cukup canggih. Meski masih menggunakan teromol di belakang, combi brake yang dipakai sudah sistem hidrolik. Yang paling membedakan dari sistem kabel adalah saat rem belakang di tekan, tidak ada ruang kosong di rem depan. Felling pengendara akan lebih nyaman. Uniknya master rem depan memiliki tiga piston.
Masih bicara soal kenyamanan, skutik Rp 32 jutaan ini layak diandalkan. Sokbraker dengan dengan tabung besarnya terbukti bisa meredam getaran dengan sangat baik. Tetap lembut tapi mantap saat dipakai menikung. Sayangnya ground clearance PCX rasanya terlalu rendah. Saat menikung, bodi di bawah pijakan kaki rawan bersentuhan dengan aspal dan pastinya akan langsung baret. OTOMOTIFNET.com sudah membuktikan hal ini dengan membuat baret kolong PCX pinjaman AHM.
Oiya, Satu lagi masukan. Meski suspensi belakangnya nyaman dan mampu menahan beban berat sekalipun, tapi bentuknya kurang menarik. Terlihat sangat kecil dan rentan rusak. Selain itu tidak memiliki cover as sokbraker untuk menghalau kotoran layaknya skutik Honda lainnya.
Data pengetesan :
0-60 km/jam : 7,3 detik
0-80 km/jam : 15,8 detik
0-100 m : 8,9 detik
0-201 m : 14 detik
0-402 m : 22,7 detik
Top speed : 110 km/jam
Konsumsi bbm : 45,4 km/liter
(data Tabloid OTOMOTIF, tester 58kg/172cm)
No comments:
Post a Comment