Pemburu singa dari Indonesia dengan singa hasil buruannya. Paling kiri Atase Pertahanan KBRI Pretoria Afsel Kolonel Erwin Suherman. |
Antara.com - Berburu babi atau rusa bisa dilakukan semua orang di tanah air. Tapi berburu bison, zebra, dan singa sampai ke Afrika hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Indonesia yang betul-betul punya hobi ekstrem alias gila!
"Mereka benar-benar orang yang punya nyali dan duitnya tidak berseri," kata Atase Pertahanan KBRI Pretoria Kolonel Erwin Suherman yang kerap menemani para pemburu singa asal Indonesia di Afrika Selatan.
Pada bulan Juni 2013, Erwin kedatangan tiga pemburu "gila" dari Indonesia, yaitu Riyadi, Yongki dan Swandono. Mereka adalah pengusaha dari Jawa Timur yang sudah bosan berburu babi dan ingin tantangan baru.
Mereka rela keluarkan kocek ratusan juta rupiah untuk memenuhi impian liar mereka: berburu singa di Afrika!
Satu paket berburu singa seharga antara Rp300 juta sampai Rp500 juta. Itu belum termasuk tiket dari Indonesia ke Afrika Selatan. Peralatan berburu seperti sepatu, jaket, rompi, kupluk, dan kacamata harus beli sendiri. Sementara jenis senjata yang dipakai berburu bisa disewa atau bisa juga dibeli.
"Paket yang Rp300 juta itu untuk singa tua yang mulai kurang kekuatannya. Paket yang Rp500 juta itu yang top. Singanya masih muda berusia lima sampai tujuh tahun. Sangat kuat, liar dan ganas," tutur Erwin.
Setua-tuanya singa, ya singa juga. Tetap saja binatang buas. Dalam satu detik, seekor singa tua masih bisa menerkam buruannya dalam jarak 30 meter. Intinya, singa tua tetap berbahaya.
Dilatih dulu
Oleh karena itu, kata Erwin, tidak begitu datang ke Pretoria langsung bisa berburu. Ada uji kompetensi menembak dan pelatihan dulu selama beberapa hari oleh pelatih profesional. Teknik-teknik menembak yang mematikan si buruan pun diajarkan.
Untuk bisa mematikan seekor singa, tembakan harus betul-betul jitu ke arah jantung dan paru-paru singa. Itu berati target peluru harus tepat 10 cm di bawah dagu kalau menembak dari arah depan. Kalau dari samping kira-kira 5 cm di atas bahu kaki singa.
Bisa juga mati di tembak di bagian kening yang mengarah ke otak. "Tapi itu tidak dianjurkan, karena kepalanya akan rusak," kata Erwin, seorang perwira asal Cicalengka, Jawa Barat, yang sudah malang melintang berdinas sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di Kongo.
Kenapa kepala singa tidak boleh rusak terkena peluru?
"Itu karena kenikmatan seorang pemburu singa adalah punya foto dengan hasil buruannya dengan kepala masih utuh. Itu trophi buat mereka," kata Erwin seraya menambahkan bahwa untuk trophi itulah seorang pemburu terbang ribuan mil ke Afrika dan mengeluarkan ratusan juta rupiah.
Setelah buruannya tertembak dan mati, maka petugas menyiapkan sesi foto-foto. Si singa didudukkan dalam posisi tertentu, lalu para pemburu berpose di belakangnya dengan memasang muka garang penuh kepuasan.
Tidak lupa senjata berburunya ditenteng atau diacungi-acungkan ke udara.
"Untuk foto dan rekaman videonya bayar lagi," tutur Erwin.
Wisata safari
Duta Besar RI untuk Kenya dan Uganda Sunu Soemarno mengatakan kawasan Afrika terkenal dengan wisata safarinya. Ada banyak tempat di Afrika untuk melihat binatang-binatang di alam hidupnya yang bebas.
"Di dekat kota Nairobi juga ada. Bahkan monyet-monyet sering datang ke halaman Wisma Duta untuk mencari makanan," kata Dubes saat jamuan makan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
"Kadang-kadang ada monyet yang ketuk-ketuk kaca jendela untuk dilempar pisang," timpal isteri Duta Besar yang menginformasikan kawasan Wisma Duta terletak di kawasan hutan lindung pinggiran kota Nairobi.
Namun, kawasan untuk berburu singa yang paling banyak terdapat di Afrika Selatan.
Menurut Erwin Suherman, ada ratusan perusahaan pengelola perburuan binatang untuk hobi dan wisata. Salah satunya De Klerk Farm yang dikelola oleh Hans De Klerk, adik mantan Presiden Afrika Selatan De Klerk.
Berburu singa dan binatang Afrika lain seperti zebra, bison, dan kijang adalah legal di Afrika Selatan. Bahkan wisata berburu dan safari merupakan pendapatan negara nomor dua di bekas negara apartheid itu setelah pertambangan.
Mengelola taman berburu binatang sangat menguntungkan. Binatang-binatang yang diburu ada tarifnya sesuai dengan tingkat kesulitan dan jenisnya. Rusa Afrika dihargai sekitar Rp1,5 juga. Seekor zebra Rp6 juta sampai Rp9 juta. Bison sekitar Rp10 juta sampai Rp30 juta. Singa yang paling mahal antara Rp200 juta sampai Rp350 juta.
"Kalau sampai diawetkan dan dikirim ke Indonesia paket ya bisa sampai Rp500 jutaan," cerita Erwin.
Hasil penangkaran
Singa-singa yang jadi sasaran perburuan bukanlah singa-singa liar, melainkan hasil penangkaran. Setiap tahun ada kuota 80 sampai 90 singa yang boleh diburu dan dibunuh lewat wisata berburu.
"Tahun ini kuotanya 89 sudah habis dibooking. Ada pemburu Indonesia yang penasaran mau bayar berapa saja asal bisa dapat singa," tutur Erwin yang menambahkan sedikitnya sembilan pemburu singa dari Indonesia yang antri untuk dapat kuota.
"Saya minta jatah ke De Klerk dan dijanjikan akan mendatangkan singa dari Zimbabwe. Mudah-mudahan dapat," kata Erwin.
Pemburu dari Indonesia disukai di Afrika karena keroyalannya membuang duit. Sudah pesan singa, tapi kalau saat berburu ketemu kijang mereka tembak juga, ketemu zebra dihajar juga, ketemu bison juga disikat.
"Orang Afrikanya sampai geleng-geleng kepala, kaya benar orang Indonesia," kata Erwin Suherman.
Berburu singa di Afrika benar- benar hobi gila sejumlah orang Indonesia yang punya nyali dan punya duit tidak berseri.
"Mereka benar-benar orang yang punya nyali dan duitnya tidak berseri," kata Atase Pertahanan KBRI Pretoria Kolonel Erwin Suherman yang kerap menemani para pemburu singa asal Indonesia di Afrika Selatan.
Pada bulan Juni 2013, Erwin kedatangan tiga pemburu "gila" dari Indonesia, yaitu Riyadi, Yongki dan Swandono. Mereka adalah pengusaha dari Jawa Timur yang sudah bosan berburu babi dan ingin tantangan baru.
Mereka rela keluarkan kocek ratusan juta rupiah untuk memenuhi impian liar mereka: berburu singa di Afrika!
Satu paket berburu singa seharga antara Rp300 juta sampai Rp500 juta. Itu belum termasuk tiket dari Indonesia ke Afrika Selatan. Peralatan berburu seperti sepatu, jaket, rompi, kupluk, dan kacamata harus beli sendiri. Sementara jenis senjata yang dipakai berburu bisa disewa atau bisa juga dibeli.
"Paket yang Rp300 juta itu untuk singa tua yang mulai kurang kekuatannya. Paket yang Rp500 juta itu yang top. Singanya masih muda berusia lima sampai tujuh tahun. Sangat kuat, liar dan ganas," tutur Erwin.
Setua-tuanya singa, ya singa juga. Tetap saja binatang buas. Dalam satu detik, seekor singa tua masih bisa menerkam buruannya dalam jarak 30 meter. Intinya, singa tua tetap berbahaya.
Dilatih dulu
Oleh karena itu, kata Erwin, tidak begitu datang ke Pretoria langsung bisa berburu. Ada uji kompetensi menembak dan pelatihan dulu selama beberapa hari oleh pelatih profesional. Teknik-teknik menembak yang mematikan si buruan pun diajarkan.
Untuk bisa mematikan seekor singa, tembakan harus betul-betul jitu ke arah jantung dan paru-paru singa. Itu berati target peluru harus tepat 10 cm di bawah dagu kalau menembak dari arah depan. Kalau dari samping kira-kira 5 cm di atas bahu kaki singa.
Bisa juga mati di tembak di bagian kening yang mengarah ke otak. "Tapi itu tidak dianjurkan, karena kepalanya akan rusak," kata Erwin, seorang perwira asal Cicalengka, Jawa Barat, yang sudah malang melintang berdinas sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di Kongo.
Kenapa kepala singa tidak boleh rusak terkena peluru?
"Itu karena kenikmatan seorang pemburu singa adalah punya foto dengan hasil buruannya dengan kepala masih utuh. Itu trophi buat mereka," kata Erwin seraya menambahkan bahwa untuk trophi itulah seorang pemburu terbang ribuan mil ke Afrika dan mengeluarkan ratusan juta rupiah.
Setelah buruannya tertembak dan mati, maka petugas menyiapkan sesi foto-foto. Si singa didudukkan dalam posisi tertentu, lalu para pemburu berpose di belakangnya dengan memasang muka garang penuh kepuasan.
Tidak lupa senjata berburunya ditenteng atau diacungi-acungkan ke udara.
"Untuk foto dan rekaman videonya bayar lagi," tutur Erwin.
Wisata safari
Duta Besar RI untuk Kenya dan Uganda Sunu Soemarno mengatakan kawasan Afrika terkenal dengan wisata safarinya. Ada banyak tempat di Afrika untuk melihat binatang-binatang di alam hidupnya yang bebas.
"Di dekat kota Nairobi juga ada. Bahkan monyet-monyet sering datang ke halaman Wisma Duta untuk mencari makanan," kata Dubes saat jamuan makan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
"Kadang-kadang ada monyet yang ketuk-ketuk kaca jendela untuk dilempar pisang," timpal isteri Duta Besar yang menginformasikan kawasan Wisma Duta terletak di kawasan hutan lindung pinggiran kota Nairobi.
Namun, kawasan untuk berburu singa yang paling banyak terdapat di Afrika Selatan.
Menurut Erwin Suherman, ada ratusan perusahaan pengelola perburuan binatang untuk hobi dan wisata. Salah satunya De Klerk Farm yang dikelola oleh Hans De Klerk, adik mantan Presiden Afrika Selatan De Klerk.
Berburu singa dan binatang Afrika lain seperti zebra, bison, dan kijang adalah legal di Afrika Selatan. Bahkan wisata berburu dan safari merupakan pendapatan negara nomor dua di bekas negara apartheid itu setelah pertambangan.
Mengelola taman berburu binatang sangat menguntungkan. Binatang-binatang yang diburu ada tarifnya sesuai dengan tingkat kesulitan dan jenisnya. Rusa Afrika dihargai sekitar Rp1,5 juga. Seekor zebra Rp6 juta sampai Rp9 juta. Bison sekitar Rp10 juta sampai Rp30 juta. Singa yang paling mahal antara Rp200 juta sampai Rp350 juta.
"Kalau sampai diawetkan dan dikirim ke Indonesia paket ya bisa sampai Rp500 jutaan," cerita Erwin.
Hasil penangkaran
Singa-singa yang jadi sasaran perburuan bukanlah singa-singa liar, melainkan hasil penangkaran. Setiap tahun ada kuota 80 sampai 90 singa yang boleh diburu dan dibunuh lewat wisata berburu.
"Tahun ini kuotanya 89 sudah habis dibooking. Ada pemburu Indonesia yang penasaran mau bayar berapa saja asal bisa dapat singa," tutur Erwin yang menambahkan sedikitnya sembilan pemburu singa dari Indonesia yang antri untuk dapat kuota.
"Saya minta jatah ke De Klerk dan dijanjikan akan mendatangkan singa dari Zimbabwe. Mudah-mudahan dapat," kata Erwin.
Pemburu dari Indonesia disukai di Afrika karena keroyalannya membuang duit. Sudah pesan singa, tapi kalau saat berburu ketemu kijang mereka tembak juga, ketemu zebra dihajar juga, ketemu bison juga disikat.
"Orang Afrikanya sampai geleng-geleng kepala, kaya benar orang Indonesia," kata Erwin Suherman.
Berburu singa di Afrika benar- benar hobi gila sejumlah orang Indonesia yang punya nyali dan punya duit tidak berseri.