Kompas.com - Sebagai Kota Gudeg, Yogyakarta memiliki banyak pilihan gerai gudeg yang melegenda. Sebut saja Gudeg Yu Djum, Gudeg Pawon, Gudeg Permata, hingga Gudeg Djumilan.
Salah satu gudeg legendaris di Yogyakarta yang sudah bertahan sejak sebelum kemerdekaan ialah Gudeg B Djuminten. Gerai gudeg ini buka sejak 1926, dan sudah dikelola oleh tiga generasi.
Sutrisno, salah satu pegawai yang dipercaya mengelola tempat pertama Gudeg B Djuminten, mengatakan langgengnya kuliner tersebut berasal dari beberapa ciri khas yang dipertahankan. Salah satunya kuah areh yang menghasilkan cita rasa gurih.
"Yang jadi ciri khas disini itu arehnya basah. Dari kelapa asli, jadi kental kayak kuah padang," ungkap Sutrisno kepada KompasTravel saat dikunjungi, Minggu (6/8/2017).
Karena kuah areh tersebut, gudeg ini memiliki ciri khas gurih. Berbeda dengan gudeg lainnya yang didominasi rasa manis.
"Yang jadi ciri khas disini itu arehnya basah. Dari kelapa asli, jadi kental kayak kuah padang," ungkap Sutrisno kepada KompasTravel saat dikunjungi, Minggu (6/8/2017).
Karena kuah areh tersebut, gudeg ini memiliki ciri khas gurih. Berbeda dengan gudeg lainnya yang didominasi rasa manis.
Selain itu, urusan dapur menjadi alasan usia Gudeg B Djuminten bertahan hingga hampir satu abad. Joko (58) ialah orang yang bertanggung jawab terhadap olahan gudeg ini sejak tahun 1980-an.
Untuk menjaga kualitas, ayamnya dimasak dengan bumbu semur selama satu setengah jam. Tak perlu lama-lama menurutnya, karena ayam kampung yang dipakai berusia muda.
Kayu bakar dari pohon sono keling masih digunakan untuk memasak beberapa bahan baku. Tidak semua bahan makanan menggunakan kayu. Menurut Joko, ada bahan-bahan yang kurang sedap jika dimasak dengan api gas.
"Kayu bakar untuk masak areh, gudeg, sama telor. Kalau pake gas nanti rasanya beda. Apalagi gudeg masaknya lama, tiga jam lebih," ungkap Joko sembari memasak di dapur gudeg B Djuminten.
Untuk menjaga kualitas, ayamnya dimasak dengan bumbu semur selama satu setengah jam. Tak perlu lama-lama menurutnya, karena ayam kampung yang dipakai berusia muda.
Kayu bakar dari pohon sono keling masih digunakan untuk memasak beberapa bahan baku. Tidak semua bahan makanan menggunakan kayu. Menurut Joko, ada bahan-bahan yang kurang sedap jika dimasak dengan api gas.
"Kayu bakar untuk masak areh, gudeg, sama telor. Kalau pake gas nanti rasanya beda. Apalagi gudeg masaknya lama, tiga jam lebih," ungkap Joko sembari memasak di dapur gudeg B Djuminten.
Untuk memasak gudegnya, Joko menggunakan gula merah atau gula jawa asli yang didapat dari produsen di Yogyakarta. Saking lamanya, gudeg hanya dimasak tiga hari satu kali dalam gentong besar kapasitas satu kwintal.
Dalam satu hari, gerai gudeg ini bisa menghabiskan 20 ekor ayam sekaligus. Anda bisa mencobanya di Gudeng B Djuminten, Jalan Asem Gede No 14 Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta.
Dalam satu hari, gerai gudeg ini bisa menghabiskan 20 ekor ayam sekaligus. Anda bisa mencobanya di Gudeng B Djuminten, Jalan Asem Gede No 14 Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment