Kompas.com - PT Supermoto Indonesia (Ducati Indonesia) terancam gulung tikar, setelah diterpa lesunya perekonomian nasional. Situasi makin memburuk setelah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa bulan terakhir anjlok. Jika kondisi tidak berubah, besar kemungkinan opsi pailit akan diambil perusahaan.
Hal ini disampaikan oleh Agustus Sani Nugroho, Presiden Direktur PT Supermoto Indonesia kepada KompasOtomotif, Rabu (7/5/2015). Sani Nugroho menjelaskan, posisi Ducati Indonesia saat ini memang sedang sulit.
Harga produk sepeda motor asal Italia itu terus merangkak, seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dari semula Rp 9.000-13.000 per dollar AS. Sementara Pemerintah juga menaikan pajak PPnBM (Pajak Penambahan Nilai atas Barang Mewah) dari 75 persen menjadi 125 persen. Selain itu, setiap tahun Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) setiap tahun terkerek rata-rata 10 persen, di luar pengurusan surat-surat motor besar yang tidak murah.
"Bisnis otomotif premium, baik sepeda motor maupun mobil sudah pasti akan sangat tertekan dengan situasi seperti ini. Mungkin bisa melakukan perbandingan dengan apa yang terjadi dengan Ferrari, Lamborghini, atau Maserati. Harga sepeda motor menjadi terlalu mahal," beber Nugroho.
Nugroho menggambarkan pada salah satu model yang dipasarkan, Monster. Harga Monster 795 di Thailand hanya berkisar 13.500 dollar AS (Rp 176,2 juta), sedangkan di Indonesia sudah menembus Rp 350 juta. Bahkan di 2012, sepeda motor yang sama (Monster 795), lanjut Nugroho, sudah dijual sekitar Rp 200 jutaan.
Hal ini disampaikan oleh Agustus Sani Nugroho, Presiden Direktur PT Supermoto Indonesia kepada KompasOtomotif, Rabu (7/5/2015). Sani Nugroho menjelaskan, posisi Ducati Indonesia saat ini memang sedang sulit.
Harga produk sepeda motor asal Italia itu terus merangkak, seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dari semula Rp 9.000-13.000 per dollar AS. Sementara Pemerintah juga menaikan pajak PPnBM (Pajak Penambahan Nilai atas Barang Mewah) dari 75 persen menjadi 125 persen. Selain itu, setiap tahun Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) setiap tahun terkerek rata-rata 10 persen, di luar pengurusan surat-surat motor besar yang tidak murah.
"Bisnis otomotif premium, baik sepeda motor maupun mobil sudah pasti akan sangat tertekan dengan situasi seperti ini. Mungkin bisa melakukan perbandingan dengan apa yang terjadi dengan Ferrari, Lamborghini, atau Maserati. Harga sepeda motor menjadi terlalu mahal," beber Nugroho.
Nugroho menggambarkan pada salah satu model yang dipasarkan, Monster. Harga Monster 795 di Thailand hanya berkisar 13.500 dollar AS (Rp 176,2 juta), sedangkan di Indonesia sudah menembus Rp 350 juta. Bahkan di 2012, sepeda motor yang sama (Monster 795), lanjut Nugroho, sudah dijual sekitar Rp 200 jutaan.
No comments:
Post a Comment