Merdeka.com - Soekarno muda membenci tindakan pemuda-pemuda Belanda yang arogan dan merendahkan pribumi. Soekarno punya cara sendiri untuk menunjukkan dia tidak kalah dengan pemuda-pemuda Belanda itu. Caranya, dengan memacari gadis-gadis Belanda.
Bukan perkara sulit bagi Soekarno muda untuk mendekati gadis Belanda. Otaknya pintar, wajahnya pun tampan. Tak heran, gadis-gadis Belanda mau saja didekati walau Soekarno pribumi. Apalagi sejak anak-anak, jiwa kepemimpinan Soekarno sudah terlihat. Dia selalu menjadi pemimpin teman-temannya.
Kakak kandung Soekarno, Wardoyo, menceritakan kelakuan adiknya dalam buku 'Bung Karno Masa Muda'. Buku ini diterbitkan Pustaka Yayasan Antar Kota Jakarta tahun 1978.
"Menurut pengakuannya sendiri, gadis Belanda yang pertama kali dipacarinya adalah Rika Meelhuysen. Gadis itu pulalah yang pertama kali dicium oleh Soekarno. Ketika itu umur Soekarno baru 14 tahun," tutur Wardoyo.
Awalnya memang Soekarno mendekati Rika karena ingin dianggap memiliki kelas yang sama dengan pemuda Belanda. Namun Soekarno ternyata lupa dengan niatnya itu. Namanya cinta monyet, Soekarno benar-benar tergila-gila pada Rika.
Dia rela membawakan buku-buku milik noni Belanda itu. Dia juga rela memutar jalan hanya untuk bisa melewati rumah Rika dan berharap melihat sekilas gadis pujaannya.
Walau begitu, Soekarno tak mau cinta monyetnya diketahui sang ayah, Raden Sukemi Sosrodiharjo. Soekarno tahu ayahnya benci orang Belanda. Apa yang akan dilakukan ayahnya jika melihat Soekarno menjalin kasih dengan noni Belanda. Soekarno takut akan dihajar dengan rotan.
Nah suatu sore, Soekarno sedang asyik berboncengan dengan Rika Meelhuysen. Di persimpangan dia tak sengaja menabrak seorang pengendara sepeda lain. Ternyata Soekarno menabrak Raden Sukemi, ayahnya sendiri! Bukan main takutnya Soekarno.
Tapi ketika itu ayahnya tidak marah. Ketika tiba di rumah, ayahnya malah berkata dengan lembut.
"Nak, kau jangan kuatir aku akan marah karena kau bergaul dengan gadis Belanda itu. Hal itu baik sekali. Itulah jalan terbaik agar Bahasa Belanda mu menjadi lebih baik lagi," ujar ayah Soekarno.
Soekarno lega bukan kepalang. Dia pun makin bersemangat mendekati gadis-gadis Belanda.
Sebut saja, Paulina Gobee, Laura, lalu dengan putri keluarga Raat. Ada lagi Mien Hessels. Mien inilah yang benar-benar membakar hati Soekarno yang berusia 18 tahun.
"Rasanya dia bersedia untuk mati untuk Mien. Tidak ada yang diharapkan selain percintaan dengan penuh berani pada Mien," kenang Wardoyo menggambarkan polah adiknya yang kasmaran.
Soekarno yang saat itu berusia 18 tahun bahkan nekat menemui Pak Hessels untuk melamar Mien. Apa jawaban keluarga Hessels?
"Kamu? Inlander kotor seperti kamu berani-beraninya mendekati anakku? Enyah kau binatang kotor!" bentak orang tua Hessels dengan geram.
Soekarno merasa terhina, malu, marah. Inilah salah satu hal yang akan terus diingat Soekarno. Memacu dirinya untuk membawa rakyat Indonesia agar bisa dipandang sejajar dengan bangsa manapun di dunia.
Waktu juga yang membuat Soekarno melupakan cintanya pada Mien Hessels. 23 Tahun kemudian, di tahun 1942. Soekarno sedang berjalan-jalan di Jakarta. Tiba-tiba dia ditegur oleh seorang wanita Belanda yang gemuk, tua dan jelek.
Wanita itu tertawa terkekeh-kekeh. "Dapatkah kau menebak siapa aku?" tanyanya pada Soekarno. Soekarno memperhatikan wanita itu dengan teliti. Berusaha mengingat-ingat. Tapi dia tidak tahu.
Wanita itu masih terkekeh. "Aku Mien Hessels," katanya. Soekarno terkejut luar biasa.
"HUhhhhh! Mien Hessels! Ratuku yang cantik seperti bidadari itu sudah berubah menjadi wanita sihir. Dengan cepat aku memberi salam padanya dan terus berjalan sambil mengucap syukur dan memuji Tuhan Yang Maha Penyayang karena telah melindungiku. Caci-maki yang telah dilontarkan ayahnya dulu sesungguhnya adalah rahmat yang terselubung bagiku. Kalau dipikir-pikir, dulu aku telah tertambat pada perempuan ini. Aku berterima kasih atas perlindungan Tuhan," ujar Soekarno dengan penuh rasa syukur.
Bukan perkara sulit bagi Soekarno muda untuk mendekati gadis Belanda. Otaknya pintar, wajahnya pun tampan. Tak heran, gadis-gadis Belanda mau saja didekati walau Soekarno pribumi. Apalagi sejak anak-anak, jiwa kepemimpinan Soekarno sudah terlihat. Dia selalu menjadi pemimpin teman-temannya.
Kakak kandung Soekarno, Wardoyo, menceritakan kelakuan adiknya dalam buku 'Bung Karno Masa Muda'. Buku ini diterbitkan Pustaka Yayasan Antar Kota Jakarta tahun 1978.
"Menurut pengakuannya sendiri, gadis Belanda yang pertama kali dipacarinya adalah Rika Meelhuysen. Gadis itu pulalah yang pertama kali dicium oleh Soekarno. Ketika itu umur Soekarno baru 14 tahun," tutur Wardoyo.
Awalnya memang Soekarno mendekati Rika karena ingin dianggap memiliki kelas yang sama dengan pemuda Belanda. Namun Soekarno ternyata lupa dengan niatnya itu. Namanya cinta monyet, Soekarno benar-benar tergila-gila pada Rika.
Dia rela membawakan buku-buku milik noni Belanda itu. Dia juga rela memutar jalan hanya untuk bisa melewati rumah Rika dan berharap melihat sekilas gadis pujaannya.
Walau begitu, Soekarno tak mau cinta monyetnya diketahui sang ayah, Raden Sukemi Sosrodiharjo. Soekarno tahu ayahnya benci orang Belanda. Apa yang akan dilakukan ayahnya jika melihat Soekarno menjalin kasih dengan noni Belanda. Soekarno takut akan dihajar dengan rotan.
Nah suatu sore, Soekarno sedang asyik berboncengan dengan Rika Meelhuysen. Di persimpangan dia tak sengaja menabrak seorang pengendara sepeda lain. Ternyata Soekarno menabrak Raden Sukemi, ayahnya sendiri! Bukan main takutnya Soekarno.
Tapi ketika itu ayahnya tidak marah. Ketika tiba di rumah, ayahnya malah berkata dengan lembut.
"Nak, kau jangan kuatir aku akan marah karena kau bergaul dengan gadis Belanda itu. Hal itu baik sekali. Itulah jalan terbaik agar Bahasa Belanda mu menjadi lebih baik lagi," ujar ayah Soekarno.
Soekarno lega bukan kepalang. Dia pun makin bersemangat mendekati gadis-gadis Belanda.
Sebut saja, Paulina Gobee, Laura, lalu dengan putri keluarga Raat. Ada lagi Mien Hessels. Mien inilah yang benar-benar membakar hati Soekarno yang berusia 18 tahun.
"Rasanya dia bersedia untuk mati untuk Mien. Tidak ada yang diharapkan selain percintaan dengan penuh berani pada Mien," kenang Wardoyo menggambarkan polah adiknya yang kasmaran.
Soekarno yang saat itu berusia 18 tahun bahkan nekat menemui Pak Hessels untuk melamar Mien. Apa jawaban keluarga Hessels?
"Kamu? Inlander kotor seperti kamu berani-beraninya mendekati anakku? Enyah kau binatang kotor!" bentak orang tua Hessels dengan geram.
Soekarno merasa terhina, malu, marah. Inilah salah satu hal yang akan terus diingat Soekarno. Memacu dirinya untuk membawa rakyat Indonesia agar bisa dipandang sejajar dengan bangsa manapun di dunia.
Waktu juga yang membuat Soekarno melupakan cintanya pada Mien Hessels. 23 Tahun kemudian, di tahun 1942. Soekarno sedang berjalan-jalan di Jakarta. Tiba-tiba dia ditegur oleh seorang wanita Belanda yang gemuk, tua dan jelek.
Wanita itu tertawa terkekeh-kekeh. "Dapatkah kau menebak siapa aku?" tanyanya pada Soekarno. Soekarno memperhatikan wanita itu dengan teliti. Berusaha mengingat-ingat. Tapi dia tidak tahu.
Wanita itu masih terkekeh. "Aku Mien Hessels," katanya. Soekarno terkejut luar biasa.
"HUhhhhh! Mien Hessels! Ratuku yang cantik seperti bidadari itu sudah berubah menjadi wanita sihir. Dengan cepat aku memberi salam padanya dan terus berjalan sambil mengucap syukur dan memuji Tuhan Yang Maha Penyayang karena telah melindungiku. Caci-maki yang telah dilontarkan ayahnya dulu sesungguhnya adalah rahmat yang terselubung bagiku. Kalau dipikir-pikir, dulu aku telah tertambat pada perempuan ini. Aku berterima kasih atas perlindungan Tuhan," ujar Soekarno dengan penuh rasa syukur.
No comments:
Post a Comment