Feb 7, 2009

Sully, Pilot Penyelamat 155 Penumpang

Mantan pilot pesawat tempur F-4, Chesley B ”Sully” Sullenberger III (57), asal Danville, California, pernah merasa bangga menjadi pahlawan. Akan tetapi, arti kepahlawanan pada musibah hari Kamis (15/1) berbeda sekali. Dengan ketenangan dan keterampilannya, Sully mendaratkan pesawat berpenumpang 155 orang dan awak pesawat dengan selamat di Sungai Hudson, New York.

Para penumpang pesawat US Airways nomor penerbangan 1549 tujuan Charlotte, North Carolina, itu merasakan bagaimana mesin pesawat Airbus A-320 tiba-tiba mati, lima menit setelah lepas landas dari Bandara La Guardia, New York, Kamis pukul 15.03. Mesin pesawat diduga mati setelah pesawat menabrak sekawanan burung.

Sully pernah belajar cara untuk membuat para awak tetap menjalankan tugas meski sedang menghadapi krisis. Sully segera mengambil keputusan mendaratkan pesawat di sungai. Dengan keahliannya, pesawat mendarat ”mulus” sehingga badan pesawat tidak pecah ketika membentur permukaan sungai yang sangat dingin dengan suhu minus enam derajat celsius.

Didukung bantuan regu penjaga sungai serta awak kapal yang melintas di Sungai Hudson, ke-155 penumpang pesawat bisa dikeluarkan. Hanya seorang penumpang yang mengalami patah kaki.

Wali Kota New York Michael Bloomberg memuji Sully sebagai pahlawan. Banyak pihak setuju, kunci penyelamatan seluruh penumpang US Airways terletak di tangan Sully. Pantaslah bila banyak pujian diterima Sully. Satu pesan bertuliskan ”Keajaiban terjadi di Sungai Hudson”.

Terlatih

Kepiawaian Sully dilengkapi kesigapan beberapa feri dan perahu motor yang dalam dua menit mendekati lokasi pesawat dan membantu menaikkan para penumpang yang sudah berdiri seperti antre di atas sayap dan balon peluncur.

Seorang kapten kapal feri, Brittany Catanzaro, termasuk yang pertama mendatangi pesawat Sully itu. Ia bersama awaknya, yang setiap bulan mengikuti latihan pertolongan di sungai, tahu apa yang harus dilakukan. ”Ketika saya sampai di sana, para awak saya langsung bekerja dan mulai menarik orang-orang keluar. Beberapa orang keluar dengan lega, beberapa menangis. Sungguh mengharukan,” katanya.

Tim penjaga sungai juga datang, kemudian menyelamatkan 35 penumpang. ”Kami melakukan latihan dari waktu ke waktu untuk memahami apa yang bisa dilakukan ketika hal seperti ini terjadi. Menyenangkan sekali karena bisa menyelamatkan orang saat seperti ini,” ungkap Letnan CK Moore dari satuan penjaga sungai.

Penyelamatan di Sungai Hudson bukan perkara gampang. Suhu air sangat dingin. Penyelamatan yang terlambat dalam beberapa menit saja membuat para penumpang dalam bahaya, setidaknya karena mengalami hipotermia.

Detektif Michael Delaney merupakan salah seorang polisi yang turut menyelam untuk menyelamatkan seorang nenek yang terjatuh ke sungai. Ia mengungkapkan, beberapa penumpang sudah lemah dan mati rasa setelah beberapa menit terendam di air, terutama di bagian kaki.

Sempat pasrah

Penumpang sungguh merasakan keajaiban. Setelah mesin mati, Sully sempat mengatakan, ”Siap-siap dengan keadaan terburuk, kita terpaksa mendarat darurat.”

”Anda sudah bisa membayangkan hal terburuk akan terjadi,” kata Albert Panero yang sempat merasakan suara bising pesawat dan bau daging terbakar. ”Saya sudah berpikir akan segera meninggal. Saya menyalakan telepon genggam saya, yang punya fasilitas penentu lokasi (GPS), sehingga saya bisa dengan mudah ditemukan,” kata Panero.

Jeff Kolodjay, penumpang lain, menyatakan sudah mengucapkan Salam Maria, sebuah doa Katolik.

Vallie Collins mengirim pesan kepada suaminya, Steve, di Tennessee. Pesannya hanya singkat, ”Pesawat saya jatuh”.

”Terima kasih, terima kasih, saya berharap Anda dapat pahala berkat layanan Anda,” kata Fred Beretta, penumpang lain, kepada Sully, sang pilot.