MANTAN Kabareskrim Komjen Susno Duadji mengungkapkan, praktik makelar kasus (markus) triliunan rupiah di Mabes Polri diduga dilakukan mantan diplomat dan anggota BIN berinsial SJ. Orang ini dekat dengan mantan Wakapolri dan mantan Kapolri.
Pengungkapan itu dilakukan Susno dalam rapat tertutup dengan Komisi III DPR di ruang Komisi III, Gedung DPR, Senayan, Kamis (9/4) petang. Sebelumnya di tempat yang sama digelar rapat dengar pendapat (RPD) yang terbuka untuk umum.
Kepada wartawan, Susno enggan mengungkapkan praktik markus kelas kakap di Polri secara gamblang. Namun Ketua Komisi III DPR, Benny K Harman, membeberkan sedikit sepak terjang SJ. "SJ itu bukan polisi, tapi orang yang paling dekat dengan salah satu jenderal di Mabes Polri. Dia juga orang yang dominan dalam tubuh Polri," katanya.
SJ, kata Benny, merupakan mantan diplomat di Australia sekaligus mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Dia ditengarai dekat dengan seorang pensiunan jenderal bintang tiga di Mabes Polri, berinisial MP.
Dalam catatan wartawan, jenderal berinisial MP kemungkinan besar Makbul Padmanagara. Dia pernah menjabat Kapolda Metro Jaya, Kabareskrim Polri, dan terakhir Wakapolri.
"Kalau SJ bukan polisi, tetapi dia mendapat semua fasilitas yang diperoleh polisi. Dia eksis sejak zaman Kapolri-nya Jenderal Da'i Bachtiar (kini Dubes RI untuk Malaysia)," ujar Benny.
SJ dikenal sebagai orang yang mampu mengatur kasus-kasus besar. Hingga kini, lebih dari 140 perusahaan memakai jasanya untuk memeroleh fasilitas pengampunan pajak.
Hari Minggu (4/4), Kabakreskrim Polri Komjen Ito Sumardi mengatakan bahwa tuduhan soal markus yang disampaikan Susno harus dibuktikan, termasuk harus diperjelas apakah posisi jenderal bintang tiga tersebut masih menjabat atau sudah pensiun. Kala itu, Ito sudah pula menyebutkan bahwa ada seseorang yang jadi teman dekat Makbul. "Dia kan kawan baik Pak Makbul," katanya.
Belum bisa dipastikan apakah SJ, teman baik Makbul itu, adalah Syahril Johan. Ito mengaku masih memburu info tentang kemungkinan keterlibatan beberapa pihak yang menikmati aliran dana dari rekening Gayus senilai Rp 28 miliar.
Apakah Polri akan menyelidiki Makbul, Susno, dan SJ berkaitan kasus Gayus ini? Mnurut Ito, Polri akan melakukannya sesuai fakta hukum.
Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, mengatakan, dalam rapat tertutup kemarin Susno juga mengadukan dua kasus mafia pajak yang nilainya lebih besar dari yang diembat Gayus. Uang negara yang diselewengkan jauh lebih besar serta oknum yang terlibat pun lebih tinggi pangkat dan golongannya daripada Gayus. "Pelakunya bukan selevel Gayus, tapi sekelas dirjen atau menteri," ujar Bambang.
Modus penyelewengan uang negara ini juga berawal dari mekanisme pengampunan pajak. Sedangkan nilai uang negara yang diselewengkan di dua kasus itu masing-masing mencapai Rp 1,4 triliun dan Rp 1,5 triliun. "Jadi, Susno berjanji akan membuka kasus yang lebih besar tersebut," ujar Bambang.
Melacurkan jabatan
Sementara dalam RDP, Susno membantah bahwa langkahnya membongkar dugaan markus di Polri atas perintah Satgas Pemberantasan Mafia Hukum guna mengalihkan isu kasus Bank Century dengan imbalan jabatan Kapolri.
Tudingan tersebut disampaikan oleh anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo. Secara khusus Bambang menanyakan motif Susno mengungkap sejumlah markus di tubuh Polri.
"Tadi ditanya apakah benar saya membuka kasus markus di tubuh Polri karena didorong Satgas untuk mengalihkan isu Bank Century dan dijanjikan jabatan Kapolri. Tidak ada motif itu. Kalau mau jadi Kapolri, bukan begini caranya. Dengan langkah ini, malah banyak polisi membenci saya, terutama yang suka korupsi," ucap Susno.
Dia kembali menegaskan, apa yang dilakukannya tidak didasari niat untuk mendapatkan jabatan tertentu. "Ada yang bilang karena saya mau jadi ketua KPK. Tidak lah. Saya tahu diri. Jadi Kabareskrim saja dicopot, kok mau jadi ketua KPK. Masih banyak yang lebih mampu dari saya," ujarnya.
Susno juga mengatakan, dia berani pasang badan mengungkap markus di Polri semata-semata demi kecintaannya terhadap korps kepolisian. "Padahal, jika saya mau bersikap manis, duduk tenang, rutin hadir di kantor, mungkin dua bulan lagi saya dapat jabatan baru, apalagi masa pensiun saya masih lama. Tapi, buat apa saya melacurkan sebuah jabatan," katanya.
Demi kecintaannya terhadap Polri, kata Susno, dia mengungkap markus kendati taruhannya nyawa. Maklum, kata dia, jika ada anggota kepolisian yang membeberkan kebobrokan dapur sendiri, ini dianggap sebagai perbuatan tercela karena akan merendahkan institusi.
Susno juga mengatakan, mengapa harus malu jika ada dua jenderal di kepolisian yang terlibat markus? "Kalau kedua jenderal tersebut langsung diproses, dicopot, nama kepolisian akan harum. Tapi, kalau saya ngomong langsung direspons dan diminta membuktikan, ya bagaimana? Pelapor kok disuruh membuktikan. Memangnya kasus ini perdata? Yang malu itu saya. Saya masih (perwira) aktif. Saya malu melihat sikap kepolisian seperti itu," ujar Susno berapi-api.
Menurut Susno, dia kini dianggap sebagai musuh di tubuh kepolisian. Kini, Polri tengah mencari-cari kesalahannya, termasuk kesalahan ketika dirinya menjabat Kapolda Jawa Barat. "Jangan dikira ada rapat-rapat penting (yang membahas dirinya) itu saya tidak tahu," ujarnya.
Laporan keuangan ketika dirinya menjabat Kapolda Jawa Barat diungkit lagi dan ada rapat-rapat yang membahas dirinya. "Saya tahu digiring karena dianggap musuh," kata Susno.
Susno mengklaim bahwa setelah bertugas puluhan tahun di Polri, dia bisa memiliki rekan-rekan di kepolisian yang setia, kendati dirinya tidak lagi menjabat, bahkan dimusuhi.
Pengungkapan itu dilakukan Susno dalam rapat tertutup dengan Komisi III DPR di ruang Komisi III, Gedung DPR, Senayan, Kamis (9/4) petang. Sebelumnya di tempat yang sama digelar rapat dengar pendapat (RPD) yang terbuka untuk umum.
Kepada wartawan, Susno enggan mengungkapkan praktik markus kelas kakap di Polri secara gamblang. Namun Ketua Komisi III DPR, Benny K Harman, membeberkan sedikit sepak terjang SJ. "SJ itu bukan polisi, tapi orang yang paling dekat dengan salah satu jenderal di Mabes Polri. Dia juga orang yang dominan dalam tubuh Polri," katanya.
SJ, kata Benny, merupakan mantan diplomat di Australia sekaligus mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Dia ditengarai dekat dengan seorang pensiunan jenderal bintang tiga di Mabes Polri, berinisial MP.
Dalam catatan wartawan, jenderal berinisial MP kemungkinan besar Makbul Padmanagara. Dia pernah menjabat Kapolda Metro Jaya, Kabareskrim Polri, dan terakhir Wakapolri.
"Kalau SJ bukan polisi, tetapi dia mendapat semua fasilitas yang diperoleh polisi. Dia eksis sejak zaman Kapolri-nya Jenderal Da'i Bachtiar (kini Dubes RI untuk Malaysia)," ujar Benny.
SJ dikenal sebagai orang yang mampu mengatur kasus-kasus besar. Hingga kini, lebih dari 140 perusahaan memakai jasanya untuk memeroleh fasilitas pengampunan pajak.
Hari Minggu (4/4), Kabakreskrim Polri Komjen Ito Sumardi mengatakan bahwa tuduhan soal markus yang disampaikan Susno harus dibuktikan, termasuk harus diperjelas apakah posisi jenderal bintang tiga tersebut masih menjabat atau sudah pensiun. Kala itu, Ito sudah pula menyebutkan bahwa ada seseorang yang jadi teman dekat Makbul. "Dia kan kawan baik Pak Makbul," katanya.
Belum bisa dipastikan apakah SJ, teman baik Makbul itu, adalah Syahril Johan. Ito mengaku masih memburu info tentang kemungkinan keterlibatan beberapa pihak yang menikmati aliran dana dari rekening Gayus senilai Rp 28 miliar.
Apakah Polri akan menyelidiki Makbul, Susno, dan SJ berkaitan kasus Gayus ini? Mnurut Ito, Polri akan melakukannya sesuai fakta hukum.
Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, mengatakan, dalam rapat tertutup kemarin Susno juga mengadukan dua kasus mafia pajak yang nilainya lebih besar dari yang diembat Gayus. Uang negara yang diselewengkan jauh lebih besar serta oknum yang terlibat pun lebih tinggi pangkat dan golongannya daripada Gayus. "Pelakunya bukan selevel Gayus, tapi sekelas dirjen atau menteri," ujar Bambang.
Modus penyelewengan uang negara ini juga berawal dari mekanisme pengampunan pajak. Sedangkan nilai uang negara yang diselewengkan di dua kasus itu masing-masing mencapai Rp 1,4 triliun dan Rp 1,5 triliun. "Jadi, Susno berjanji akan membuka kasus yang lebih besar tersebut," ujar Bambang.
Melacurkan jabatan
Sementara dalam RDP, Susno membantah bahwa langkahnya membongkar dugaan markus di Polri atas perintah Satgas Pemberantasan Mafia Hukum guna mengalihkan isu kasus Bank Century dengan imbalan jabatan Kapolri.
Tudingan tersebut disampaikan oleh anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo. Secara khusus Bambang menanyakan motif Susno mengungkap sejumlah markus di tubuh Polri.
"Tadi ditanya apakah benar saya membuka kasus markus di tubuh Polri karena didorong Satgas untuk mengalihkan isu Bank Century dan dijanjikan jabatan Kapolri. Tidak ada motif itu. Kalau mau jadi Kapolri, bukan begini caranya. Dengan langkah ini, malah banyak polisi membenci saya, terutama yang suka korupsi," ucap Susno.
Dia kembali menegaskan, apa yang dilakukannya tidak didasari niat untuk mendapatkan jabatan tertentu. "Ada yang bilang karena saya mau jadi ketua KPK. Tidak lah. Saya tahu diri. Jadi Kabareskrim saja dicopot, kok mau jadi ketua KPK. Masih banyak yang lebih mampu dari saya," ujarnya.
Susno juga mengatakan, dia berani pasang badan mengungkap markus di Polri semata-semata demi kecintaannya terhadap korps kepolisian. "Padahal, jika saya mau bersikap manis, duduk tenang, rutin hadir di kantor, mungkin dua bulan lagi saya dapat jabatan baru, apalagi masa pensiun saya masih lama. Tapi, buat apa saya melacurkan sebuah jabatan," katanya.
Demi kecintaannya terhadap Polri, kata Susno, dia mengungkap markus kendati taruhannya nyawa. Maklum, kata dia, jika ada anggota kepolisian yang membeberkan kebobrokan dapur sendiri, ini dianggap sebagai perbuatan tercela karena akan merendahkan institusi.
Susno juga mengatakan, mengapa harus malu jika ada dua jenderal di kepolisian yang terlibat markus? "Kalau kedua jenderal tersebut langsung diproses, dicopot, nama kepolisian akan harum. Tapi, kalau saya ngomong langsung direspons dan diminta membuktikan, ya bagaimana? Pelapor kok disuruh membuktikan. Memangnya kasus ini perdata? Yang malu itu saya. Saya masih (perwira) aktif. Saya malu melihat sikap kepolisian seperti itu," ujar Susno berapi-api.
Menurut Susno, dia kini dianggap sebagai musuh di tubuh kepolisian. Kini, Polri tengah mencari-cari kesalahannya, termasuk kesalahan ketika dirinya menjabat Kapolda Jawa Barat. "Jangan dikira ada rapat-rapat penting (yang membahas dirinya) itu saya tidak tahu," ujarnya.
Laporan keuangan ketika dirinya menjabat Kapolda Jawa Barat diungkit lagi dan ada rapat-rapat yang membahas dirinya. "Saya tahu digiring karena dianggap musuh," kata Susno.
Susno mengklaim bahwa setelah bertugas puluhan tahun di Polri, dia bisa memiliki rekan-rekan di kepolisian yang setia, kendati dirinya tidak lagi menjabat, bahkan dimusuhi.
No comments:
Post a Comment