Feb 24, 2012

Galau Jenderal Karena Shinta (04)

Detik.com - Shinta Bachir awalnya merencanakan akan melaporkan ancaman pembunuhan yang dilakukan suami sirinya, seorang mantan Kapolda, ke polisi. Tapi ia tidak jadi melapor karena takut nantinya malah membahayakan dirinya.

“Saya berfikir seperti itu (melapor ke polisi). Tapi saya nggak tahu jalannya, karena yang saya mau laporkan ini bukan orang sembarangan. Saya takut nanti berbalik ke saya,” kata Shinta.

Berikut wawancara Deden Gunawan dan M Rizal dari majalah detik dengan Shinta Bachir:

Bagaimana awal perkenalan Anda dengan sang jenderal?

Waktu itu pas saya lagi makan, beliaunya lewat. Teman saya panggil beliau. Ngobrollah kita, yang ngenalin temen. Terus gabung di situ. Terus dia pesan minum, karena buru-buru mau rapat, dia cuma minum. Terus dia buru-buru pergi. Tapi minta nomor HP saya, saya kasih nomor palsu. Tadinya nggak ngerespons, udah tua.

Bagaimana prosesnya Anda menikah siri dengan Pak Jenderal itu?

Ya cuma saya, beliau, keluarga saya, keluarga beliau yang tahu. Yang tahu itu semua biarlah saksinya Allah.

Apakah yang biasanya Anda bicarakan dengan sang jenderal?

Biasanya sih soal anak, kebetulan saya juga kenal anaknya. Namanya anak sama bapak kan biasa. Apa yang terjadi, beliau suka cerita ke saya. Saya dikenalin sama anak yang pertama dan kedua.

Pertama kenalan, sayanya yang takut. Kalau sama anak yang pertama sih nggak sengaja. Lagi nge-mall kita berdua, ya udah. Saya sempat minggir. Kata dia, ngapain takut sama anak saya. Malah sayanya dikenalin.

Kenapa tiba-tiba Anda dan jenderal berpisah?

Ya memang ada satu hal yang memang kita sepakati, memang udah kita pikirkan matang-matang positif negatifnya. Putusnya November. Waktu pergi ke Hong Kong pun kita nobrol, terus pergi ke Bali, waktu itu kan memang ada meeting ada acara kerjaannya beliau, saya ikut ke Bali.

Kenapa kemudian ada ancaman pembunuhan segala?

Pasti ada alasan. Karena kita pisahnya baik-baik, perasaan cinta di antara kita pun masih ada, rasa sayang masih ada. Sampai sekarang saya masih menghormati beliau.

Makanya saya sangat menyesalkan kenapa beliau bisa berubah seperti itu. Tapi kenapa terakhir beliau seperti itu, bener-bener bikin saya shock. Kok tidak seperti yang saya kenal.

Apakah ancaman itu dilakukan secara tiba-tiba?

Ya ada satu hal yang memang di antara kita berdua, tidak perlu saya bicarakan. Waktu diancam saya takut sekali, karena kan saya tahu beliau bukan orang sembarangan. Waktu itu saya juga bingung, 2 minggu saya di rumah. Sedih, kenapa sih orang yang saya hormati, yang bener-bener jadi imam kehidupan saya, kok bisa seperti ini. Ya Allah… apa yang masuk ke pikiran beliau.

Pertama kali dia ngancem, satu hari saya nggak bangun, nggak mandi, nggak cuci muka. Jadi kita berdua sama-sama nggak tidur, debat aja, SMS, telepon, SMS, telepon. “Manusia itu bisa berubah,” kata dia begitu. Saya masih sering sedih. Beliau berubah drastis, 1.000 derajat buat saya.

Anda akan melapor ke polisi?

Ya karena saya berpikir ini negara hukum. Polisi itu kan pelindung masyarakat, apalagi kayak saya. Saya kan sedang bingung mau lari ke mana. Lari ke kakak saya, kakak saya punya keluarga sendiri, punya masalah sendiri. Nah saya akan mencari perlindungan, akhirnya saya berpikir seperti itu. Tapi saya nggak tahu jalannya, karena yang saya mau laporkan ini bukan orang sembarangan. Saya takut nanti berbalik ke saya.

Tapi kemarin benar-benar minta maaf?

Ya. Beliau minta maaf sama saya lewat telepon. Tapi, sebelumnya nggak pernah ditelepon. Masih menghina saya sampai kata-kata kotor, dan menyakitkan buat saya.

Makbul Padmanegara menyomasi Anda, tanggapan Anda?

Nah itu, saya bener-bener nyesel banget, kenapa itu bisa. Padahal saya itu kan nggak pernah ya, setiap wartawan tanya, siapa pun, saya nggak bener-bener ngerti angkatan, nggak mau nyebutin inisial, kok ada salah satu tabloid yang mengeluarkan itu angkatan. Harusnya apa yang saya katakan harus ditulis, kalau nggak mencari kesimpulan sendiri yang akhirnya itu merugikan saya dan merugikan keluarganya Pak Makbul. Nyebut namanya saja saya susah kan, kenal aja nggak pernah.

Makbul: Shinta Harus Berani Sebut Nama


Mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Pol Purn Makbul Padmanegara menyomasi Shinta Bachir. Artis seksi itu dinilai telah merugikan dirinya karena menyebut mantan Kapolda Metro Jaya yang meneror dirinya adalah angkatan 1974.

Makbul meminta Shinta bertanggung jawab dengan berani menyebut nama jenderal yang pernah menikahinya secara siri itu.

“Dia telah berani tampil dalam infotainment, ya harus berani juga bertanggung jawab untuk menyebutkannya, supaya tidak ada keresahan dikalangan para mantan itu,” kata Makbul.

Berikut wawancara dengan Makbul Padmanegara:

Bagaimana tanggapan Anda soal Shinta Bachir?
 
Kalau itu kan sudah selesai

Klarifikasi dari Shinta Bachir seperti apa?
 
Sudah selesai. Kan sudah minta maaf, kan itu juga sudah disampaikan di sejumlah media massa, yang penting kan bukan saya...(sambil tertawa)

Katanya banyak keluarga purnawirawan yang resah, takut suaminya terkait affair?


Makanya, keinginan kita ini untuk disampaikan kepada dia, siapa orang yang dimaksudkan itu. Saya juga sudah minta kepada dia untuk menjelaskan siapa orang itu, tapi kan haknya dia juga untuk tidak menyebutkannya.

Tinggal masyarakat saja yang nanti menilai benar atau tidak. Dia telah berani tampil dalam infotainment, ya harus berani juga bertanggung jawab untuk menyebutkannya, supaya tidak ada keresahan di kalangan para mantan Kapolda itu.

Adakah upaya hukum lainnya kepada Shinta Bachir?
 
Kalau dengan SB sudah selesai, dan dia sudah mau minta maaf.

Kalau somasi ke media?
 
Oh tidak, kalau mau somasi tentunya SB, karena SB sendiri tidak menyebutkan itu, tapi medianya. Ya SB nanti yang melakukan itu.

No comments:

Post a Comment