"Awalnya AA tertangkap tangan oleh Nasrudin sedang berkencan di sebuah hotel dengan seorang perempuan yang disebut-sebut berinisial Ran," kata sumber detikcom di kepolisian, Jum'at (1/5/2009).
Sejak kejadian itu, Nasrudin kerap kali mengancam akan membeberkan aibnya ke publik. Nasrudin kemudian memeras AA.
Lama kelamaan, AA merasa jengkel dengan sikap Nasrudin yang sering memerasnya. Akhirnya, AA bercerita kepada SH perihal tersebut.
"SH kemudian mempertemukan AA dengan Kombes W," kata sumber.
Untuk mengeksekusi Nasrudin ini diperlukan biaya yang besar, sehingga akhirnya AA meminta bantuan dana kepada SH. SH kemudian memberikan dana sebesar Rp 5 miliar.
Kombes W lalu membantu mencarikan eksekutor melalui Je, seorang pengusaha kelautan. Je dijanjikan akan diberi upah sejumlah uang miliaran rupiah jika bisa membantu mencarikan eksekutor.
Je menyanggupi dan akhirnya bertemu dengan Ed. Ed dijanjikan akan
diberi upah Rp 500 juta bila bisa mencari orang yang berani menembak Nasrudin.
Ed lantas merekrut Hen dan Am serta Fran, warga Timor Leste yang pernah ikut perang. Mereka bertiga, termasuk Ed, berperan sebagai pem-back up
eksekutor.
"Hen, Am dan Fran mencari eksekutornya," tutur sumber.
Lalu mereka bertemu dengan Dan (eksekutor) dan Her (joki motor). Keenam orang lapangan yang terdiri dari Ed, Fran, Hen, Am, Dan dan Her dibayar Rp 500 juta oleh Je.
"Setiap orang mendapat jatah sekitar Rp 70 juta. Namun, baru diberi Rp 25
juta," kata sumber itu.
Setelah skenario dibuat, barulah tim lapangan mengincar Nasrudin. Tim
lapangan sudah mengincar Nasrudin selama 1 minggu sebelum ditembak.
"Mereka survei terlebih dahulu. Tanya-tanya sama caddy di Modernland
pulangnya Nasrudin jam berapa," urainya.
Setelah mempelajari kegiatan Nasrudin, tim baru menentukan hari H-nya. Nasrudin akhirnya tewas ditembak pada 14 Maret 2009 sepulang dari main golf. Dari dua kali tembakan, satu tembakan meleset dan satu peluru bersarang di kepalanya hingga membuat Nasrudin tewas pada 15 Maret siang.
No comments:
Post a Comment