Bagi yang suka keluyuran malam, nongkrong di warung makan adalah salah satu agenda yang kudu dilakukan. Selain untuk mengganjal perut yang keroncongan, warung makan kerap digunakan untuk kongkow-kongkow dan bertukar pikiran.
Di salah satu sudut Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Mayor Oking, Pasar Proyek, Bekasi Timur, terdapat sebuah warung nasi uduk yang selalu ramai setiap saat meskipun tengah malam. Bahkan pejabat di Kota Bekasi pun kerap terlihat ngobrol santai di warung ini.
Warung nasi uduk itu milik Mustofa alias Bang Bule (51). Posisinya berada di emperan pertokoan di Kawasan Pecinan Kota Bekasi, tepatnya sekitar 50 meter dari Pasar Proyek Kota Bekasi. Warung Bang Bule ini buka setiap hari sejak pukul 20.30 hingga pukul 02.00.
Meskipun pejabat nongkrong di situ, jangan harap warungnya mewah banget. Bentuknya terbilang sangat sederhana, hanya beratapkan kanopi toko dan tanpa papan nama. Tiga meja panjang dijajarkan di emperan toko tersebut untuk menaruh makanan dan tempat untuk makan para pengunjung. Namun, biar pun sederhana yang mau menyantap nasi uduk sampai harus antre.
Ramainya orang yang antre ternyata menjadi daya tarik sendiri, sehingga semakin banyak yang antre. Banyak orang yang melintas di Jalan Mayor Oking menjadi penasaran dan ingin tahu seberapa enaknya nasi uduk di warung tersebut. Hal itu pula yang membuat Warta Kota singgah.
Belakangan diketahui bahwa menu makanan yang disajikan di warung tersebut cukup lengkap. Selain menu utama semur jengkol dengan bumbu kecap khusus, Mustofa juga memiliki menu andalan lainnya, seperti soun godog yang rasanya manis, semur tahu dan tempe, empal daging, hingga dendeng sapi.
Menurut Rahmat, anak kedua Mustofa, nasi uduk serta lauk-pauk buatan ayahnya banyak digandrungi warga lantaran rasanya yang beragam.
"Makanan buatan bapak saya banyak rasanya. Nasi uduknya gurih, semur jengkolnya asin karena disemur dengan kecap khusus sementara sayur sounnya manis. Belum lagi rasa pedas dari sambal cabe rawit hijau," ujar Rahmat.
Turun -temurun
Di sela kesibukannya melayani pelanggan Mustofa menuturkan bahwa usaha berdagang nasi uduk yang digelutinya saat ini adalah usaha turun-temurun yang diwariskan oleh ayahnya, Mamak.
"Bapak saya sudah berdagang nasi uduk sejak tahun 1960-an. Sementara saya mengikuti bapak berdagang sejak tahun 1970-an," ujar Mustofa yang juga telah menurunkan ilmu memasak nasi uduk kepada Rahmat, anak keduanya serta sejumlah keponakannya.
Dikisahkan Mustofa bahwa awalnya ayahnya membuka warung nasi uduk di areal Pasar Sapi. Di tahun 1960-an Pasar Sapi terletak di tepi Jalan Ir Juanda bersinggungan dengan Kali Bekasi. Saat ini areal pasar sapi dijadikan bangunan Pasar Proyek Bekasi.
Setelah kurang lebih sepuluh tahun berdagang nasi uduk di Pasar Sapi, Amak dan Mustofa pindah warung ke daerah Pasar Baru Bekasi yang terletak di dekat Terminal Bekasi hingga tahun 1999.
"Karena di lokasi Pasar Baru kondisinya kotor dan becek, akhirnya warung kami sepi pembeli. Maka dari itu saya memutuskan untuk pindah lagi ke daerah Pasar Proyek itupun berdasarkan anjuran saudara saya yang memiliki toko ini," ujar Mustofa yang tinggal di Jalan Mawar RT 05/02, Bekasi Timur, tidak jauh dari tempatnya berdagang.
Lantaran menumpang di emperan toko maka Mustofa hanya bisa berdagang pada malam hari. Namun tidak disangka olehnya, malam hari itu justru membawa keberuntungan.
"Awalnya kami memang enggak kepikiran cari pangsa pasar pembeli makanan di malam hari. Tapi dagang malam hari malah ramai. Banyak warga yang datang, tidak hanya itu saja, sejumlah pejabat di Kota Bekasi sering makan di sini," ujar Rahmat.
Oleh karena dimasak dengan kecap khusus, banyak pelanggan yang menyatakan bahwa kekhasan masakan Mustofa terletak pada menu semur jengkolnya.
Meskipun warung nasi uduknya sudah dikenal hampir seantero Bekasi, serta keuntungan yang dihasilkan sudah bisa untuk membeli warung yang lebih besar dan nyaman, namun Mustofa enggan pindah dari tempat berdagangnya saat ini.
"Saya mau melestarikan suasana makan di warung nasi uduk yang pada umumnya ngemper di pinggir jalan," ujar Mustofa yang menyebutkan bahwa satu porsi nasi uduk lengkap dengan lauknya dijual dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 12.000. (Murtopo)
Nasi Uduk Bang Bule
Lokasi: Jalan Mayor Oking, Pasar Proyek, Bekasi Timur
Buka: setiap hari pukul 20.30 hingga pukul 02.00
Di salah satu sudut Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Mayor Oking, Pasar Proyek, Bekasi Timur, terdapat sebuah warung nasi uduk yang selalu ramai setiap saat meskipun tengah malam. Bahkan pejabat di Kota Bekasi pun kerap terlihat ngobrol santai di warung ini.
Warung nasi uduk itu milik Mustofa alias Bang Bule (51). Posisinya berada di emperan pertokoan di Kawasan Pecinan Kota Bekasi, tepatnya sekitar 50 meter dari Pasar Proyek Kota Bekasi. Warung Bang Bule ini buka setiap hari sejak pukul 20.30 hingga pukul 02.00.
Meskipun pejabat nongkrong di situ, jangan harap warungnya mewah banget. Bentuknya terbilang sangat sederhana, hanya beratapkan kanopi toko dan tanpa papan nama. Tiga meja panjang dijajarkan di emperan toko tersebut untuk menaruh makanan dan tempat untuk makan para pengunjung. Namun, biar pun sederhana yang mau menyantap nasi uduk sampai harus antre.
Ramainya orang yang antre ternyata menjadi daya tarik sendiri, sehingga semakin banyak yang antre. Banyak orang yang melintas di Jalan Mayor Oking menjadi penasaran dan ingin tahu seberapa enaknya nasi uduk di warung tersebut. Hal itu pula yang membuat Warta Kota singgah.
Belakangan diketahui bahwa menu makanan yang disajikan di warung tersebut cukup lengkap. Selain menu utama semur jengkol dengan bumbu kecap khusus, Mustofa juga memiliki menu andalan lainnya, seperti soun godog yang rasanya manis, semur tahu dan tempe, empal daging, hingga dendeng sapi.
Menurut Rahmat, anak kedua Mustofa, nasi uduk serta lauk-pauk buatan ayahnya banyak digandrungi warga lantaran rasanya yang beragam.
"Makanan buatan bapak saya banyak rasanya. Nasi uduknya gurih, semur jengkolnya asin karena disemur dengan kecap khusus sementara sayur sounnya manis. Belum lagi rasa pedas dari sambal cabe rawit hijau," ujar Rahmat.
Turun -temurun
Di sela kesibukannya melayani pelanggan Mustofa menuturkan bahwa usaha berdagang nasi uduk yang digelutinya saat ini adalah usaha turun-temurun yang diwariskan oleh ayahnya, Mamak.
"Bapak saya sudah berdagang nasi uduk sejak tahun 1960-an. Sementara saya mengikuti bapak berdagang sejak tahun 1970-an," ujar Mustofa yang juga telah menurunkan ilmu memasak nasi uduk kepada Rahmat, anak keduanya serta sejumlah keponakannya.
Dikisahkan Mustofa bahwa awalnya ayahnya membuka warung nasi uduk di areal Pasar Sapi. Di tahun 1960-an Pasar Sapi terletak di tepi Jalan Ir Juanda bersinggungan dengan Kali Bekasi. Saat ini areal pasar sapi dijadikan bangunan Pasar Proyek Bekasi.
Setelah kurang lebih sepuluh tahun berdagang nasi uduk di Pasar Sapi, Amak dan Mustofa pindah warung ke daerah Pasar Baru Bekasi yang terletak di dekat Terminal Bekasi hingga tahun 1999.
"Karena di lokasi Pasar Baru kondisinya kotor dan becek, akhirnya warung kami sepi pembeli. Maka dari itu saya memutuskan untuk pindah lagi ke daerah Pasar Proyek itupun berdasarkan anjuran saudara saya yang memiliki toko ini," ujar Mustofa yang tinggal di Jalan Mawar RT 05/02, Bekasi Timur, tidak jauh dari tempatnya berdagang.
Lantaran menumpang di emperan toko maka Mustofa hanya bisa berdagang pada malam hari. Namun tidak disangka olehnya, malam hari itu justru membawa keberuntungan.
"Awalnya kami memang enggak kepikiran cari pangsa pasar pembeli makanan di malam hari. Tapi dagang malam hari malah ramai. Banyak warga yang datang, tidak hanya itu saja, sejumlah pejabat di Kota Bekasi sering makan di sini," ujar Rahmat.
Oleh karena dimasak dengan kecap khusus, banyak pelanggan yang menyatakan bahwa kekhasan masakan Mustofa terletak pada menu semur jengkolnya.
Meskipun warung nasi uduknya sudah dikenal hampir seantero Bekasi, serta keuntungan yang dihasilkan sudah bisa untuk membeli warung yang lebih besar dan nyaman, namun Mustofa enggan pindah dari tempat berdagangnya saat ini.
"Saya mau melestarikan suasana makan di warung nasi uduk yang pada umumnya ngemper di pinggir jalan," ujar Mustofa yang menyebutkan bahwa satu porsi nasi uduk lengkap dengan lauknya dijual dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 12.000. (Murtopo)
Nasi Uduk Bang Bule
Lokasi: Jalan Mayor Oking, Pasar Proyek, Bekasi Timur
Buka: setiap hari pukul 20.30 hingga pukul 02.00
No comments:
Post a Comment