Cekricek.co.id - Semua cerita Mahabharata bersumber pada karya Empu Wiyasa. Namun kisah Mahabharata sendiri pada dasarnya bukan sepenuhnya dibuat Wiyasa. Ia mengumpulkan cerita itu sehingga dapat disampaikan kepada generasi di bawahnya secara lebih sistematis. Misalnya seperti yang dirilis pada dekade 1950-an yang ditulis Rajagopalchari untuk generasi muda India.
Ada beberapa perbedaan antara cerita Mahabharata versi India dengan versi wayang Jawa. Tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong jelas tidak ada dalam versi India. Begitu pula dengan Togok, Batara Guru serta Sanghyang Wenang. Namun tokoh Batara Indra, Wisnu, Brahma, Bayu dan sebagainya, ada dalam versi India. Dalam wayang Jawa, Gandarwa, Yaksa, serta raksasa dianggap sama. Dalam cerita India, itu adalah kelompok makhluk yang berbeda.
Dalam cerita Jawa, Pandu adalah anak Abiyasa dan cucu Palasara. Dalam versi India, Pandu adalah cucu Santanu dan keponakan Bisma. Dalam wayang Jawa, tidak pernah jelas bagaimana hubungan antara Bhisma dengan Abiyasa, serta hubungan Palasara dengan Santanu.
Adapun uraian untuk perang Baratayuda yang berlangsung selama 18 hari versi India terasa amat bertele-tele. Lebih menarik cerita versi wayang Jawa yang menjelaskan siapa yang mati pada hari pertama, hari kedua, dan seterusnya secara lebih efisien.
Selain tak memuat para punakawan, kisah Drupadi dalam versi India juga berbeda dengan versi Indonesia. Di versi India, Drupadi, yang awalnya dimenangkan Arjuna dalam sebuah sayembara memanah, kemudian menjadi istri tak hanya bagi Arjuna, namun juga bagi empat saudaranya yang lain. Drupadi bersuami lima alias poliandri tak terdapat dalam versi Indonesia.
Di India ditemukan juga dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sansekerta yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya “Versi Utara” dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua. Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar diBhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata. Suntingan teks ini terdiri dari 13 ribu halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaášsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata.
Ada beberapa perbedaan antara cerita Mahabharata versi India dengan versi wayang Jawa. Tokoh punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong jelas tidak ada dalam versi India. Begitu pula dengan Togok, Batara Guru serta Sanghyang Wenang. Namun tokoh Batara Indra, Wisnu, Brahma, Bayu dan sebagainya, ada dalam versi India. Dalam wayang Jawa, Gandarwa, Yaksa, serta raksasa dianggap sama. Dalam cerita India, itu adalah kelompok makhluk yang berbeda.
Dalam cerita Jawa, Pandu adalah anak Abiyasa dan cucu Palasara. Dalam versi India, Pandu adalah cucu Santanu dan keponakan Bisma. Dalam wayang Jawa, tidak pernah jelas bagaimana hubungan antara Bhisma dengan Abiyasa, serta hubungan Palasara dengan Santanu.
Adapun uraian untuk perang Baratayuda yang berlangsung selama 18 hari versi India terasa amat bertele-tele. Lebih menarik cerita versi wayang Jawa yang menjelaskan siapa yang mati pada hari pertama, hari kedua, dan seterusnya secara lebih efisien.
Selain tak memuat para punakawan, kisah Drupadi dalam versi India juga berbeda dengan versi Indonesia. Di versi India, Drupadi, yang awalnya dimenangkan Arjuna dalam sebuah sayembara memanah, kemudian menjadi istri tak hanya bagi Arjuna, namun juga bagi empat saudaranya yang lain. Drupadi bersuami lima alias poliandri tak terdapat dalam versi Indonesia.
Di India ditemukan juga dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sansekerta yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya “Versi Utara” dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua. Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar diBhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata. Suntingan teks ini terdiri dari 13 ribu halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaášsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata.
No comments:
Post a Comment