Liputan6.com - Kue kering, roti, dan donat punya harga yang sangat bersahabat, Rp 1.000. Tak heran jika penikmatnya cukup banyak. Namun, di antara cemilan manis itu, donat cukup dapat perhatian lebih. Cocok buat sarapan, sekadar pengganjal perut, atau teman bersantai.
Namun, berita terendus dari kawasan Jawa Barat. Ada oknum pedagang donat bermain curang. Keinginan mendapatkan untung besar jadi salah satu faktor yang dicurigai pendorong timbulnya kecurangan itu. Belum jelas apa bentuk kecurangannya, namun jelas harus ditelusuri. Sebab, apapun bentuknya, masyarakat juga yang dirugikan.
Target kecurangan melalui donat dikunci tim SIGI di kawasan Pantura. Seorang pedagang donat yang dicurigai jadi sasarannya. Seperti biasa, mulanya berpura pura tertarik dengan dagangan donat si pedagang. Setelah kepercayaan didapat, akses terbuka. Gerak gerik si pedagang donat terekam di kamera tersembunyi. Ia bergerak ke satu tujuan, yakni pasar.
Satu per satu bahan membuat donat dilengkapi. Disinilah kemudian penyimpangan itu mulai terlihat. Bahan pencampur yang dibeli mulai tidak lazim dan menyerempet bahaya, boraks salah satunya. Selain itu, ada juga pewarna, pemanis buatan, dan yang paling aneh ada lilin.
Pasti ada alasan khusus kenapa bahan kimia berbahaya ini nimbrung jadi satu dengan bahan dasar membuat donat lainnya. "Minyak dikasih lilin agar irit pemakaiannya," kata si pedagang. "Hasilnya juga bagus, (donat) jadi renyah."
Bahan, bumbu, dan kelengkapan membuat donat dari yang aman sampai berbahaya sudah di tangan. Tinggal diracik jadi donat siap jual. Cara mengolahnya kurang lebih sama seperti membuat donat biasa, cuma bedanya adonan donat masih harus dicemplungkan ke pengawet kimia dan pemanis buatan yang dioplos jadi satu.
Seperti diungkapkan si pedagang, minyak buat menggoreng donat juga tidak lagi murni karena sudah ada campuran lilin. Benzoat juga tutur diaduk agar bentuk donat lebih sempurna. Proses akhir, tinggal mempercantik bentuk donat yang sudah matang dengan margarin dan meses. Donat pun siap dikemas.
Meski bahaya besar akan menimpa para pembeli, si pedagang seolah tanpa dosa cuek saja memproduksi donat ini. Agar donat tak dilacak, plastik pembungkus tidak menggunakan merek sama sekali. Tidak terlalu sulit membuang donat ini ke pasaran lantaran sejumlah warung langganan siap menampung.
Berkeliling kampung juga dilakoni si pedagang agar seluruh barang dagangan bisa laku terjual. Bukan impian muluk karena harga murah jadi daya tarik utama pelanggannya. Hanya Rp 1.000 per satu bungkus, donat berbahan kimia berbahaya siap dinikmati. Tak adanya petunjuk khusus menyebabkan konsumen buta sama sekali soal donat yang dibelinya mengandung bahan kimia berbahaya.
Untuk memastikan donat tersebut layak konsumsi atau tidak, tim SIGI membawanya ke Laboratorium Badan POM di Jakarta. Untuk sampel donat yang sudah dihancurkan lalu diproses kimiawi. Uji kualitatif dengan metode gas kromatografi. Hasilnya, boraks ditemukan dalam donat. Selain itu, tak perlu pengetesan apapun sudah diketahui lilin juga jadi kompenen donat.
Penggunaan borak dan lilin dalam makanan adalah tindakan ilegal dan melawan hukum. Jajanan yang mengandung pewarna, boraks, apalagi lilin memang tidak berdampak seketika. Tapi, tetap saja ada bahayanya jika dikonsumsi terus menerus.
Perilaku buruk oknum pedagang donat tak serta merta merugikan bisnis pedagang donat jujur yang tak menggunakan bahan kimia. Muji, misalnya. Usaha pedagang donat keliling ini terus berkembang. Sudah lima tahun ia berdagang donat di wilayah Jakarta Utara.
Resep sederhana yang Muji dapatkan dari sesama pedagang donat yaitu penganan berbahan baku tepung terigu, telur, margarin, dan meses asli untuk melezatkan donatnya. Bermodal Rp 4 juta, donatnya produksinya bergulir tiap hari. Tidak banyak memang untungnya. Namun, Muji mengaku tak pernah dihantui rasa bersalah karena tak merugikan orang lain.
Muji yakin, dengan mementingkan kualitas donat yang dibuatnya juga kejujuran, pasti akan mendapatkan rezeki yang cukup. Tanpa harus membuat orang lain celaka. Video
Namun, berita terendus dari kawasan Jawa Barat. Ada oknum pedagang donat bermain curang. Keinginan mendapatkan untung besar jadi salah satu faktor yang dicurigai pendorong timbulnya kecurangan itu. Belum jelas apa bentuk kecurangannya, namun jelas harus ditelusuri. Sebab, apapun bentuknya, masyarakat juga yang dirugikan.
Target kecurangan melalui donat dikunci tim SIGI di kawasan Pantura. Seorang pedagang donat yang dicurigai jadi sasarannya. Seperti biasa, mulanya berpura pura tertarik dengan dagangan donat si pedagang. Setelah kepercayaan didapat, akses terbuka. Gerak gerik si pedagang donat terekam di kamera tersembunyi. Ia bergerak ke satu tujuan, yakni pasar.
Satu per satu bahan membuat donat dilengkapi. Disinilah kemudian penyimpangan itu mulai terlihat. Bahan pencampur yang dibeli mulai tidak lazim dan menyerempet bahaya, boraks salah satunya. Selain itu, ada juga pewarna, pemanis buatan, dan yang paling aneh ada lilin.
Pasti ada alasan khusus kenapa bahan kimia berbahaya ini nimbrung jadi satu dengan bahan dasar membuat donat lainnya. "Minyak dikasih lilin agar irit pemakaiannya," kata si pedagang. "Hasilnya juga bagus, (donat) jadi renyah."
Bahan, bumbu, dan kelengkapan membuat donat dari yang aman sampai berbahaya sudah di tangan. Tinggal diracik jadi donat siap jual. Cara mengolahnya kurang lebih sama seperti membuat donat biasa, cuma bedanya adonan donat masih harus dicemplungkan ke pengawet kimia dan pemanis buatan yang dioplos jadi satu.
Seperti diungkapkan si pedagang, minyak buat menggoreng donat juga tidak lagi murni karena sudah ada campuran lilin. Benzoat juga tutur diaduk agar bentuk donat lebih sempurna. Proses akhir, tinggal mempercantik bentuk donat yang sudah matang dengan margarin dan meses. Donat pun siap dikemas.
Meski bahaya besar akan menimpa para pembeli, si pedagang seolah tanpa dosa cuek saja memproduksi donat ini. Agar donat tak dilacak, plastik pembungkus tidak menggunakan merek sama sekali. Tidak terlalu sulit membuang donat ini ke pasaran lantaran sejumlah warung langganan siap menampung.
Berkeliling kampung juga dilakoni si pedagang agar seluruh barang dagangan bisa laku terjual. Bukan impian muluk karena harga murah jadi daya tarik utama pelanggannya. Hanya Rp 1.000 per satu bungkus, donat berbahan kimia berbahaya siap dinikmati. Tak adanya petunjuk khusus menyebabkan konsumen buta sama sekali soal donat yang dibelinya mengandung bahan kimia berbahaya.
Untuk memastikan donat tersebut layak konsumsi atau tidak, tim SIGI membawanya ke Laboratorium Badan POM di Jakarta. Untuk sampel donat yang sudah dihancurkan lalu diproses kimiawi. Uji kualitatif dengan metode gas kromatografi. Hasilnya, boraks ditemukan dalam donat. Selain itu, tak perlu pengetesan apapun sudah diketahui lilin juga jadi kompenen donat.
Penggunaan borak dan lilin dalam makanan adalah tindakan ilegal dan melawan hukum. Jajanan yang mengandung pewarna, boraks, apalagi lilin memang tidak berdampak seketika. Tapi, tetap saja ada bahayanya jika dikonsumsi terus menerus.
Perilaku buruk oknum pedagang donat tak serta merta merugikan bisnis pedagang donat jujur yang tak menggunakan bahan kimia. Muji, misalnya. Usaha pedagang donat keliling ini terus berkembang. Sudah lima tahun ia berdagang donat di wilayah Jakarta Utara.
Resep sederhana yang Muji dapatkan dari sesama pedagang donat yaitu penganan berbahan baku tepung terigu, telur, margarin, dan meses asli untuk melezatkan donatnya. Bermodal Rp 4 juta, donatnya produksinya bergulir tiap hari. Tidak banyak memang untungnya. Namun, Muji mengaku tak pernah dihantui rasa bersalah karena tak merugikan orang lain.
Muji yakin, dengan mementingkan kualitas donat yang dibuatnya juga kejujuran, pasti akan mendapatkan rezeki yang cukup. Tanpa harus membuat orang lain celaka. Video
No comments:
Post a Comment