Kompas.com - Siswa SMA Negeri 1 Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Praba, Kamis (29/3/2012) siang, baru saja diperdayai kawanan penipu yang menumpang angkot M-29, jurusan Lebak Bulus-Parung. Akibatnya, sebuah telepon seluler jenis BlackBerry yang dimilikinya raib dan berpindah tangan ke kawanan pencuri tersebut.
Praba (16) bersama seorang temannya naik angkot sepulang dari sekolah. "Di dalam angkot ada tiga orang bapak-bapak. Kemudian, saya diapit oleh dua orang bapak. Lalu, ada seorang bapak naik lagi dari Ramayana, Ciputat, dan menawarkan selebaran untuk jasa pemijatan. Akan tetapi, saya cuekin," cerita Praba, yang menghubungi Kompas di kantor Palmerah, Kamis sore ini.
"Mula-mula tangan bapak-bapak di sebelah yang dipijat. Terus, laki-laki itu memijat tangan saya. Saya tolak, tetapi dia terus saja memijat. Karena saya menolak terus, dia berhenti. Dan, tak lama kemudian, dia turun di jalan," tambah Praba.
Praba tak menyadari kalau ponselnya yang disimpan di saku celana sekolahnya yang ketat sudah tidak ada.
"Tiba-tiba, bapak-bapak yang ada di sebelah saya ngomong nyuruh saya mengecek HP-nya. Katanya, jangan-jangan si tukang pijat ambil HP. Saya cek, ternyata benar, HP saya sudah tak ada. Saya tidak sadar kalau HP saya diambil. Saya langsung turun mengejar si bapak-bapak, tetapi dia sudah tidak ada," lanjut Praba.
Sementara temannya di angkot tiba-tiba disuruh sopir untuk membantu temannya yang sedang mengejar si bapak-bapak tukang pijat.
"Teman saya turun juga dan mencari saya, tetapi angkotnya malah jalan dan menghilang. Jangan-jangan sopir dan empat penumpangnya itu memang kawanan dengan modus tukang pijat untuk mengakali HP penumpang," papar Praba lagi, yang sudah dua kali kehilangan HP di antaranya karena ditodong preman.
Jadi, hati-hatilah naik angkot.
Praba (16) bersama seorang temannya naik angkot sepulang dari sekolah. "Di dalam angkot ada tiga orang bapak-bapak. Kemudian, saya diapit oleh dua orang bapak. Lalu, ada seorang bapak naik lagi dari Ramayana, Ciputat, dan menawarkan selebaran untuk jasa pemijatan. Akan tetapi, saya cuekin," cerita Praba, yang menghubungi Kompas di kantor Palmerah, Kamis sore ini.
"Mula-mula tangan bapak-bapak di sebelah yang dipijat. Terus, laki-laki itu memijat tangan saya. Saya tolak, tetapi dia terus saja memijat. Karena saya menolak terus, dia berhenti. Dan, tak lama kemudian, dia turun di jalan," tambah Praba.
Praba tak menyadari kalau ponselnya yang disimpan di saku celana sekolahnya yang ketat sudah tidak ada.
"Tiba-tiba, bapak-bapak yang ada di sebelah saya ngomong nyuruh saya mengecek HP-nya. Katanya, jangan-jangan si tukang pijat ambil HP. Saya cek, ternyata benar, HP saya sudah tak ada. Saya tidak sadar kalau HP saya diambil. Saya langsung turun mengejar si bapak-bapak, tetapi dia sudah tidak ada," lanjut Praba.
Sementara temannya di angkot tiba-tiba disuruh sopir untuk membantu temannya yang sedang mengejar si bapak-bapak tukang pijat.
"Teman saya turun juga dan mencari saya, tetapi angkotnya malah jalan dan menghilang. Jangan-jangan sopir dan empat penumpangnya itu memang kawanan dengan modus tukang pijat untuk mengakali HP penumpang," papar Praba lagi, yang sudah dua kali kehilangan HP di antaranya karena ditodong preman.
Jadi, hati-hatilah naik angkot.
No comments:
Post a Comment