Kawasan Gondangdia sejak zaman kumpeni beken sebagai kawasan elit. Di sepanjang jalan yang kini bernama Jalan RP Suroso ini berjejer tempat makan yang menggoda selera. Salah satu yang warisan kuliner yang kondang adalah menu mie-nya.
Nama kedai yang sudah berusia 40 tahun ini pun mudah diingat sebab mengikuti nama jalan di masa lalu, Mie Gondangdia. Banyak juga yang menyebutnya sebagai Mi Godila (Gondangdia Lama) karena kedai ini aslinya memang terletak di Jalan Gondangdia Lama 36.
Adalah Toe Wah Seng dan Lim Kwi Fong yang memulai usaha itu. Sebagai imigran Hong Kong, Toe Wah Seng, sudah memiliki bakat meracik masakan. Kenapa memilih mi? Tak ada alasan lain, mi adalah makanan tradisional Tiongkok, negara asal mereka.
Wah Seng dan Kwi Fong memulai usaha mi-nya sebelum 1968, di Tanjungpriok. ”Opa dan oma yang memasak. Waktu itu rumah makan yang dibuka rumah makan chinese-lah,” kisah Rino Indra Chandika, cucu Wah Seng dan Kwi Fong, yang kini melanjutkan usaha tersebut.
Entah mengapa, dari Tanjungpriok Wah Seng memindahkan usahanya. ”Karena Ibu saya pernah lama tinggal di Gondangdia, akhirnya mereka mencari tempat di kawasan ini. Sebelum jadi tempat makan ini, tempat ini udah berganti beberapa usaha. Yang saya tahu, waktu itu jadi toko daging sapi. Trus jadi warung mi ini,” papar Rino.
Keberadaan mi ini bersamaan dengan berkuasanya mantan Presiden RI, almarhum HM Soeharto. Karena kawasan ini elit dan masyhur sebagai tempat nongkrongnya remaja berpunya, tidak heran bila putra almarhum Soeharto yaitu Bambang Trihatmodjo dan Tommy sering mampir ke warung mi ini. Tak hanya mereka tapi anan-anak pembesar-pembesar zaman Orde Baru doyan mencecap mi di sini.
”Di seberang, sebelah sana dulu, ada Radio Godila. Kalo enggak salah tahun 1970-an. Ya, di daerah sini jadi tempat ngumpul. Apalagi ada radio itu,” begitu Rino berkisah.
Radio itu dan sebuah sekolah dansa ternama di sebelah kedai mi itu sudah punah. Juga perumahan di kawasan itu yang sudah berganti menjadi perkantoran. Tapi Mi Godila bertahan dengan bentuk warung sederhana bercat hijau tua.
Kini, Mi Godila dapat ditemukan di cabang-cabang di WTC Mangga Dua, Gedung Menara Kebon Sirih, Pulogadung Trade Centre, Mal Daan Mogot, Alfa Pasarminggu, dan Mal Taman Palem di Cengkareng.
Bicara soal menu, yang paling dicari tetaplah mi ayam. Baik mi ayam asin maupun mi ayam yamien. Mi yang belakangan disebut adalah mi manis karena diberi kecap manis. Semangkuk mi ayam asin/yamien bakso pangsit berisi segerombol potongan ayam kecil-kecil, dua pangsit basah, dan tiga butir bakso sapi, dibanderol sekitar Rp 19.000. Sedangkan mi ayam polos harganya hanya Rp 12.000.
Mi ini berbeda dengan mi yang biasa ditemui di beberapa rumah makan. Mi di sini lembut tapi kenyal. Perpaduan itu tambah ”seksi” dengan racikan bumbu opa dari masa lampau. Sulit mengatakan rasanya. Yang pasti, begitu melahap mi ini, rasanya Anda ditarik kembali ke tempo dulu.
Rino bersama keempat adiknya terus mengembangkan menu. Contohnya, Nasi Goreng Spesial seharga Rp 25.000 yang patut dicoba. Sepiring nasi goreng itu berisi nasi goreng nikmat bercampur telur ceplok, udang goreng, dan chicken nugget plus kerupuk udang.
Ingin menu ayam lain yang bisa disantap bersama, ada ayam goreng mentega yang renyah. Ayamnya digoreng kering dengan saus mentega berbumbu rahasia. Ayam goreng ini jika dimakan dengan kucuran jeruk limo, bisa membuat orang tidak berhenti makan.
Untuk melonggarkan tenggorokan coba cicipi es jeruk, es pala, atau es lidah buaya. Es jeruknya pas. Tidak terlalu manis, tidak terlalu asam. Demikian juga es lidah buayanya. Segggeeeeeerrr....
Nama kedai yang sudah berusia 40 tahun ini pun mudah diingat sebab mengikuti nama jalan di masa lalu, Mie Gondangdia. Banyak juga yang menyebutnya sebagai Mi Godila (Gondangdia Lama) karena kedai ini aslinya memang terletak di Jalan Gondangdia Lama 36.
Adalah Toe Wah Seng dan Lim Kwi Fong yang memulai usaha itu. Sebagai imigran Hong Kong, Toe Wah Seng, sudah memiliki bakat meracik masakan. Kenapa memilih mi? Tak ada alasan lain, mi adalah makanan tradisional Tiongkok, negara asal mereka.
Wah Seng dan Kwi Fong memulai usaha mi-nya sebelum 1968, di Tanjungpriok. ”Opa dan oma yang memasak. Waktu itu rumah makan yang dibuka rumah makan chinese-lah,” kisah Rino Indra Chandika, cucu Wah Seng dan Kwi Fong, yang kini melanjutkan usaha tersebut.
Entah mengapa, dari Tanjungpriok Wah Seng memindahkan usahanya. ”Karena Ibu saya pernah lama tinggal di Gondangdia, akhirnya mereka mencari tempat di kawasan ini. Sebelum jadi tempat makan ini, tempat ini udah berganti beberapa usaha. Yang saya tahu, waktu itu jadi toko daging sapi. Trus jadi warung mi ini,” papar Rino.
Keberadaan mi ini bersamaan dengan berkuasanya mantan Presiden RI, almarhum HM Soeharto. Karena kawasan ini elit dan masyhur sebagai tempat nongkrongnya remaja berpunya, tidak heran bila putra almarhum Soeharto yaitu Bambang Trihatmodjo dan Tommy sering mampir ke warung mi ini. Tak hanya mereka tapi anan-anak pembesar-pembesar zaman Orde Baru doyan mencecap mi di sini.
”Di seberang, sebelah sana dulu, ada Radio Godila. Kalo enggak salah tahun 1970-an. Ya, di daerah sini jadi tempat ngumpul. Apalagi ada radio itu,” begitu Rino berkisah.
Radio itu dan sebuah sekolah dansa ternama di sebelah kedai mi itu sudah punah. Juga perumahan di kawasan itu yang sudah berganti menjadi perkantoran. Tapi Mi Godila bertahan dengan bentuk warung sederhana bercat hijau tua.
Kini, Mi Godila dapat ditemukan di cabang-cabang di WTC Mangga Dua, Gedung Menara Kebon Sirih, Pulogadung Trade Centre, Mal Daan Mogot, Alfa Pasarminggu, dan Mal Taman Palem di Cengkareng.
Bicara soal menu, yang paling dicari tetaplah mi ayam. Baik mi ayam asin maupun mi ayam yamien. Mi yang belakangan disebut adalah mi manis karena diberi kecap manis. Semangkuk mi ayam asin/yamien bakso pangsit berisi segerombol potongan ayam kecil-kecil, dua pangsit basah, dan tiga butir bakso sapi, dibanderol sekitar Rp 19.000. Sedangkan mi ayam polos harganya hanya Rp 12.000.
Mi ini berbeda dengan mi yang biasa ditemui di beberapa rumah makan. Mi di sini lembut tapi kenyal. Perpaduan itu tambah ”seksi” dengan racikan bumbu opa dari masa lampau. Sulit mengatakan rasanya. Yang pasti, begitu melahap mi ini, rasanya Anda ditarik kembali ke tempo dulu.
Rino bersama keempat adiknya terus mengembangkan menu. Contohnya, Nasi Goreng Spesial seharga Rp 25.000 yang patut dicoba. Sepiring nasi goreng itu berisi nasi goreng nikmat bercampur telur ceplok, udang goreng, dan chicken nugget plus kerupuk udang.
Ingin menu ayam lain yang bisa disantap bersama, ada ayam goreng mentega yang renyah. Ayamnya digoreng kering dengan saus mentega berbumbu rahasia. Ayam goreng ini jika dimakan dengan kucuran jeruk limo, bisa membuat orang tidak berhenti makan.
Untuk melonggarkan tenggorokan coba cicipi es jeruk, es pala, atau es lidah buaya. Es jeruknya pas. Tidak terlalu manis, tidak terlalu asam. Demikian juga es lidah buayanya. Segggeeeeeerrr....
No comments:
Post a Comment