Kompas.com - Urine yang selama ini dijadikan indikator kesehatan ternyata dapat membantu memprediksi harapan hidup seseorang. Sebuah laporan dari National Kidney Foundation's American Journal of Kidney Diseases menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat protein dalam urine (proteinuria) dan risiko kematian.
Berdasarkan laporan tersebut, orang sehat cenderung memiliki tingkat proteinuria yang rendah. Hal ini menandakan ginjal berfungsi dengan baik sebagai organ yang menyaring protein agar tetap ada di dalam tubuh. Protein yang ikut terbuang menandakan ada kerusakan tertentu yang menyebabkan ginjal bocor.
"Laporan kami menunjukkan, proteinuria tinggi bisa mengurangi angka harapan hidup pada sebagian besar pria dan wanita," kata peneliti Dr Tanvir Chowdhury Turin dari University of Calgary. Penelitian ini menggunakan 810 ribu sampel urine pasien yang tidak diopname di Alberta, Kanada. Para pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan ginjal.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat proteinuria sedang sampai tinggi menurunkan angka harapan hidup usia 30-85 tahun pada pria dan wanita. Pria dan wanita usia 40 tahun tanpa proteinuria memiliki harapan hidup 15,2 dan 17,4 tahun lebih lama dibanding yang memiliki level proteinuria tinggi. Wanita dan pria tanpa proteinuria juga memiliki harapan hidup 8,2 dan 10,5 tahun lebih lama dibanding yang memiliki level proteinuria sedang.
Pengujian proteinuria biasanya menggunakan dipstick dan dapat dilakukan di laboratorium mana pun. Dalam kondisi sehat, biasanya masih ditemukan proteinuria dalam jumlah kecil. Jumlah proteinuria sedang sampai besar menandakan adanya kesalahan pada sistem penyaringan (glomeruli) atau luka di area ginjal. Kondisi ini bisa menjadi gejala penyakit glomerulonephritis. Infeksi pada jalan urine seperti cystitis atau pyelonephritis juga menjadi penyebab tingginya level proteinuria.
Dalam kondisi sehat, seseorang bisa mengeluarkan proteinuria berkisar 0-8 mg/dL. Normalnya jumlah kecil protein yang lolos masuk ke dalam ginjal mampu kembali diserap tubuh. Hal ini mungkin karena ginjal juga mengendalikan jumlah protein dalam darah. Bila protein dalam darah sudah terlalu tinggi, barulah protein tersebut lolos dan bergabung menjadi urine. Besarnya proteinuria yang keluar ditandai urine yang berbusa (foamy).
Makin besar proteinuria yang keluar, semakin tinggi angka penanda pada dipstick (penanda level urin). Angka 1+ diperuntukkan bagi proteinuria sebanyak 30 mg/dL atau setara kurang dari 0,5 g/hari. Angka 2+ menandakan proteinuria yang keluar adalah 100 mg/dL atau setara 0,5-1 g/hari. Angka 3+ adalah untuk proteinuria yang keluar sejumlah 300 mg/dL atau setara kurang dari 1-2 g/hari. Angka tertinggi 4+ ditujukan untuk proteinuria yang lebih dari 200 mg/dL atau setara lebih dari 2 g/hari.
Sebelumnya, hanya diketahui hubungan antara tingkat proteinuria dengan gejala awal timbulnya penyakit yang berkaitan dengan ginjal. Dengan adanya penelitian ini, memungkinkan seseorang mengetahui risiko langsung terhadap hidupnya dan merencanakan langkah penyembuhan sejak awal.
Berdasarkan laporan tersebut, orang sehat cenderung memiliki tingkat proteinuria yang rendah. Hal ini menandakan ginjal berfungsi dengan baik sebagai organ yang menyaring protein agar tetap ada di dalam tubuh. Protein yang ikut terbuang menandakan ada kerusakan tertentu yang menyebabkan ginjal bocor.
"Laporan kami menunjukkan, proteinuria tinggi bisa mengurangi angka harapan hidup pada sebagian besar pria dan wanita," kata peneliti Dr Tanvir Chowdhury Turin dari University of Calgary. Penelitian ini menggunakan 810 ribu sampel urine pasien yang tidak diopname di Alberta, Kanada. Para pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan ginjal.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat proteinuria sedang sampai tinggi menurunkan angka harapan hidup usia 30-85 tahun pada pria dan wanita. Pria dan wanita usia 40 tahun tanpa proteinuria memiliki harapan hidup 15,2 dan 17,4 tahun lebih lama dibanding yang memiliki level proteinuria tinggi. Wanita dan pria tanpa proteinuria juga memiliki harapan hidup 8,2 dan 10,5 tahun lebih lama dibanding yang memiliki level proteinuria sedang.
Pengujian proteinuria biasanya menggunakan dipstick dan dapat dilakukan di laboratorium mana pun. Dalam kondisi sehat, biasanya masih ditemukan proteinuria dalam jumlah kecil. Jumlah proteinuria sedang sampai besar menandakan adanya kesalahan pada sistem penyaringan (glomeruli) atau luka di area ginjal. Kondisi ini bisa menjadi gejala penyakit glomerulonephritis. Infeksi pada jalan urine seperti cystitis atau pyelonephritis juga menjadi penyebab tingginya level proteinuria.
Dalam kondisi sehat, seseorang bisa mengeluarkan proteinuria berkisar 0-8 mg/dL. Normalnya jumlah kecil protein yang lolos masuk ke dalam ginjal mampu kembali diserap tubuh. Hal ini mungkin karena ginjal juga mengendalikan jumlah protein dalam darah. Bila protein dalam darah sudah terlalu tinggi, barulah protein tersebut lolos dan bergabung menjadi urine. Besarnya proteinuria yang keluar ditandai urine yang berbusa (foamy).
Makin besar proteinuria yang keluar, semakin tinggi angka penanda pada dipstick (penanda level urin). Angka 1+ diperuntukkan bagi proteinuria sebanyak 30 mg/dL atau setara kurang dari 0,5 g/hari. Angka 2+ menandakan proteinuria yang keluar adalah 100 mg/dL atau setara 0,5-1 g/hari. Angka 3+ adalah untuk proteinuria yang keluar sejumlah 300 mg/dL atau setara kurang dari 1-2 g/hari. Angka tertinggi 4+ ditujukan untuk proteinuria yang lebih dari 200 mg/dL atau setara lebih dari 2 g/hari.
Sebelumnya, hanya diketahui hubungan antara tingkat proteinuria dengan gejala awal timbulnya penyakit yang berkaitan dengan ginjal. Dengan adanya penelitian ini, memungkinkan seseorang mengetahui risiko langsung terhadap hidupnya dan merencanakan langkah penyembuhan sejak awal.
No comments:
Post a Comment