Merdeka.com - Berwisata kuliner di Banyuwangi memang tak jauh dari makanan citarasa pedas. Selain nasi tempong yang pedasnya terasa menampar-nampar, ada satu pilihan kuliner pedas yang tak kalah pamor. Yaitu Bebek Kobong Banyuwangi racikan Didik Iswahyudi.
Kobong di dalam bahasa Jawa berarti terbakar. Tak heran, para pengunjung yang menikmati Bebek Kobong pun seolah terbakar oleh kepedasannya. Didik mengaku setiap hari bisa menghabiskan cabe rawit hingga 12 kilogram. Meski pun harga cabai sempat mahal beberapa waktu lalu, namun Didik tidak pernah menaikkan harga dagangannya.
Pada 2014 Didik membuka Bebek Kobong lesehan di jalan Brigjen Katamso Banyuwangi. Namun dari buka jam 15.00 WIB hingga 24.00 WIB, permintaan masih saja berdatangan. Beberapa bulan kemudian Bebek Kobong membuka cabang untuk pertama kalinya di Jalan Ikan Tengiri 76 Banyuwangi dengan nama Kombonge Bebek Kobong. Di sana pengunjung bisa menikmati masakan pedas dari pukul 12.00-22.00 WIB. Tak hanya itu, Didik pun membuka cabang Bebek Kobong di Kecamatan Genteng, Banyuwangi.
“Saya ini orang kecil yang punya mimpi besar. Saya ingin membangun Banyuwangi dengan cara saya sendiri. Di Banyuwangi ini kan ada nasi tempong yang pedas. Lalu ada sambel serai. Ini makanya kan kuahnya bau serai. Bebek kobong ini kuahnya ringan banget. Tahan 18 jam tanpa saya panasi,” ujar Didik bersemangat.
Didik menceritakan bagaimana ia bereksperimen mencoba segala bumbu dapur agar mendapatkan citarasa pedas yang pas dan tidak membikin perut panas. Ia pun sempat berkonsultasi dengan seorang ahli gizi. Dengan bumbu sederhana seperti cabai rawit, serai, tomat dan jahe, kuah kobong bikinannya diburu pelanggan.
Selain menu bebek, Didik juga menyediakan menu lain seperti ayam potong dan kampung kobong, sayap kobong, usus kobong, tempe kobong, gurami kobong, kepiting kobong, dan kerang kobong. Didik juga sudah berangan-angan akan segera melaunching produk baru yaitu sapi kobong dalam beberapa waktu ke depan.
“Keluarga saya itu gini, makan itu harus enak. Kalau makan seleranya nggak harus dompet tapi lidah,” ujar Didik kepada Merdeka Banyuwangi beberapa waktu lalu.
“Saya ini orang kecil yang punya mimpi besar. Saya ingin membangun Banyuwangi dengan cara saya sendiri. Di Banyuwangi ini kan ada nasi tempong yang pedas. Lalu ada sambel serai. Ini makanya kan kuahnya bau serai. Bebek kobong ini kuahnya ringan banget. Tahan 18 jam tanpa saya panasi,” ujar Didik bersemangat.
Didik menceritakan bagaimana ia bereksperimen mencoba segala bumbu dapur agar mendapatkan citarasa pedas yang pas dan tidak membikin perut panas. Ia pun sempat berkonsultasi dengan seorang ahli gizi. Dengan bumbu sederhana seperti cabai rawit, serai, tomat dan jahe, kuah kobong bikinannya diburu pelanggan.
Selain menu bebek, Didik juga menyediakan menu lain seperti ayam potong dan kampung kobong, sayap kobong, usus kobong, tempe kobong, gurami kobong, kepiting kobong, dan kerang kobong. Didik juga sudah berangan-angan akan segera melaunching produk baru yaitu sapi kobong dalam beberapa waktu ke depan.
“Keluarga saya itu gini, makan itu harus enak. Kalau makan seleranya nggak harus dompet tapi lidah,” ujar Didik kepada Merdeka Banyuwangi beberapa waktu lalu.
Menu yang paling diburu pelanggan adalah usus kobong dan gurami kobong. Didik mengaku dalam sehari ia menghabiskan 20-25 kilogram untuk usus saja. Sementara menu lain mencapai ratusan potong ayam dan bebek.
Untuk harga gurami dipatok dari harga Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu. Sedangkan kepiting satu porsi berisi 6-7 ons dipatok Rp 70 ribu. Ragam kerang kobong seperti kerang hijau, kerang dara dan kerang manis dipatok dengan harga Rp 35 ribu.
Bagi Anda yang penasaran dengan Bebek Kobong Banyuwangi, tak perlu khawatir. Pasalnya Didik mengaku akan mengembangkan usahanya di beberapa kabupaten di Jawa Timur.
Bagi Anda yang penasaran dengan Bebek Kobong Banyuwangi, tak perlu khawatir. Pasalnya Didik mengaku akan mengembangkan usahanya di beberapa kabupaten di Jawa Timur.
No comments:
Post a Comment