Kompas.com - Organisasi Kesehatan Dunia mengeluarkan panduan baru terapi antiretroviral bagi orang dengan HIV/AIDS. Negara berkembang diminta mempercepat pemberian obat antiretroviral sehingga tingkat kematian dan penularan tertekan.
Demikian terungkap dalam Clinical Research Meeting 2010 yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia, Kamis (30/9).
Prof Zubairi Djoerban dari Pusat Pelayanan Terpadu HIV RS Cipto Mangunkusumo mengatakan, keberadaan obat antiretroviral memberikan harapan. Kerusakan sistem imun yang progresif akibat infeksi HIV dapat dicegah dengan memulai terapi antiretroviral sejak dini, saat orang yang terinfeksi belum menunjukkan gejala apa pun.
Panduan antiretroviral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong diagnosis lebih awal dan memulai penanganan ketika hasil perhitungan CD4 kurang dari 350 sel per mm. CD4 merupakan salah satu penanda kekebalan tubuh. Terapi dini itu juga dianjurkan bagi pasien dengan tuberkulosis, infeksi hepatitis B kronik, dan perempuan hamil untuk menekan risiko kematian. Dalam panduan sebelumnya, pemberian antiretroviral setidaknya dimulai sejak hitungan CD4 kurang dari 200 sel per mm.
Zubairi mengatakan, terapi sejak dini lebih baik karena angka kematian menurun. Pemberian obat antiretroviral lebih dini mengurangi kematian hingga 75 persen. ”Bahkan, terapi antiretroviral dapat mencegah penularan hingga 92 persen. Angka kejadian tuberkulosis juga dapat ditekan sampai dengan 50 persen,” ujarnya.
Dia berpendapat, Indonesia seharusnya berusaha mengadopsi panduan baru tersebut, mengingat cepatnya laju HIV/AIDS walaupun dalam implementasinya tetap mempertimbangkan infrastruktur dan ketersediaan obat.
Di dunia, pengguna obat antiretroviral mencapai 5,2 juta orang. Di Indonesia sendiri sekitar 25.000 orang dengan HIV/AIDS telah mendapatkan obat. ”Merupakan kejahatan jika orang dengan HIV/AIDS tidak diobati. Siapa pun yang sudah waktunya mendapatkan obat, harus diobati,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia Samsuridjal Djauzi mengatakan, sejak program nasional antiretroviral dimulai pada 2004, angka kematian turun dari 46 persen menjadi 17 persen dalam dua tahun. Jika orang dengan HIV/AIDS dapat bertahan dari infeksi oportunistik, biasanya harapan hidupnya bagus.
Demikian terungkap dalam Clinical Research Meeting 2010 yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia, Kamis (30/9).
Prof Zubairi Djoerban dari Pusat Pelayanan Terpadu HIV RS Cipto Mangunkusumo mengatakan, keberadaan obat antiretroviral memberikan harapan. Kerusakan sistem imun yang progresif akibat infeksi HIV dapat dicegah dengan memulai terapi antiretroviral sejak dini, saat orang yang terinfeksi belum menunjukkan gejala apa pun.
Panduan antiretroviral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong diagnosis lebih awal dan memulai penanganan ketika hasil perhitungan CD4 kurang dari 350 sel per mm. CD4 merupakan salah satu penanda kekebalan tubuh. Terapi dini itu juga dianjurkan bagi pasien dengan tuberkulosis, infeksi hepatitis B kronik, dan perempuan hamil untuk menekan risiko kematian. Dalam panduan sebelumnya, pemberian antiretroviral setidaknya dimulai sejak hitungan CD4 kurang dari 200 sel per mm.
Zubairi mengatakan, terapi sejak dini lebih baik karena angka kematian menurun. Pemberian obat antiretroviral lebih dini mengurangi kematian hingga 75 persen. ”Bahkan, terapi antiretroviral dapat mencegah penularan hingga 92 persen. Angka kejadian tuberkulosis juga dapat ditekan sampai dengan 50 persen,” ujarnya.
Dia berpendapat, Indonesia seharusnya berusaha mengadopsi panduan baru tersebut, mengingat cepatnya laju HIV/AIDS walaupun dalam implementasinya tetap mempertimbangkan infrastruktur dan ketersediaan obat.
Di dunia, pengguna obat antiretroviral mencapai 5,2 juta orang. Di Indonesia sendiri sekitar 25.000 orang dengan HIV/AIDS telah mendapatkan obat. ”Merupakan kejahatan jika orang dengan HIV/AIDS tidak diobati. Siapa pun yang sudah waktunya mendapatkan obat, harus diobati,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia Samsuridjal Djauzi mengatakan, sejak program nasional antiretroviral dimulai pada 2004, angka kematian turun dari 46 persen menjadi 17 persen dalam dua tahun. Jika orang dengan HIV/AIDS dapat bertahan dari infeksi oportunistik, biasanya harapan hidupnya bagus.
No comments:
Post a Comment